Hubungan antara intensitas berdzikir dengan motivasi belajar siswa kelas XI SMK NU Lamongan

ABSTRAK

Melakukan ibadah dzikir secara terus-menerus dan dengan waktu yang istiqomah akan mendapatkan efek langsung berupa ketenangan batin dan kesejukan. Melakukan dzikir setelah shalat fadlu bukan merupakan kewajiban namun kesunahan dan merupakan budaya dari umat islam. Keistiqomahan dalam melakukan dzikir setelah sholat inilah yang berdampak positif bagi individu- individu yang melakukan. Melakukan dzikir secara terus menerus dan istiqomah inilah yang disebut dengan intensitas berdzikir. Intensitas berdzikir dapat diukur melalui frekuensi dan waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman tingkat intensitas berdzikir, motivasi belajar, dan mengetahui hubungan antara intensitas berdzikir dan motivasi belajar siswa kelas II di SMK NU Lamongan. Penelitian ini mengambil subyek 55 responden. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan metode pengumpulan data menggunakan metode angket.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat intensitas berdzikir siswa SMK NU Lamongan berada pada kategori tinggi sebanyak 10 siswa atau 18 %. Pada ketegori rendah didapatkan sebanyak 10 siswa atau 18 %. Pada ketegori sedang didapatkan sebanyak 35 siswa atau 64 %. Tingkat motivasi belajar siswa kelas II SMK NU Lamongan didapatkan sebanyak 15 siswa atau 27 % berada pada kategori rendah. 27 siswa atau 49 % berada pada tingkat sedang. 13 siswa atau 24 % berada pada tingkat tinggi. Hal tersebut berdasarkan nilai rhit 0.299. dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai N adalah 55 dan nilai rtabel adalah 0.238. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan taraf signifikansi 5% r hitung dari hasil korelasi di atas memiliki nilai nilai rhit 0.299 > nilai rtabel 0.238, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Semakin tinggi tingkat intensitas berdzikir, semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar siswa.

ABSTRACT

Practicing dhikr constantly with a focused process will get an immediate effect in the form of peace of mind and coolness. Performing dhikr after prayer is not obligatory nor sunna, and it’s a culture of Muslims. Habituality in doing dhikr after prayers give positive effects for individual who does. Practicing dhikr continuous and focused intensity is called dhikr. The intensity of dhikr can be measured by the frequency and time.

This study aims to determine how the level of intensity of dhikr, motivation to learn, and determine the relations between the intensity of dhikr and second grade students' motivation in SMK NU Lamongan. This research takes 55 respondents. This research uses quantitative research and the data collection methods using questionnaires.

Based on the findings, the level of intensity of dhikr is revealed that SMK NU Lamongan students at the high category as many as 10 students or 18%. The low category earned a total of 35 students or 64%. Students' motivation level class II SMK NU Lamongan obtained by 15 students or 27% were in the low category, 27 students or about 49% in moderate. 13 students or 24% are at the high level. It is based on the value rhit 0, 299. From the table above it can be seen that the value of N is 55 and the value is 0.238 rtable. It is said to be significant or having a relations if rhit greater than rtable. With significance level of 5% from rhit correlation results above have a value rhit 0, 299> 0238 rtable mean value of Ho is rejected and Ha is accepted. The higher the level of dhikr intensity, the higher the level of student motivation.