Responsive Banner

Tradisi pembacaan surah Yasin 41 kali dalam upacara adat Ruwatan: Studi Living Qur’an pada masyarakat Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro

Nahilah, Hilyatun (2025) Tradisi pembacaan surah Yasin 41 kali dalam upacara adat Ruwatan: Studi Living Qur’an pada masyarakat Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

[img]
Preview
Text (Fulltext)
210204110065.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB) | Preview

Abstract

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai eksistensi dari tradisi pembacaan surah Yasin dalam upacara adat ruwatan pada Masyarakat Desa Sukoharjo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Pertanyaan pertama yang ingin dijawab pada rumusan masalah adalah terkait bagaimana tata cara pelaksanaan upacara adat ruwatan, serta bagaimana aspek makna yang terkandung dalam tradisi pembacaan surah yasin 41 kali dalam upacara adat ruwatan. Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penulis menggunakan teori konstruksi sosial milik Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan tiga cara, yakni melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Terdapat dua jenis data, yakni data primer dan sekunder, data primer didapatkan secara langsung dari masyarakat Desa Sukoharjo, sedangkan data yang lainya termasuk dalam data sekunder. Data yang sudah didapatkan akan dianalisis dengan tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data dan simpulan.

Pada penelitian ini diperoleh temuan bahwasanya pembacaan surah Yasin 41 kali dalam upacara adat ruwatan merupakan tradisi yang sudah berkembang secara turun temurun. Berbagai rangkaian prosesi pada pelaksanaanya pun memiliki ragam makna didalamnya. Sejarah awal tradisi pembacaan surah yasin 41 kali dalam upacara adat ruwatan dipengaruhi oleh hal hal dari luar yakni mitos dan lain-lain. Hal ini jika dirunut dalam sejarah awal telah berkembang cerita-cerita jawa kuno dan ditemukan hadist-hadist nabi terkait fadilah dari surah yasin, meskipun tata cara pelaksanaanya berbeda, namun memiliki maksud yang sama. Tradisi ini terbentuk karena adanya perasaan yang sama antar individu yang ada di Desa Sukoharjo, lalu kemudian menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan atau sampai pada tahap internalisasi. Penelitian ini membuktikan bahwasanya al-Qur’an tidak hanya memliki fungsi informatif, melainkan juga memiliki fungsi yang performatif. Artinya al-Qur’an tidak hanya menjadi kajian tekstual yag ditafsirkan, melainkan berkembang menjadi lestari dalam lingkup sosial-budaya pada masyarakat Jawa.

ABSTRACT

This research aims to discuss further the existence of the tradition of reading Surah Yasin in the Ruwatan traditional ceremony in the Sukoharjo Village Community, Kalitidu District, Bojonegoro Regency. The first question to be answered in the problem formulation is related to the procedures for carrying out the Ruwatan traditional ceremony, as well as the aspects of meaning contained in the tradition of reciting Surah Yasin 41 times in the Ruwatan traditional ceremony. In answering the problem formulation, the author uses the social construction theory of Peter L. Berger and Thomas Luckmann.

This research is field research, using a sociological approach. The data in this research was obtained in three ways, namely through observation, interviews and documentation. There are two types of data, namely primary and secondary data, primary data was obtained directly from the people of Sukoharjo Village, while the other data was included in secondary data. The data that has been obtained will be analyzed in three stages, namely data reduction, data presentation and conclusions.

In this research, it was found that reciting Surah Yasin 41 times in the Ruwatan traditional ceremony is a tradition that has developed from generation to generation. The various series of processions during their implementation also have various meanings in them. The early history of the tradition of reading Surah Yasin 41 times in the Ruwatan traditional ceremony was influenced by external things, namely myths and others. If we trace this back to early history, ancient Javanese stories have developed and prophetic hadiths related to fadilah from Surah Yasin are found, although the procedures for carrying them out are different, they have the same meaning. This tradition was formed because of the same feelings between individuals in Sukoharjo Village, and then it became an inseparable part or reached the internalization stage. This research proves that the Koran not only has an informative function, but also has a performative function. This means that the Al-Qur'an is not only a textual study that is interpreted, but has developed into a sustainable socio-cultural sphere in Javanese society.

مستخلص البحث

يهدف هذا البحث إلى مواصلة مناقشة وجود تقليد قراءة سورة ياسين في احتفال رواتان التقليدي في مجتمع قرية سوكوهارجو، منطقة كاليتيدو، مقاطعة بوجونيجورو. السؤال الأول الذي يجب الإجابة عليه في صياغة المشكلة يتعلق بإجراءات تنفيذ مراسم رواتان التقليدية، وكذلك جوانب المعنى الواردة في تقليد قراءة سورة ياسين ٤١ مرة في مراسم رواتان التقليدية. في الإجابة على صياغة المشكلة، يستخدم المؤلف نظرية البناء الاجتماعي لبيتر ل. بيرغر وتوماس لاكمان. هذا البحث هو بحث ميداني، باستخدام المنهج الاجتماعي. تم الحصول على البيانات في هذا البحث بثلاث طرق وهي الملاحظة والمقابلة والتوثيق. هناك نوعان من البيانات، وهما البيانات الأولية والبيانات الثانوية، وتم الحصول على البيانات الأولية مباشرة من سكان قرية سوكوهارجو، في حين تم إدراج البيانات الأخرى في البيانات الثانوية. سيتم تحليل البيانات التي تم الحصول عليها على ثلاث مراحل، وهي تقليل البيانات وعرض البيانات والاستنتاجات.
في هذا البحث تبين أن تلاوة سورة ياسين ٤١ مرة في احتفال رواتان التقليدي هو تقليد تطور من جيل إلى جيل. سلسلة المواكب المختلفة أثناء تنفيذها لها أيضًا معاني مختلفة. التاريخ المبكر لتقليد قراءة سورة ياسين ٤١ مرة في حفل رواتان التقليدي تأثر بأشياء خارجية، وهي الأساطير وغيرها. وإذا رجعنا بذلك إلى التاريخ المبكر، فقد تطورت القصص الجاوية القديمة، وتم العثور على أحاديث نبوية تتعلق بالفضيلة من سورة ياسين، على الرغم من اختلاف إجراءات تنفيذها، إلا أنها تحمل نفس المعنى. تشكل هذا التقليد بسبب نفس المشاعر بين الأفراد في قرية سوكوهارجو، ثم أصبح جزءًا لا يتجزأ أو وصل إلى مرحلة الاستبطان. ويثبت هذا البحث أن القرآن ليس له وظيفة إعلامية فحسب، بل له وظيفة أدائية أيضًا. وهذا يعني أن القرآن ليس مجرد دراسة نصية يتم تفسيرها، ولكنه تطور ليصبح مجالًا اجتماعيًا وثقافيًا مستدامًا في المجتمع الجاوي.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Supervisor: Nasrulloh, Nasrulloh
Keywords: QS. Yasin; Living Qur’an; Ruwatan
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220407 Studies in Religious Traditions (excl. Eastern, Jewish, Christian and Islamic Traditions)
Departement: Fakultas Syariah > Jurusan Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Depositing User: Hilyatun Nahilah
Date Deposited: 02 May 2025 14:34
Last Modified: 02 May 2025 14:34
URI: http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/74037

Downloads

Downloads per month over past year

Actions (login required)

View Item View Item