Rahmadianti, Ganesia (2023) Tradisi Bubak sebagai alasan Adhalnya seorang wali perspektif 'Urf: Studi kasus di Kelurahan Kartoharjo, Kabupaten Nganjuk. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
This is the latest version of this item.
Text (Fulltext)
19210040.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
ABSTRAK
Mengenai wali dalam pernikahan tidak ada ayat-ayat al-Qur’an yang secara eksplisit menjelaskan tentangnya, namun ada beberapa ayat al-Qur’an tertentu yang secara implisit menunjukkan adanya wali dalam pernikahan. Sehingga ayat tersebut dijadikan sebagai dasar hukum adanya wali dalam pernikahan. Pada umumnya seperti yang diketahui oleh masyarakat, wali dibagi menjadi 2, yaitu wali nasab dan wali hakim. Wali nasab meliputi Ayah, Kakek, Saudara kandung laki-laki, dan Paman. Namun pada zaman sekarang ini masih banyak ditemui kasus wali yang enggan menjadi wali karena beberapa alasan tertentu. Seperti kasus yang penulis teliti ini, ada seorang Paman yang enggan menjadi wali dalam pernikahan keponakannya dengan alasan belum bubak. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penjelasan tentang fenomena adat bubak menurut masyarakat dan ketua adat setempat? Dan bagaimana pandangan ‘urf tentang adat bubak yang dijadikan sebagai alasan adhalnya seorang wali ?
Penelitian ini merupakan penelitian empiris, dan memakai pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini memperoleh data dengan wawancara bersama pihak yang bersangkutan. Jenis dan sumber data yang dipakai ialah menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sedangkan dalam proses pengolahan data memakai teknik edit, klasifikasi, verifikasi, analisis, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah pengertian dari tradisi bubak merupakan suatu bentuk upacara yang dilaksanakan oleh seseorang pada saat mantu putra atau putri sulung. Masyarakat Kelurahan Kartoharjo percaya bahwa seseorang tidak boleh menikahkan (selain putra putrinya) jika belum pernah mantu bubak karena dipercaya akan membawa malapetaka. Sedangkan perspektif Urf mengenai adat “Tidak boleh menikahkan sebelum mantu bubak” tidak bisa dibenarkan. Karena tidak memenuhi kriteria sebagai Urf shahih, dan bagaimanapun juga, informan “Paman” tetap memiliki kewajiban mutlak dalam menikahkan keponakannya karena masih dalam satu garis wali nasab. Dalam kasus, faktor “Paman” menolak menikahkan keponakannya adalah karena si “Paman” belum pernah mantu bubak. Jadi si “Paman” tidak berani karena dipercaya bisa mendatangkan musibah pada dirinya bahkan keluarganya. Jadi dalam kasus ini, adat tersebut termasuk kedalam Urf fasid.
مستخلص البحث
أما أولياء الأمور في الزواج فلا توجد آيات في القرآن صريحة يشرح ذلك ، ولكن هناك آيات معينة من القرآن والتي توضح ذلك بشكل واضح يدل ضمنا على وجود ولي الزواج. حتى تكون الآية قاعدة شرعية لوجود الولي في النكاح . بشكل عام ، كما هو معروف من قبل الجمهور ، يتم تقسيم الأوصياء إلى 2 ، وهما نصاب الأوصياء والقاضي الأوصياء . يشمل أولياء النسب الآباء والأجداد والإخوة والأخوال. ومع ذلك ، لا تزال هناك في الوقت الحاضر العديد من حالات عدم رغبة الأوصياء في أن يصبحوا وصيًا لأسباب معينة . مثل الحالة التي يبحث فيها المؤلف ، هناك عم يتردد في أن يكون وليا في زواج ابن أخيه (عدل) لعدم طلاقه. . إذن ، فإن صياغة المشكلة في هذه الدراسة هي كيف يتم تفسير ظاهرة عادات (ليس بوبك بعد) وفقًا للمجتمع المحلي والزعيم العرفي المحلي؟ وما هو الحكم لظاهرة الوصي بسبب عادة الدوس على (لم ينكسر بعد) من منظور هذا البحث هو بحث تجريبي ، ويستخدم منهجًا نوعيًا ، حيث يحصل هذا البحث على البيانات من خلال مقابلة الأطراف المعنية. . أنواع ومصادر البيانات المستخدمة هي مصادر البيانات الأولية والثانوية. وفي الوقت نفسه ، تستخدم معالجة البيانات تقنيات التحرير والتصنيف والتحقق والتحليل والاستنتاج. ونتائج هذه الدراسة مأخوذة من الأحكام القائمة المتعلقة بقواعد الولاية في الزواج ، في الحالة التي لا يمكن تبريرها من قبل المؤلف. لأنه بعد كل شيء ، لا يزال المخبر "باك ليك" ملزمًا بشكل مطلق بتزويج ابن أخيه . في هذه الحالة ، كان سبب رفض "باك ليك" تزويج ابن أخته هو أن "باك ليك" لم يكن أبًا في القانون. لذلك لم يجرؤ "باك ليك" على ذلك لأنه كان يعتقد أن ذلك سيؤدي إلى كارثة عليه وعلى أسرته.
ABSTRACT
Regarding guardianship in marriage, there are no verses in the Qur'an that explicitly explain this, but there are certain verses in the Koran that implicitly indicate the existence of guardians in marriage. So that the verse is used as a legal basis for the existence of a guardian in marriage. In general, as is known by the public, guardians are divided into 2, namely nasab guardians and judge guardians. Lineage guardians include fathers, grandfathers, siblings, and uncles. However, nowadays there are still many cases of guardians who are reluctant to become guardians for certain reasons. Like the case that the author is researching, there is an uncle who is reluctant to become a guardian in his nephew's marriage for the reason that he is not yet bubak. So the formulation of the problem in this study is How is the explanation of the phenomenon of the bubak tradition according to the community and the local customary leader? And what is the provision for the phenomenon of guardian adhal because of the custom of stepping on bubak tradition from the perspective of ‘urf?
This research is an empirical research, and uses a qualitative approach, where this research obtains data by interviewing the parties concerned. The types and sources of data used are primary and secondary data sources. Meanwhile, the data processing uses editing, classification, verification, analysis, and conclusion techniques.
The results of this study are from the existing provisions regarding the rules regarding guardianship in marriage, in the case that the author examined cannot be justified. Because after all, the informant "Uncle" still has an absolute obligation to marry off his nephew. In this case, the factor "Uncle" refused to marry off his nephew was because "Uncle" had never been a father-in-law. So “Uncle” didn't dare because he believed it would bring disaster on him and even his family.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Bachri, Syabbul |
Keywords: | Wali nikah, Adat bubak, ‘Urf; كلمات مفتاحية: و يل النكاح ، تقلي د بوبك ، عرف; Marriage guardian, Bubak tradition, ‘Urf |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Ganesia Rahmadianti |
Date Deposited: | 17 Jul 2023 11:38 |
Last Modified: | 17 Jul 2023 11:38 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/54457 |
Downloads
Downloads per month over past year
Available Versions of this Item
- Tradisi Bubak sebagai alasan Adhalnya seorang wali perspektif 'Urf: Studi kasus di Kelurahan Kartoharjo, Kabupaten Nganjuk. (deposited 17 Jul 2023 11:38) [Currently Displayed]
Actions (login required)
View Item |