Widiarti, Leni (2019) Identity reflected by deaf student in EFL classroom interactions using sign language in Universitas Brawijaya. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
13320135.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
ENGLISH:
Identity is an important issue to discuss nowadays. Because its fluidity many people construct their identity in many ways. There are many ways of constructing identity, thus, there are many identities can be constructed by people. Omoniyi (2006) from sociolinguistic perspective said that identity concerns with the ways in which people positioned or constructed by other in socio cultural. That was why identity identification can be done from people's acts and responses investigating.
Classroom as the community identity was potential to be the pool of data collection. Hence, the researcher chose this locus as investigation, especially in deaf EFL student. Because the uniqueness of deaf EFL classroom interactions there were many languages happened beyond the interactions. The transforming language from Bahasa Indonesia to Sign Language to English and vice versa was the significant characteristic that they owned to be investigate the identity from this area.
The data were collected from one male deaf EFL student in intensive and private class between one teacher to one deaf student. After recording the learning process of deaf EFL student in the class, transcribing, then the researcher analyzed using Omoniyi's theory (2006). This theory categorized the identity by acts and responses as demands and needs. The non-verbal form of communication such as gestures, facial expressions, vocal cues mostly used by Deaf EFL could be identified as the code whether it is representing, signifying or expressing something.
The results of the data that consist of seven significant gestures and divided in two excerpts show that non-verbal language in the form of gesturing touching forehead was the most gesture appeared during the learning process. The second was gesture swinging hand that tends to rare use by hearing people to communicate, however, it has important meaning for deaf EFL communication. Thus, from those analyses result the researcher concluded that besides the sign language made by government authority, the deaf EFL also create their own sign language based on their environment, in this case English class, such as touching forehead for indicating their self-consciousness of doing mistake and to communicate their boredom in class activities. Then, the gesture swinging hand was indicating deaf EFL's understanding on teacher's explanation. Those were the deaf EFL non-formal sign language identity appeared in this class. Based on this finding, the future researcher might conduct the research in the same issue but in different areas to find another non-formal sign language in every social class.
INDONESIA:
Identitas menjadi isu penting untuk didiskusikan pada era sekarang. Karena ketidakstabilannya, banyak orang membentuk identitas mereka dengan berbagai cara. Sehingga dengan banyaknya cara ini membuat banyak identitas yang dibentuk oleh kebanyakan orang atau masyarakat. Omoniyi (2006) dalam sudut pandang sociolinguistic mengatakan bahwa identitas fokus pada cara-cara seseorang diposisikan atau dibentuk dalam kultur sosial mereka. Dengan begitu identifikasi identitas dapat dikerjakan melalui investigasi tindakan atau respon seseorang.
Ruang kelas sebagai komunitas identitas berpotensi dijadikan sebagai pengumpulan data. Karenanya, peneliti memilih kelas sebagai area untuk diinvestigasi, terutama pada kelas dimana anak-anak tuli belajar Bahasa Inggris. Hal yang unik dari interaksi di kelas ini adalah banyaknya bahasa yang terjadi disetiap interaksi yang muncul. Perpindahan bahasa dari Bahasa Indonesia ke bahasa isyarat lalu ke Bahasa Inggris, begitu pula sebaliknya, merupakan sebuah ciri khas yang signifikan yang mereka miliki untuk dijadikan sebagai analisis pembentukan identitas dari sisi tersebut.
Dari data yang telah dikumpulkan dari kelas Bahasa Inggris intensif dan privat antara satu guru ke satu mahasiswa tuli di Universitas Brawijaya, dengan melalui proses perekaman selama proses belajar mengajar, menerjemahkan bahasa non-verbal, lalu kemudia peneliti menganalisis data yang sudah terkumpul dengan teori Omoniyi (2006). Teori ini mengkategorikan identitas dari tindakan dan respon sebagai permintaan dan kebutuhan. Bahasa non-verbal seperti gerak isyarat (bahasa tubuh), ekspresi wajah, dan isyarat vokal yang kebanyakan digunakan oleh EFL tuli dapat diidentifikasikan sebagai kode apakah hal itu merepresentasikan, menandakan atau menyatakan sesuatu.
Hasil dari analisis data dari tujuh bahasa tubuh yang terbagi kedalam dua potongan data menunjukkan bahwa bahasa non-verbal yang berbentuk bahasa tubuh 'menyentuh dahi' adalah bahasa tubuh yang paling sering muncul selama proses belajar mengajar di kelas ini. Yang kedua adalah bahasa tubuh 'mengayunkan tangan' yang tampak jarang digunakan oleh non-tuli dalam berkomunikasi, namun bahasa tubuh ini mempunyai arti penting untuk EFL tuli untuk berkomunikasi di kelas. Sehingga dari analisis tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa selain bahasa isyarat resmi dari otoritas pemerintah, EFL tuli juga membentuk bahasa isyarat mereka sendiri berdasarkan lingkungan mereka, dalam hal ini kelas Bahasa Inggris. Diantata bahasa isyarat yang dibentuk seperti 'memegang dahi' yang mengindikasikan kesadarannya ketika membuat kesalahan saat proses belajar, atau untuk mengkomunikasikan kebosanan mereka terhadap aktifitas di kelas. Kemudian, bahasa tubuh 'mengayunkan tangan' untuk mengindikasikan bahwa ia mengerti akan apa yang telah dijelaskan oleh gurunya. Penemuan ini merupakan salah satu pembentukan identitas bahasa non-formal mereka disamping bahasa formal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan begitu peneliti-peneliti berikutnya diharapkan dapat mengkaji isu yang sama namun dengan area yang berbeda sehingga dapat menemukan bahasa-bahasa non-formal lainnya di setiap kelas sosial.
ARABIC:
لهوية قضية مهمة يجب مناقشتها في العصر الحلضر. بسبب عدم استقراره, كثير من الناس تشكيل الهويات بطرق مختلفة. حتى يكثر من الهوية التي شكلتها الناس أو المجتمع.أومنييي 2006 في نظرية اللغوية الاجتماعية ، تركز الهوية على الطرق التي يتم بها وضع الإنسان و تشكيله في ثقافة الاجتماعية. ولذلك تحديد الهوية من خلال التحقيق في تصرفات أو ردود الإنسان.
الفصل الدراسية باعتبارها هوية المجتمع، لديه القدرة على أن تستخدم لجمع البيانات. لذلك ، اختار الباحث الفصل لمكان التحقيق ، خاصة في الفصول حيث يتعلم الأطفال الصم اللغة الإنجليزية. لإن هذا الكون فريد, لذ لك أن تحصل على منظور جديد في تشكيل الهوية. الشيء الفريد حول التفاعلات في هذا الفصل هو عدد اللغات التي تحدث في كل تفاعل يظهر. نقل اللغات من الإندونيسية إلى لغة الإشارة ثم إلى الإنجليزية, بالعكس هو سمة مهمة يجب أن تكون بمثابة التحليل لتشكيل الهوية عليه.
من البيانات التي تم جمعها من فصول اللغة الإنجليزية المكثفة والخاصة بين معلم إلى طالب الصم في جامععة براويجايا من خلال عملية التسجيل أثناء عملية التعليم وترجمة اللغات غير اللفظية ، ثم يقوم الباحث بتحليل البيانات التي تم جمعها بنظرية أومنييي 2006. أصنفت هذه النظرية أن الهوية الإجراءات والاستجابات كطلبات واحتياجات. يمكن التعرف على اللغات غير اللفظية مثل الإيماءات (لغة الجسد) ، وتعبيرات الوجه ، والإشارات الصوتية التي تستخدم في الغالب من قبل الصم ، سواء أكانت تمثل أم تعني أم تعبر عن شيء.
تظهر نتائج تحليل البيانات من سبع لغات للجسد مقسمة إلى قسمين من البيانات. أولا أن اللغة غير الشفهية على شكل لغة الجسد "لمس الجبهة" هي لغة الجسد التي تظهر في أغلب الأحيان أثناء عملية التدريس والتعلم في هذا الفصل.و ثانيا لغة الأيدي الجسدية التي يبدو أنها نادراً ما يستخدمها الناس غير الصم في التواصل ، لكن لغة الجسد هذه لها معنى مهم بالنسبة للصم في اللغة الإنجليزية كلغة أجنبية للتواصل في الفصل. من هذا التحليل أظهرت نتيجة أن بالإضافة إلى لغة الإشارة الرسمية من السلطات الحكومية ، فإن صماء اللغة الإنجليزية كلغة أجنبية الصم يشكلون أيضًا لغة الإشارة الخاصة بهم استنادًا إلى بيئتهم ، وهو في الفصل اللغة الإنجليزية.
من بين اللغة الإشارة مثل "حمل الجبهة" ما يدل على وعيه عند ارتكابه أخطاء حين التعلم, أو للتعبير عن الملل على الأنشطة في الفصل. ثم ، "أرجح يدك" للإشارة إلى أنه يفهم ما شرحه المعلم. هذا الاكتشاف هو أحد من شكل اللهوية لغتهم غير الرسمية بالإضافة إلى اللغة الرسمية التي وضعت الحكومة. من المتوقع أن يناقش الباحث في المستقبل المشكلة المساواة ، ولكن مع مناطق مختلفة ، حتى يمكن من إيجاد لغات غير رسمية أخرى في كل طبقة اجتماعية.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Susilowati, Meinarni |
Keywords: | Identity; Deaf EFL; Classroom Interactions; اهلوية ; الصمم ; التفاعل |
Subjects: | 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2003 Language Studies > 200303 English as a Second Language 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2004 Linguistics > 200401 Applied Linguistics and Educational Linguistics 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2004 Linguistics > 200405 Language in Culture and Society (Sociolinguistics) > 20040599 Language in Culture and Society (Sociolinguistics) not elsewhere classified |
Departement: | Fakultas Humaniora > Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | leni widiarti |
Date Deposited: | 22 Dec 2023 15:09 |
Last Modified: | 22 Dec 2023 15:09 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/54882 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |