Rakhmayanti, Firda (2021) Pembagian harta bersama pada perkawinan poligami perspektif Hukum Islam dan hukum positif di Indonesia. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
16210160.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (952kB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Persoalan pembagian harta bersama, seringkali terjadi akibat perceraian. Dalam penelitian ini, terjadinya perkawinan poligami yang memicu adanya harta bersama. Hal tersebut perlu diketahui penyebab terjadinya pemerataan harta bersama yang sesuai bagi pihak istri pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya menurut hukum Islam dan hukum positif. Oleh karena itu perlu adanya dasar yang mendasari persamaan dan perbedaan diantara kedua dasar hukum tersebut. Maka dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 dalam pengaturannya yang dimuat pada BAB VII pasal 35 ayat 1 dan pasal 36 ayat 1 menjelaskan adanya harta bersama. Dan beberapa pada aturan hukum Islam dan hukum positif yang ada di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum yuridis normatif, dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan. Dikarenakan penelitian ini menggunakan bahan pertimbangan berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, KUHPerdata, Al Qur’an, dan Fiqh. Pada penelitian ini, peneliti dalam mengumpulkan bahan penelitian dengan studi kepustakaan (library research). Dengan analisa bahan penelitian yang deskriptif sehingga informasi data yang terkumpul akan menjadi bahan pokok pada penelitian ini serta kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1). Berdasarkan tinjauan hukum Islam harta bersama dapat diqiyaskan dengan syirkah karena istri juga dapat dihitung sebagai pasangan atau kongsi yang bekerja, meskipun tidak ikut bekerja dalam pengertian yang sesungguhnya dalam segi hukum Islam, sedangkan dalam segi hukum positif sendiri harta bersama poligami ini harus terpisah dan berdiri sendiri sebagaimana pasal 94 ayat 1 dan 2 Kompilasi Hukum Islam. 2). Berdasarkan analisis persamaan dalam pasal 29 UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 yakni dalam perkawinan monogami, pada dasarnya tidak terjadi pemisahan harta bersama, kecuali apabila ditentukan dalam perjanjian perkawinan sehingga harta bersama tidak dapat terpisah karena adanya akad atau perjanjian di awal perkawinan. Sedangkan perbedaan ditinjau dari hukum Islam jelas dalam surat An Nisa ayat 32, pada hukum positif pasal 35-37 UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama dan dibawah penguasaan masing-masing yaitu suami dan istri dan sepanjang para pihak tidak menentukan lain, begitu juga dengan terjadinya perkawinan poligami.
ENGLISH:
The issue of the division of joint property, often occurs as a result of divorce. In this study, the occurrence of polygamous marriages triggers the existence of joint property. It is necessary to know the cause of the equitable distribution of joint property for the first, second, third, and so on according to Islamic law and positive law. Therefore, it is necessary to have a basis that underlies the similarities and differences between the two legal bases. So in Law No. 1 of 1974 in its arrangements contained in Chapter VII article 35 paragraph 1 and article 36 paragraph 1 explains the existence of joint assets. And some on the rules of Islamic law and positive law in Indonesia.
The research method used in this study is a normative juridical legal research method, using a statutory approach. Because this research uses material considerations based on Law No. 1 of 1974 concerning marriage, the Compilation of Islamic Law, the Civil Code, the Qur'an, and Fiqh. In this study, researchers in collecting research materials with library research (library research). With a descriptive analysis of research materials so that the collected data information will be the main material in this study and its conclusions.
In this study, it can be concluded that: 1). Based on a review of Islamic law, joint property can be confirmed with syirkah because the wife can also be counted as a spouse or partner who works, even though she does not work in the true sense in terms of Islamic law, while in terms of positive law itself, this polygamous joint property must be separate and independent. as article 94 paragraphs 1 and 2 of the Compilation of Islamic Law. 2). Based on the equation analysis in Article 29 of the Marriage Law No. 1 of 1974, namely in monogamous marriages, basically there is no separation of joint assets, unless specified in the marriage agreement so that joint assets cannot be separated due to a contract or agreement at the beginning of the marriage. While the difference in terms of Islamic law is clear in the letter An Nisa paragraph 32, in positive law articles 35-37 of Law No. 1 of 1974 concerning marriage that property acquired during marriage becomes joint property and is under the control of each, namely husband and wife and as long as the parties do not determine otherwise, as well as the occurrence of polygamous marriages.
ARABIC:
غالبًا ما تحدث مسألة تقسيم الملكية المشتركة نتيجة الطلاق. في هذه الدراسة ، يؤدي تعدد الزوجات إلى وجود الملكية المشتركة. من الضروري معرفة سبب التوزيع العادل للملكية المشتركة المناسب للأول والثاني والثالث وما إلى ذلك حسب الشريعة الإسلامية والقانون الوضعي. لذلك ، من الضروري أن يكون هناك أساس يكمن وراء أوجه التشابه والاختلاف بين القاعدتين القانونيتين. لذلك في القانون رقم 1 لعام 1974 في ترتيباته الواردة في الفصل السابع المادة 35 الفقرة 1 والمادة 36 الفقرة 1 يوضح وجود الأصول المشتركة. وبعضهم عن قواعد الشريعة الإسلامية والقانون الوضعي في إندونيسيا.
إن منهج البحث المستخدم في هذه الدراسة هو منهج بحث قانوني معياري قانوني ، باستخدام منهج تشريعي. لأن هذا البحث يستخدم اعتبارات مادية تستند إلى القانون رقم 1 لسنة 1974 بشأن الزواج ، وتجميع الشريعة الإسلامية ، والقانون المدني ، والقرآن ، والفقه. في هذه الدراسة قام الباحثون بجمع المواد البحثية مع البحوث المكتبية (بحوث المكتبات). مع التحليل الوصفي للمواد البحثية بحيث تكون المعلومات المجمعة هي المادة الرئيسية في هذه الدراسة ونتائجها.
في هذه الدراسة يمكن استنتاج ما يلي: 1). بناءً على مراجعة الشريعة الإسلامية ، يمكن تأكيد الملكية المشتركة مع شركه لأن الزوجة يمكن أيضًا اعتبارها زوجًا أو شريكًا يعمل ، على الرغم من أنها لا تعمل بالمعنى الحقيقي من حيث الشريعة الإسلامية ، بينما من حيث القانون الوضعي نفسه ، يجب أن تكون هذه الملكية المشتركة لتعدد الزوجات منفصلة ومستقلة ، كما في المادة 94 الفقرتين 1 و 2 من مجموعة الشريعة الإسلامية. 2). بناءً على تحليل المعادلة في المادة 29 من قانون الزواج رقم 1 لعام 1974 ، أي في حالات الزواج الأحادي ، لا يوجد فصل في الأصول المشتركة ، ما لم ينص على ذلك في اتفاقية الزواج بحيث لا يمكن فصل الأصول المشتركة بسبب عقد أو اتفاق في بداية الزواج. في حين أن الاختلاف من حيث الشريعة الإسلامية واضح في الفقرة 32 من الرسالة ، فإن المواد 35-37 من القانون الوضعي من القانون رقم 1 لسنة 1974 بشأن الزواج تصبح الممتلكات المكتسبة أثناء الزواج ملكية مشتركة وتخضع لسيطرة كل منهما ، أي الزوج والزوجة وطالما لم يقرر الطرفان خلاف ذلك وكذلك حدوث تعدد الزوجات.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Herry, Musleh | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | perkawinan; poligami; harta bersama; marriage; polygamy; collective property; الزواج ; تعدد الزوجات ; الملكية الجماعية | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012824 Harta Bersama (Matrimonial Property) | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Firda Rakhmayanti | ||||||
Date Deposited: | 30 Aug 2021 14:07 | ||||||
Last Modified: | 30 Aug 2021 14:07 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/30418 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |