Identity representation on personal travel blog

ENGLISH:

Nowadays, the discussion on identity is apparently moved to the fore as a priority subject for investigating linguistic inquiry since identity is not only represented upon speaking with interlocutors, but also writing blogs. Bloggers pour out their emotions and thoughts through writing. The selected words and grammatical features are able to portray the writer characteristics as the result. The text will be the mirror of who the writer is, what the writer does, and how the writer principally in the real-life is. This research concerns on how identity representation can be discovered through the way Bowie Holiday writes his blog. It will go in depth into textual analysis to find his identity representation within the blog articles. The researcher is analyzing the language use representing identity which occurs in Bowie’s blog. Furthermore, the focus of this study is to serve that presenting people’s ways of life is not only through their speaking, but also through their ways of writing personal blog.

This study implements descriptive qualitative research paradigm since it explores and understands the meaning of individual ascribed to his social experiences which are written in the form of articles. Descriptive method is used because it attempts to explain and interpret identity representation by the use of linguistic features. In doing so, this research utilizes Critical Discourse Analysis proposed by Norman Fairclough (1989) since it deals with producing or interpreting texts, including the knowledge of language, values, and beliefs. The result shows that there are two pivotal identities which are presented within the personal travel blog. In case of identity representation as Indonesian travel blogger, it is found that the language use represents his identity through the use of expressive values, local language, the spirit of nationalism, and the pronoun “you” that implies advertising. In term of personal identity, Bowie’s uniqueness can be comprehended from the way he applied the pronoun “we”, Javanese insertion, informal words usage, as well as putting down a number of pictures.

INDONESIA:

Dewasa ini, diskusi tentang identitas menjadi prioritas utama dalam penelitian ilmu linguistik karena identitas seseorang tidak hanya bisa diketahui melalui cara mereka berbicara, tapi juga dalam suatu tulisan blog. Blogger mencurahkan emosi dan pikiran mereka melalui sebuah tulisan. Kata-kata yang dipilih dan fitur tata bahasa mampu menggambarkan karakteristik seorang penulis. Tulisan tersebut akan menjadi cermin siapa yang menulis, apa yang penulis lakukan, dan bagaimana kehidupan penulis di dunia nyata. Penelitian ini tentang bagaimana representasi identitas Bowie Holiday dapat ditemukan melalui cara menulis blog. Studi ini akan fokus terhadap analisis tekstual untuk menemukan representasi identitas penulis. Peneliti menyelidiki penggunaan bahasa yang dipakai Bowie dalam blog yang ditulisnya. Selain itu, fokus dari penelitian ini bertujuan untuk memahami cara hidup seseorang tidak hanya melalui tata bicara mereka, tapi juga cara mereka menulis blog pribadi.

Studi ini menerapkan paradigma penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti akan mengeksplorasi dan memahami makna individual yang dianggap berasal dari pengalaman sosial yang ditulis dalam artikel. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menafsirkan representasi identitas dengan menggunakan fitur linguistik. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis yang diusulkan oleh Norman Fairclough (1989) karena berhubungan dengan menafsirkan teks, termasuk pengetahuan bahasa, nilai, dan keyakinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua identitas penting yang muncul dalam hal representasi identitas sebagai blogger Indonesia yaitu 1) penggunaan bahasa yang mewakili identitas Bowie melalui penulisan nilai-nilai ekspresif, bahasa lokal, semangat nasionalisme, dan kata ganti “anda” yang mengandung makna iklan, dan 2) tentang identitas pribadi keunikan Bowie yang dilihat dari cara dia menerapkan kata ganti “kami”, penyisipan bahasa Jawa, penggunaan Bahasa informal, serta peletakan sejumlah gambar