Pentingnya Akta Nikah dan Akta Kelahiran dalam pembuktian Asal Usul Anak menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

ABSTRAK

Akta nikah memiliki posisi strategis dalam pembuktian generasi berikutnya, baik tentang keturunan (nasab) berupa anak, dan cicit maupun pembuktian tentang sahnya pewarisan kelak. Disamping itu untuk mengetahui asal usul anak secara yuridis juga perlu dibuktikan melalui akta kelahiran, sebagaimana yang termaktub dalam pasal (55) UU Perkawinan No 1 tahun 1974. Dengan demikian akta perkawinan dan akta kelahiran memiliki posisi yang kuat dalam penentuan asal usul anak menurut hukum positif. Jika akta nikah dan akta kelahiran dianggap demikian pentingnya oleh hukum positif, lalu bagaimanakah pandangan Islam tentang kedua akta tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya akta nikah dan akta kelahiran dalam pembuktian asal usul anak menurut hukum Islam.

Jenis penelitian adalah penelitian kepustakaan yang datanya berupa teori-teori yang berhubungan dengan akta nikah dan akta kelahiran serta pembuktian asal usul anak menurut hukum Islam. Sedangkan data penelitian disini digolongkan menjadi dua, yaitu: data primer dan data skunder. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku literatur yang berhubungan dengan pembahasan, yaitu buku Fiqih Lima Madzhab oleh Muhammad Jawad Mughniyah, buku Hukum Perkawinan Islam oleh Idris Ramulyo, Kompilasi Hukum Islam serta buku-buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan pembahasan yang akan diteliti. Sedangkan metode analisis datanya adalah metode analisis diskriptif dengan pendekatan content analiysis (kajian isi).

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1) Pencatatan perkawinan sebagimana yang diharuskan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tidaklah bertentangan dengan hukum Islam. Bahkan sebagian ulama mengategorikan pencatatan nikah sebagi suatu syarat sahnya pernikahan dalam hukum Islam disamping saksi, wali dan walimah. Hal tersebut berdasarkan pada tafsiran analogi dari aI-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282. Disamping itu, untuk kepastian hukum bagi generasi yang akan datang, maka sangat perlu adanya bukti akta nikah bagi orang-orang Islam. Apabila lahir anak-anak dari hasil perkawinan, sedangkan tidak ada orang lagi yang masih hidup melihat dan menyaksikan perkawinan orang tua mereka, maka mereka dapat membuktikan dengan bukti tertulis dari Pegawai Pencatat Nikah, dimana orang tua mereka telah melangsungkan perkawinan. 2) Sahnya seorang anak dimata hukum tidak lepas dari sah tidaknya perkawinan orang tuanya. Bila terjadi pengingkaran orang tua (bapak) terhadap seorang anak yang dilahirkan dari istrinya, maka ia dapat membuktikannya dengan akta autentik yang merupakan suatu akta yang sempurna, sehingga mempunyai bukti baik secara formil maupun materiil. Kekuatan pembuktiannya telah melekat secara sempurna. Pengakuan atau saksi saja tidaklah cukup untuk membuktikan nasab seorang anak, mun lebih dari itu bukti tertulis (akta kelahiran) memiliki kekuatan hukum yang lebih mengikat. Akta kelahiran diperlukan berdasarkan atas prinsip maslahat mursalah, yaitu merealisasikan kemaslahatan bagi anak. Selain anak akan mengetahui secara persis siapa kedua orang tuanya, juga apabila suatu saat timbul permasalahan, dengan bantuan akta kelahiran, anak tersebut dapat melakukan upaya hukiun. Jadi, secara internal, akta kelahiran merupakan identitas asal-usul anak, secara eksternal ia merupakan identitas dari diri yang bersangkutan.