Telaah putusan hakim tentang pemenuhan hak istri dan anak dalam perkara Cerai Gugat Ghaib perspektif teori tujuan hukum Gustav Radbruch: Studi putusan Pengadilan Agama Kota Malang

INDONESIA:

Penelitian ini membahas pemenuhan hak istri dan anak dalam perkara cerai gugat ghaib dengan studi pada lima putusan Pengadilan Agama Kota Malang, yaitu Putusan Nomor 1045/Pdt.G/2025/PA.Mlg, 702/Pdt.G/2024/PA.Mlg, 1521/Pdt.G/2023/PA.Mlg, 1134/Pdt.G/2015/PA.Mlg, dan 1043/Pdt.G/2016/PA.Mlg. Permasalahan muncul karena mayoritas putusan cerai gugat ghaib hanya memutus perceraian tanpa menetapkan hak-hak pascacerai seperti nafkah iddah, mut’ah, nafkah madhiyah, maupun hak anak, meskipun istri dan anak merupakan pihak rentan yang secara hukum berhak memperoleh perlindungan. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan kasus, mengkaji peraturan perundang-undangan, putusan hakim, serta teori tujuan hukum Gustav Radbruch yang menekankan tiga nilai dasar: keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim dalam perkara cerai gugat ghaib di PA Kota Malang berfokus pada pembuktian formil terkait ketidakhadiran tergugat dan pemenuhan unsur perceraian, sedangkan perlindungan hak-hak istri dan anak belum dioptimalkan. Hakim cenderung pasif dan tidak menggunakan kewenangan ex officio sebagaimana diatur Pasal 41 huruf (c) UU Perkawinan, meskipun penggugat tidak memahami hak-haknya. Dari lima putusan, hanya satu yang memuat penetapan hadhanah, tanpa adanya penetapan nafkah anak maupun hak istri. Kondisi ini menghasilkan klasifikasi pemenuhan hak berupa putusan yang hanya memutus perceraian, menetapkan hadlanah, dan tanpa hadlanah, serta belum mencerminkan nilai keadilan dan kemanfaatan sebagaimana ditekankan Radbruch. Penelitian ini menegaskan perlunya optimalisasi kewenangan hakim dan penerapan regulasi perlindungan perempuan serta anak agar tujuan hukum dapat terwujud secara lebih proporsional.

ENGLISH:

This research examines the fulfillment of the rights of wives and children in cases of cerai gugat ghaib (divorce filed by a wife against a missing husband), based on an analysis of five decisions of the Religious Court of Malang: Decisions No. 1045/Pdt.G/2025/PA.Mlg, 702/Pdt.G/2024/PA.Mlg, 1521/Pdt.G/2023/PA.Mlg, 1134/Pdt.G/2015/PA.Mlg, and 1043/Pdt.G/2016/PA.Mlg. The core problem identified is that most cerai gugat ghaib judgments only dissolve the marriage without determining post-divorce rights such as nafkah iddah, mut’ah, nafkah madhiyah, or child support despite wives and children being vulnerable parties who are legally entitled to protection. This study applies a normative juridical research method with a case approach, examining statutory provisions, judicial considerations, and Gustav Radbruch’s theory of legal purpose, which emphasizes three fundamental values: justice, expediency, and legal certainty.
The findings reveal that judicial considerations in cerai gugat ghaib cases at the Malang Religious Court primarily focus on formal proof related to the respondent’s absence and the fulfillment of statutory grounds for divorce. Meanwhile, the protection of wives’ and children’s rights remains underdeveloped. Judges tend to remain passive and do not exercise their ex officio authority under Article 41(c) of the Marriage Law, even when petitioners lack an understanding of their rights. Among the five decisions analyzed, only one includes a determination of child custody, with no rulings on child support or the rights of the wife. This practice results in a typology of rights fulfillment that is minimalistic and partial, falling short of embodying Radbruch’s values of justice and expediency. The study highlights the need for stronger judicial initiative and more robust implementation of regulatory protections to ensure that the legal purpose is meaningfully achieved for vulnerable parties.

ARABIC:

تتناول هذه الدراسة مسألة استيفاء حقوق الزوجة والطفل في دعاوى الطلاق الغيابيcمن خلال تحليل خمسة أحكام صادرة عن محكمة الدين لمدينة مالانج، وهي: الأحكام رقم 1045/Pdt.G/2025/PA.Mlg، 702/Pdt.G/2024/PA.Mlg، 1521/Pdt.G/2023/PA.Mlg، 1134/Pdt.G/2015/PA.Mlg، و1043/Pdt.G/2016/PA.Mlg. وتُظهر النتائج أن معظم الأحكام تركز على إنهاء العلاقة الزوجية دون تقرير نفقة العدة أو المتعة أو نفقة الطفل، رغم حاجة الزوجة والطفل إلى حماية قانونية خاصة. كما يتبيّن أن القضاة لا يستخدمون سلطتهم الولائية لتقرير هذه الحقوق، مما يؤدي إلى قصور في تحقيق العدالة والمنفعة وفق المبادئ التي يؤكدها رادبروخ.
وتوضح الدراسة أن هذا النمط في الأحكام يُنتج تطبيقًا محدودًا لحقوق الأطراف الضعيفة، ويبرز الحاجة إلى تعزيز المبادئ الإجرائية وتفعيل دور القاضي في حماية الحقوق، إضافة إلى تحسين الإرشادات التنظيمية لضمان وضوح الأساس القانوني في قضايا الطلاق الغيابي. وتوصي الدراسة بضرورة المراجعة التشريعية وإجراءات أكثر فعالية لضمان حماية حقوق الزوجة والطفل بشكل متسق.