Ilyas, Mohammad (2022) Perancangan Keris Center di Kabupaten Sumenep dengan Pendekatan Extending Tradition. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
17660026.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (17MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Keris menjadi benda pusaka yang diwariskan oleh para leluhur sebelumnya yang digunakan sebagai senjata dalam sebuah pertempuran. Pada zaman ini keris menjadi benda pusaka yang diabadikan dan dikoleksi oleh para kolektor keris hingga keris mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam mempertahankan budaya ini. Wilayah Kabupaten Sumenep menjadi salah satu tempat yang dikenal dengan sebutan kota keris. Julukan tersebut disandingkan karena Kabupaten Sumenep menjadi kabupaten dengan pengrajin keris terbesar di nusantara. Pada sekitar tahun 2015 Kabupaten Sumenep diakui oleh UNESCO karena banyaknya pengrajin keris yang masih aktif menempa keris dan menjaga kelestarian budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur sebelumnya. Pengrajin keris di Kabupaten Sumenep bertempat di Desa Aeng Tong-Tong, Kecamatan Saronggi. Pada desa tersebut semua penduduknya berprofesi sebagai pengrajin keris sehingga membuktikan bahwa kerajinan keris masih terjaga sampai saat ini. Adanya kerajinan keris yang masih berjalan saat ini tentu menjadi salah satu hal yang dapat mengundang wisatawan dalam mempelajari lebih lanjut mengenai keris dan memahami sejarah dan filosofi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam perancangannya menggunakan pendekatan extending tradition untuk menjaga gambaran tradisi dan budaya yang dapat dikenalkan kepada wisatawan sehingga para wisatawan dapat mempelajari lebih lanjut mengenai budaya setempat.
ENGLISH:
The keris is an heirloom inherited by the previous ancestors which is used as a weapon in a battle. At this time the kris became an heirloom that was enshrined and collected by kris collectors until the kris got the attention of the public and the government in maintaining this culture. The Sumenep Regency area is one of the places known as the kris city. The nickname is juxtaposed because Sumenep Regency is the district with the largest keris craftsman in the archipelago. Around 2015 Sumenep Regency was recognized by UNESCO because of the large number of kris craftsmen who are still actively forging kris and preserving the culture that has been passed down by previous ancestors. Keris craftsmen in Sumenep Regency are located in Aeng Tong-Tong Village, Saronggi District. In this village, all of the residents work as kris craftsmen, thus proving that the kris craft is still maintained today. The existence of a kris craft that is still running today is certainly one thing that can invite tourists to learn more about the keris and understand the history and philosophy and values contained in it. In its design, it uses an extending tradition approach to maintain a picture of tradition and culture that can be introduced to tourists so that tourists can learn more about local culture
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Wismantara, Pudji Pratitis and Maslucha, Luluk | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Budaya; Edukasi dan Wisata | |||||||||
Departement: | Fakultas Sains dan Teknologi > Jurusan Teknik Arsitektur | |||||||||
Depositing User: | Mohammad Ilyas | |||||||||
Date Deposited: | 03 Jan 2022 13:47 | |||||||||
Last Modified: | 03 Jan 2022 13:47 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/32966 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |