Zebua, Tri Deri Maulana (2018) Mediation arrangements in Religious Courts and Sharia Courts: Comparative Study in Indonesia and Malaysia. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
14220068.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (4MB) |
Abstract
مستخلص البحث
ﺗﻌﺘﺮف ﺑﻴﺌﺔ اﻟﻤﺤﻜﻤﺔ سلام بالصلح، ﺣﻴﺚ ﺗﺤﺘﻮي هﺬ الصلح ﻋﻠﻰ هﺪف اﻟﺴﻼم. دين الإسلام يعلم المسلمون أن كل المسألة بين المسلمين يجب أن يحلّل مسألتهم بالصلح . كما كتب في القرآن الكريم في السورة الحجرة الآية العاسرة. الصلح في المحاكم الدينية الإندونيسية مكتوب في انظمة محكمة العليا رقم الأول سنة الف و ستّة عشر يشرح على انّ كلّمسألة يجب بالصلح و امّا قانون في محكمة الشريعة في مالزيا تكتب في انظمة رقم الاول سنت الف وعشر الذي لايجب كل مسألة بالصلح إلاّ من بعض المسألة.
التحقيق في هذه الدراسة ترتيبات الصلح في المحاكم الدينية الإندونيسية والمحكمة الشرعية في ماليزيا، بهدف تحديد الإعداد الصلح في المحاكم الدينية الإندونيسية والمحكمة الشرعية في ماليزيا وأيضا توضيح أوجه التشابه والاختلاف في كل منهما. هذا البحث هو بحث معياري مع نهج التشريع والنهج المقارن.
من هذا البحث أنه من المعروف أن المحاكم الدينية الإندونيسية تتطلب جميع القضايا المدنية المرفوعة أمام محكمة الحاجة إلى الذهاب من خلال عملية الصلح. ولكن يتطلب المحكمة الشرعية ماليزيا إلاّ من بعض القضايا التى تجب بالصلح، ويسمح للآخرين أن يحاكم مباشرة من قبل القاضي.
بوجود هذا البحث يرجى للمحكمة الشريعة مالزيا ان يوجب كل المسألة بالصلح لنقص القضايا في المحكمة و فعل ما يشارع في القرآن سورة الحجرة الآية العاسرة وكذالك إعطاء خزائن العلوم إليهما.
ABSTRACT
The court environment recognizes peace as mediation, where this mediation has a goal of peace. The religion of Islam teaches its people that all disputes between Muslims should be settled with peace. As written in al-Qur'an Surah al Hujarat verse 10. Mediation in the Indonesian Religious Court is regulated in Supreme Court Regulation Number 1 of 2016 which requires that all civil cases entered in the Court must go through mediation process while in Malaysia set in Enactment Number 1 of 2010 which only requires that some cases that have to go through the mediation process other than that can be tried directly by the judge.
The study examines the mediation arrangements in the Indonesian Religious Courts and Malaysian Sharia Courts, with the aim of identifying the mediation arrangements in the Indonesian Religious Courts and Malaysian Sharia Courts and also elaborating the similarities and differences of both. This research is a normative research with approach of legislation and comparative approach.
From this research it is known that the Indonesian Religious Court requires that all civil cases submitted to the Court must go through the mediation process. The Malaysian Sharia Court only requires that some cases be mediated, and others are permitted to be tried directly by a judge.
The existence of this study contributes to the Malaysian Sharia Court in order to require any civil cases to mediate in order to reduce the accumulation of cases and also to implement the Sharia contained in al-Qur'an Surah al-Hujarat verse 10 and also to provide science treasures for both States in the arrangement mediation.
ABSTRAK
Lingkungan peradilan mengenal perdamaian sebagai mediasi, dimana mediasi ini memiliki tujuan yaitu perdamaian. Agama islam mengajarkan kepada umatnya agar segala perselisihan yang terjadi antara umat Muslim hendaklah diselesaikan dengan perdamaian. Sebagaimana tertulis dalam Al-qur’an Surat Al hujarat ayat 10. Mediasi di Pengadilan Agama Indonesia diatur di Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2016 yang mana mewajibkan segala perkara perdata yang masuk di Pengadilan harus melalui proses mediasi sedangkan di Malaysia diatur di Arahan Amalan Nomor 1 tahun 2010 yang mana hanya mewajibkan sebagian perkara saja yang harus melalui proses mediasi selain itu dapat diadili langsung oleh majlis hakim.
Penelitian ini meneliti pengaturan mediasi di Pengadilan Agama Indonesia dan Mahkamah Syariah Malaysia, dengan tujuan untuk mengetahui pengaturan mediasi di Pengadilan Agama Indonesia dan Mahkamah Syariah Malaysia dan juga mengelaborasi persamaan dan perbedaan dari keduanya. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan melakukan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan komparasi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa Pengadilan Agama Indonesia mewajibkan segala perkara perdata yang diajukan ke Pengadilan harus melalui proses mediasi yang diatur dalam Peraturaan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016. Sedangkan Mahkamah Syariah Malaysia hanya mewajibkan sebagian perkara saja untuk melalui proses mediasi diatur dalam Arahan Amalan Nomor 1 Tahun 2010, dan lainnya dibolehkan untuk diadili secara langsung oleh Hakim.
Adanya penelitian ini memberikan kontribusi kepada Mahkamah Syariah Malaysia agar mewajibkan segala perkara perdata apa saja untuk melakukan mediasi dan juga melaksanakan syariat yang termaktub dalam al-Qur’an surah al-Hujarat ayat 10 dan juga memberikan khazanah keilmuan bagi kedua Negara untuk mewujudkan suatu Negara yang lebih baik lagi di kemudian hari khususnya dalam pengaturan mediasi.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Jundiani, Jundiani | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | الصلح; ترتيبات الصلح،محكمة الدينية في إندونيسيا; محكمة الشريعة في ماليزيا; Indonesian Religious Court; Malaysian Sharia Court; Mediation; Mediation Arrangements; Mediasi; Pengaturan Mediasi; Pengadilan Agama Indonesia; Mahkamah Syariah Malaysia | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan Hukum Bisnis Syariah | ||||||
Depositing User: | Mohammad Syahriel Ar | ||||||
Date Deposited: | 28 Sep 2018 15:32 | ||||||
Last Modified: | 28 Sep 2018 15:32 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/12351 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |