Pelaksanaan kawin kontrak di musim Arab: Studi di Kampung Sampay Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

ABSTRAK

Di daerah kampung Sampay yang mayoritas penduduknya muslim, terjadi praktek Kawin Kontrak yang biasa mereka lakukan atau laksanakan di Musim Arab, musim di mana banyak wisatawan Asing khususnya Orang Arab Yang berkunjung ke Cisarua-Bogor untuk menikamti keindahan alam wisata Cisarua-Bogor, selain itu mereka juga mencari para perempuan pribumi untuk dapat dinikahi secara kontrak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu saja selama mereka berlibur. Ironisnya masyarakat Kampung Sampay Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yang melakukan kawin kontrak tersebut mayoritas bermadzhab Syafi’i (golongan sunni) yang justru mengharamkan adanya kawin kontrak. Dan perkawinan yang dilakukan hanya untuk kepentingan sepihak dan kepentingan nafsu belaka.

Dari permasalahan tersebut penulis bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang mendorong masyarakat Kampung Sampay Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor untuk melaksanakan kawin kontrak, bagaimana praktek kawin kontrak yang dilakukan di daerah Kampung Sampay Cisarua - Bogor dilakukan, dan bagaiman persepsi Fiqih Syafi’i dan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang praktek perkawinan yang dilakukan masyarakat Kampung Sampay Desa Tugu Sealatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.

Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut, tentang Kawin Kontrak di Kampung Sampay Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Penulis menggunakan pendekatan kulitatif, Selanjutnya metode yang dingunakan untuk pengumpulan datanya Penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan untuk metode analisis datanya menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui faktor yang mendorong masyarakat Kampung Sampay untuk melaksanakan kawin kontrak adalah faktor ekonomi, beban keluarga, kemiskinan, yang mana tinggi rendahnya pendidikian juga mempengaruhi tingkat hazanah keilmuan yang mereka miliki, kehawatiran terjerumus dalam perzinahan dan alasan sebagai penekan tingginya angka perzinahan, untuk mendapatkan keturunan yang sah, serta proses pernikahan resmi yang dipersulit. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada musim Arab, yang mana dalam proses pemikahanya dalam akadnya tanpa dihadiri wali maupun saksi dari pihak perempuan, dimana akadnya terdapat perjanjian yang disepakati antara keduanya, untuk pemberian mahar atau maskawinnya berkisar sekitar dua sampai enam juta untuk jangka waktu satu sampai dua minggu bahkan satu bulan, bahkan pernikahan tersebut tidak dicatatkan di KUA. Yang mana hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam maupun perundang-undangan yang mengatur tenatang perkawinan yakni UU Nomor 1 tahun 1974. sehingga dari pernikahan tersebut akan melahirkan banyak resiko dan masalah yang besar, sebab perkawinan tersebut tidak memiliki asas dan dasar yang kuat.