Firmaniah, Dewi (2013) Perancangan Malang Indie Culture Center: Tema dance in architecture. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
|
Text (Introduction)
08660014_Pendahuluan.pdf Download (398kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Indonesia)
08660014_Indonesia.pdf Download (8kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: English)
08660014_Inggris.pdf Download (7kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Arabic)
08660014_Arab.pdf Download (122kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 1)
08660014_Bab_1.pdf Download (415kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 2)
08660014_Bab_2.pdf Download (2MB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 3)
08660014_Bab_3.pdf Download (445kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 4)
08660014_Bab_4.pdf Download (37MB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 5)
08660014_Bab_5.pdf Download (13MB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 6)
08660014_Bab_6.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 7)
08660014_Bab_7.pdf Download (17MB) | Preview |
|
|
Text (References)
08660014_Daftar_Pustaka.pdf Download (226kB) | Preview |
|
Other (Appendices 1)
08660014_Lampiran_1.rar Restricted to Registered users only Download (11MB) | Request a copy |
||
Other (Appendices 2)
08660014_Lampiran_2.rar Restricted to Registered users only Download (841MB) | Request a copy |
Abstract
INDONESIA:
Komunitas independen atau yang biasa dikenal dengan komunitas indie sudah berkembang pesat saat ini, terutama musik indie, film indie dan tari indie. Komunitas ini didominasi oleh anak muda dari rentang usia 15-30 tahun sebagai basis massa terbesar mereka. Komunitas indie telah tersebar di seluruh kota besar di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa persebaran komunitas indie sangat cepat. Cepatnya pesebaran ini di kalangan ini didorong oleh kebebasan komunitas indie sendiri dalam berkarya. Beberapa dari mereka bahkan telah diakui karyanya dibeberapa negara, misalnya saja Singapura, Jerman, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Sayangnya, di negara sendiri mereka kurang dikenal. Di Indonesia mereka berjuang memperoleh eksistensi komunitas mereka sendiri dengan cara mengelolanya sendiri ataupun berada di bawah label independen. Begitupun ketika mereka berusaha memperlihatkan karya mereka, tidak banyak masyarakat yang mengetahui, dan hanya peminat karya mereka saja yang menghadiri pertunjukan karya mereka. Para komunitas indie memperoleh kesulitan untuk mempertahankan eksistensi mereka, juga untuk menyampaikan dan mengenalkan karya mereka. Sayangnya, semua wujud ekspresi seni dari para komunitas itu seharusnya memiliki wadah yang sesuai dengan wujud ekspresi itu sendiri. Tetapi komunitas indie belum memiliki hal tersebut untuk mewadahi ekspresi karya mereka. Mereka menggunakan ruang apapun yang mereka bisa gunakan asal mereka bisa berekspresi.
Malang, sebagai tapak perancangan merupakan salah satu kawasan yang memiliki komunitas indie cukup banyak, yang juga belum memiliki wadah bagi para komunitas indie untuk menyalurkan ekpresi kreatifitas mereka. Begitu juga persoalan sosial yang selalu melihat sisi negatif dari para komunitas indie yang memiliki perilaku dan pekerjaan yang kurang baik.
Oleh karena itu, dengan adanya sebuah ruang atau wadah untuk menyalurkan dan menampilkan karya mereka mendukung eksistensi mereka, para insan kreatif pada komunitas indie Malang akan lebih mudah menyebarluaskan karya mereka dan lebih memberi warna terhadap perkembangan budaya musik, film, dan teater di Indonesia. Ruang ini juga akan menjadi wadah para pelaku komunitas indie yang beragam untuk lebih memasyarakat. Komunitas indie juga tidak lagi bingung untuk mencari ruang ublik untuk menampilkan ekspresi dan menampilkan wujud ekspresi tersebut. Selain itu, juga bisa menjembatani hubungan antara komunitas indie dengan masyarakat yang selama ini yang selama ini menganggap komunitas indie berperilaku negatif.
ENGLISH:
Independent communities, or popularly called as indie communities, are greatly developing in recent days. Their activity includes indie music, indie movie and indie dance. These communities are dominated by youth ranging from 15-30 years old of age as the greatest mass base for them. Indie communities have been widely disseminated through big cities of Indonesia. It disseminates very fast. The independence of indie communities in producing their own work may possibly accelerate this dissemination. Some of indie communities are already known in other countries such as Singapore, German, English and others. Surprisingly, these communities are not so famous among Indonesian. They have to fight for their existence by self-management or by registering into the independent label. The worse is that when they exhibit their work, only few people recognize this work. It is usual that only some people with similar interest will attend their exhibition. It seems also difficult for indie communities to defend their existence and even to express and to display their work. All art expressions of this community are without the accommodating institution. Indeed, these communities have no such institution, and thus, they use any rooms they can use to express their existence.
Malang is a design site of this research. It represents a region with great number of indie communities. However, the presence of institution to accommodate the indie communities to express their creativity remains lacked. Social perception always relates indie communities with something bad.
Therefore, a room of expression or an institution is really important for the indie communities because it is the place for their exhibition and existence to give different colors in the development of culture, music, movie and theatre of Indonesia. Such room will be a batch for the actor of indie communities to make good socialization. Indie communities shall not be confused anymore in looking for a public space to their expression. This batch will bridge the relationship between indie communities and the people, and therefore, previous social perception which considers indie communities as bad group can be minimized.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Putrie, Yulia Eka and Wismantara, Pudji Pratitis | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Indie; Culture Center; Tari Shuffle; Shuffle Dance | |||||||||
Subjects: | 12 BUILT ENVIRONMENT AND DESIGN > 1201 Architecture > 120101 Architectural Design > 12010114 Architecture as Music/other Arts (Associatiation with Other Arts) 12 BUILT ENVIRONMENT AND DESIGN > 1201 Architecture > 120108 Architecture of Public Structures > 12010808 Recreation Buildings (incl. Cultural Centers, Music Hall) |
|||||||||
Departement: | Fakultas Sains dan Teknologi > Jurusan Teknik Arsitektur | |||||||||
Depositing User: | Illiyati Tsani Nivia | |||||||||
Date Deposited: | 11 Aug 2015 15:48 | |||||||||
Last Modified: | 11 Aug 2015 15:48 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/1272 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |