Putri, Wahyu Luli Setia (2023) Pendewasaan Nikah Adat Suku Laut: Studi Kampung Panglong, Bintan Kepulauan Riau. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
19210061.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Dewasa merupakan sesuatu yang bukan diukur dari usia seseorang. Dewasa merupakan seseorang yang telah mencapai kriteria atau sifat tertentu, seperti keterampilan dan emosional yang matang. Adapun proses dewasa dapat disebut juga dengan istilah pendewasaan. Tujuan proses pendewasaan dalam pernikahan yakni seseorang diharapkan memiliki sifat yang matang serta dapat bertanggung jawab setelah menikah kelak, dengan proses yang tidak sedikit yang memupuk rasa mandiri.Proses pendewasaan ini juga terdapat dalam hukum adat, salah satunya masyarakat adat Suku Laut. Masyarakat Suku Laut di Panglong menjalani proses pendewasaan pada sebuah kajang yang dilarung selama satu sampai tiga bulan lamanya sebelum akhirnya menikah.
Suku suku yang telah melakukan proses pendewasaan adalah embrio bagaimana pendewasaan tersebut diatur sebagai sistem. Dikarenakan tidak ada payung hukum yang menaunginya, maka KUA membuat beberapa program yang setara dengan proses pendewasaan pada hukum adat. Seperti suscatin, sertifikasi perkawinan, dan lain sebagainya. Program-program tersebut merupakan embrio dari hukum adat. Sedangkan program suscatin sendiri merupakan pemberian bekal, keterampilan serta pengetahuan sebelum calon mempelai melangsungkan pernikahan. Hal ini sama halnya dengan pendewasaan yang dilakukan dengan masyarakat adat.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Data valid yang didapatkan penelitian ini yakni menggunakan metode dokumentasi, observasi dan wawancara. Observasi dilakukan metode observasi langsung dan tidak langsung. Wawancara dilakukan secara langsung dan tidak langsung (via telephone) kepada tokoh adat, serta masyarakat yang mengetahui seluk beluk kebudayaan melayu dengan metode purposive sampling. Dokumentasi dilakukan dengan mencari, menelaah dokumenter terkait adat Suku Laut di Panglong, Bintan Kepulauan Riau. Setelah proses data terkumpul, maka selanjutnya akan dianalisis, diolah dan ditarik kesimpulan untuk mengetahui hasil dari penelitian ini.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa, yang pertama yakni konsep kedewasaan masyarakat adat suku laut dimulai sejak usia 10 tahun, dengan berbagai keterampilan-keterampilan yang sudah diasah sebelum anak-anak suku laut berumur 10 tahun. Keterampilan itu didapatkan dari, aktivitas sehari-hari dan bertahan hidup di laut bersama orang tua mereka. Mulai dari berburu, berenang, free diving, membuat tombak, serta membaca cuaca di laut. Keberhasilan proses pendewasaan suku laut berpengaruh pada proses seseorang sebelum usia 10 tahun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pendewasaan dalam konteks masyarakat adat suku laut dan relevansinya dengan prinsip maslahah mursalah. Implikasi penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat suku laut dalam mengembangkan keterampilan dan pemahaman mereka sejak usia dini, serta memastikan bahwa proses pendewasaan ini tetap berada dalam kerangka maslahah mursalah.
مستخلص البحث
البلوغ ليس مقياسًا لعمر الشخص بحد ذاته. بل هو مرتبط بمعايير وصفات محددة، مثل نضوج المشاعر والمهارات. إن عملية بلوغ الفرد تُعرف أيضًا بمصطلح "بندواسان". في سياق الزواج، تهدف هذه العملية إلى ضمان أن يصبح الأفراد ناضجين ومسؤولين بعد الزواج، من خلال تجارب متنوعة تُمكِّنهم من الاستقلالية. إحدى المجموعات الثقافية التي تتبع عملية "بندواسان" هي مجتمع سوكو لاوت في بانجلونج، حيث يخضع الأفراد لطقوس تُعرف بـ "كاجانغ" لمدة تتراوح بين شهر وثلاثة أشهر قبل الزواج.
لأعراق التي خضعت لعملية النضوج هي أجنة كيف يمكن للشخص أن يكبر كنظام. نظرًا لعدم وجود قانون يحميهم، قامت KUA بإنشاء برامج عدة مماثلة لعملية النضوج في القانون العرفي. مثل Suscatin وشهادة الزواج وغيرها. هذه البرامج هي أجنة للقانون العرفي. بينما تعتبر برنامج Suscatin نفسه إعدادًا ومهارة ومعرفة قبل أن يتم عقد الزواج للمرشحين. هذا يشبه إجراء عملية النضوج التي يقوم بها مجتمع العرفيين
هذا البحث هو بحث قانوني تجريبي باستخدام منهج اجتماعي. تُجمع البيانات الصحيحة من خلال الوثائق والمراقبة والمقابلات. تُستخدم المراقبة المباشرة وغير المباشرة، بينما تُجرى المقابلات شخصيًا وعن طريق الهاتف مع قادة التقاليد والأفراد الملمين بالثقافة المالية باستخدام أسلوب العينة الهدفية. ينطوي الوثائق على فحص المواد المتعلقة بثقافة سوكو لاوت في بانجلونج، بنتان، جزر رياو. بمجرد جمع البيانات، يتم تحليلها واستنتاج النتائج لتحديد نتائج البحث.
يتوصل الدراسة إلى أن مفهوم البلوغ بين مجتمع سوكو لاوت يبدأ عند سن العاشرة، حيث تُصقل العديد من المهارات في الأنشطة اليومية وممارسات البقاء على قيد الحياة في البحر تحت إشراف آبائهم. تشمل هذه المهارات الصيد والسباحة والغوص الحر وصنع الرمح وقراءة أنماط الطقس في البحر. يؤثر نجاح عملية "بندواسان" لمجتمع سوكو لاوت على تجاربهم قبل سن العاشرة. تُسلط الدراسة الضوء على أهمية "بندواسان" في سياق مجتمع سوكو لاوت وتوافقها مع مبدأ "مصلحة مرسلة". يمكن استخدام نتائج هذه الدراسة لتطوير استراتيجيات مناسبة لتطوير المهارات والفهم بين مجتمع سوكو لاوت منذ الصغر، وضمان استمرارية عملية "بندواسان" ضمن إطار "مصلحة مرسلة".
ABSTRACT
Adulthood is not measured solely by a person's age. It is defined by specific criteria and mature attributes, such as emotional and skill maturity. The process of reaching adulthood is also known as "pendewasaan." In the context of marriage, this process aims to ensure that individuals become mature and responsible after getting married, cultivating independence through various experiences. One cultural group that follows the "pendewasaan" process is the Suku Laut community in Panglong, who undergo a one to three-month-long ritual known as "kajang" before marriage.
The tribes that have undergone the process of maturity are like embryos in how their maturation is viewed as a system. Since there is no legal framework to support it, the Village Consultative Body (KUA) has established several programs that are equivalent to the customary law maturation process. These include 'suscatin,' marriage certification, and others. These programs are embryonic forms of customary law. The 'suscatin' program itself provides candidates with skills and knowledge before entering into marriage, similar to the maturation process in indigenous communities.
This empirical legal research adopts a sociological approach. Valid data is collected through documentation, observation, and interviews. Direct and indirect observations are employed, while interviews are conducted in person and via telephone with traditional leaders and individuals knowledgeable about Malay culture using purposive sampling. Documentation involves examining materials related to the Suku Laut culture in Panglong, Bintan, Riau Islands. Once the data is gathered, it is analyzed and conclusions are drawn to determine the research findings.
The study concludes that the concept of adulthood among the Suku Laut community begins at the age of 10, during which various skills are honed in the daily activities and survival practices at sea under the guidance of their parents. These skills encompass hunting, swimming, free diving, spear-making, and reading weather patterns at sea. The success of the "pendewasaan" process for the Suku Laut community is influenced by their experiences before the age of 10. The research highlights the significance of "pendewasaan" within the context of the Suku Laut community and its alignment with the principle of "maslahah mursalah." The implications of this study can be used to develop suitable strategies for the development of skills and understanding among the Suku Laut community from an early age, ensuring that the "pendewasaan" process remains aligned with the principle of "maslahah mursalah.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Sholehudin, Miftahus |
Keywords: | pendewasaan, Pernikahan adat, Suku laut, Maslahah Mursalah الكلمات المفتاحية: الكلمات المفتاحية: البلوغ، التقليدية Keywords: Adulthood, Traditional marriage, Suku Laut, Maslahah Mursalah |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1899 Other Law and Legal Studies > 189999 Law and Legal Studies not elsewhere classified 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2002 Cultural Studies > 200299 Cultural Studies not elsewhere classified |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Wahyu Luli Setia Putri |
Date Deposited: | 20 Sep 2023 10:03 |
Last Modified: | 20 Sep 2023 10:03 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/56346 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |