Yaqub, Asfan (2023) Kewenangan dan keabsahan talak dalam Fiqh Kontemporer perspektif Qasim Amin dan Jamal Al-Banna. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
19210056.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Budaya patriarki yang memandang perempuan sebagai pilihan kedua terus berdampak signifikan. Sangat mudah dilihat dengan membaca tulisan dan temuan ijtihad para ulama klasik dari berbagai daerah bahwa pola pikir mereka sangat dipengaruhi oleh latar belakang adat dan budaya daerah masing-masing dalam menafsirkan kitab-kitab Islam, khususnya yang berhubungan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Lebih buruknya lagi, islam dianggap sebagai alasan dibalik semua ini. Oleh karena itu, muculah tokoh-tokoh yang berusaha memberdayakan dan membebaskan perempuan seperti Qasim Amin dan Jamal al-Banna. Asumsi dan harapannya adalah bahwasannya islam pasti akan terlihat lebih baik apabila jika perempuan bisa bersaing, mandiri, diberdayakan, dan mampu memberikan kontribusi dalam bidang apapun.
Fokus dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana pendapat dari Qasim Amin dan Jamal Al-Banna terkait siapakah yang berwenang dalam memutuskan talak antara suami maupun istri. Penelitian ini menggunakan penulisan normatif, yakni penelitian yang teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, kitab-kitab, jurnal-jurnal, dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan dengan kewenangan talak fiqh kontenporer menurut Qasim Amin dan Jamal al-Banna.
Hasil penelitian diperoleh dari berbagai macam literatur bahan penelitian yang menunjukan bahwa, Qasim Amin tidak setuju jika hak cerai hanya dimiliki laki-laki. Sama halnya dengan memilih jodoh, dalam hal cerai wanita juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Sehingga, keabsahan talak menurutnya, apabila perceraian itu diajukan ke pengadilan dan diputuskan oleh hakim. Sedangkan menurut Jamal al-Banna, pernikahan merupakan bentuk perjanjian, layaknya akad jual beli. Jamal menyamakan akad nikah dengan kesepakatan bisnis, di mana persetujuan dan kemauan kedua belah pihak sangat penting. Maka dari itu, jika salah satu dari keduanya tidak menyetujui untuk bercerai, menurut jamal, perceraian semacam ini tidak dinyatakan sah. Kemudian kontribusi pemikiran Qasim Amin terhadap proses pembaharuan hukum keluarga dapat dilihat dari ide yang diajukannya, terutama dalam isu krusial terkait talak yang menjadi dasar dalam hukum keluarga dengan lima langkah yang diajukan oleh Amin sebelum perceraian terjadi, menjadi dasar dalam pembentukan peraturan hukum keluarga. Sedangkan pemikiran Jamal al-Banna tidak secara langsung memengaruhi praktik hukum talak di Indonesia tetapi dapat membantu dalam membentuk pandangan yang lebih bijaksana dan adil tentang hukum talak.
ABSTRACT
The patriarchal culture that views women as second choice continues to have a significant impact. To make matters worse, Islam is seen as the reason behind all this. Hence, the rise of figures who sought to empower and liberate women such as Qasim Amin and Jamal al-Banna. The hope is that Islam will definitely look better if women can compete, be independent, empowered, and able to contribute in any field. The purpose of this research is to find out the thoughts of Qasim Amin and Jamal al-Banna about divorce. With the formulation of the problem 1). How is the authority and validity of divorce in contemporary fiqh according to Qasim Amin and Jamal al-Banna? 2). How does the thought of Qasim Amin and Jamal al-Banna contribute to the law in Indonesia?
The focus of this research is to find out how the opinions of Qasim Amin and Jamal Al-Banna are related to who how the contribution of the thoughts of Qasim Amin and Jamal al-Banna to the law in the authority to decide on divorce between husband and wife. This research uses normative writing, which is research whose data collection techniques are carried out by conducting a study of books, books, journals, and literature that has to do with the authority of divorce fiqh kontenporer according to Qasim Amin and Jamal al-Banna.
The results of the study were obtained from various kinds of research material literature which showed that, Qasim Amin did not agree if divorce rights only belonged to men. Similar to choosing a soul mate, in the case of divorce women also have the same rights as men. Thus, the validity of talaq according to him, if the divorce is submitted to the court and decided by a judge. Meanwhile, according to Jamal al-Banna, marriage is a form of agreement, like a sale and purchase contract. Jamal likens a marriage contract to a business deal, where the consent and willingness of both parties is crucial. Therefore, if one of the two does not agree to divorce, according to Jamal, this kind of divorce is not declared valid. Then the contribution of Qasim Amin's thought to the process of family law reform can be seen from the ideas he proposed, especially in the crucial issue related to talaq which became the basis for family law with five steps proposed by Amin before divorce occurred, becoming the basis for the formation of family law regulations. Jamal al-Banna's thought did not directly influence the practice of talaq law in Indonesia but it can help in forming a wiser and fairer view of talaq law.
مستخلص البحث
إن الثقافة الأبوية التي تنظر إلى المرأة كخيار ثان لا يزال لها تأثير كبير. والأسوأ من ذلك، يعتبر الإسلام السبب وراء كل هذا. لذلك هناك شخصيات تسعى إلى تمكين المرأة وتحريرها مثل قاسم أمين وجمال البنا. الأمل هو أن الإسلام سيبدو بالتأكيد أفضل إذا تمكنت المرأة من المنافسة، ومستقلة، وتمكينها، وقادرة على المساهمة في أي مجال. كان الهدف من هذا البحث هو معرفة أفكار قاسم أمين وجمال البنا حول الطلاق. مع صياغة المشكلة 1). كيف سلطة الطلاق وصدقه في المنظورات الفقهية المعاصرة لقاسم أمين وجمال البنا ؟ 2). كيف ساهمت أفكار قاسم أمين وجمال البنا في القانون الطلاق في الإندونيسي؟
يكز هذا البحث على معرفة مدى ارتباط رأي قاسم أمين وجمال البنا بمن ساهمت أفكار قاسم أمين وجمال البنا في القانون في السلطة في تقرير الطلاق بين الزوج والزوجة. يستخدم هذا البحث الكتابة المعيارية، وهي بحث يتم تنفيذ أسلوب جمع البيانات الخاصة به من خلال إجراء دراسة مراجعة للكتب والكتب والمجلات والمؤلفات التي لها علاقة بسلطة الطلاق الفقه عند قاسم أمين وجمال البنا.
أظهرت نتائج هذا البحث أن قاسم أمين لم يوافق على ما إذا كانت حقوق الطلاق تخص الرجال فقط. على غرار اختيار رفيقة الروح، في حالة الطلاق، تتمتع النساء أيضا بنفس الحقوق التي يتمتع بها الرجال. وبالتالي، فإن صدق الطلاق وفقا له، إذا تم تقديم الطلاق إلى المحكمة وقرره القاضي. وفي الوقت نفسه، وفقا لجمال البنا، فإن الزواج هو شكل من أشكال الاتفاق، مثل عقد البيع والشراء. يشبه جمال عقد الزواج بصفقة تجارية، حيث تكون موافقة ورغبة الطرفين أمرا بالغ الأهمية. لذلك، إذا لم يوافق أحدهما على الطلاق، وفقا لجمال، فإن هذا النوع من الطلاق لا يعلن صدقه. ثم يمكن رؤية مساهمة فكر قاسم أمين في عملية إصلاح قانون الأسرة من الأفكار التي اقترحها، خاصة في القضية الحاسمة المتعلقة بالطلاق الذي أصبح أساسا لقانون الأسرة بخمس خطوات اقترحها أمين قبل حدوث الطلاق، لتصبح أساسا لتشكيل لوائح قانون الأسرة. لم يؤثر فكر جمال البنا بشكل مباشر على ممارسة قانون الطلاق في إندونيسيا ولكنه يمكن أن يساعد في تكوين وجهة نظر أكثر حكمة وعدلا لقانون الطلاق
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Nuruddien, Muhammad |
Keywords: | Kewenangan; Keabsahan; Talak; Qasim Amin; Jamal Al-Banna; Authority; Validity; Jamal Al-Banna; Qasim Amin; Talaq; جمال البنا; سلطة; صدق; قاسم أمين; طلاق |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012807 Talaq & Khulu' (Divorce) |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Asfan Yaqub |
Date Deposited: | 25 Oct 2023 13:40 |
Last Modified: | 25 Oct 2023 13:40 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/57073 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |