Santoso, Mamad Ashari (2015) Pandangan tokoh masyarakat terhadap tradisi perkawinan "dandang rebutan penclok'an": Studi kasus di Desa Tanjunggunung Kec. Peterongan Kab. Jombang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Introduction)
10210071 Pendahuluan.pdf Download (867kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Indonesia)
10210071 Indonesia.pdf Download (296kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: English)
10210071 Inggris.pdf Download (84kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Arabic)
10210071 Arab.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 1)
10210071 Bab 1.pdf Download (299kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 2)
10210071 Bab 2.pdf Download (400kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 3)
10210071 Bab 3.pdf Download (311kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 4)
10210071 Bab 4.pdf Download (361kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 5)
10210071 Bab 5.pdf Download (283kB) | Preview |
|
|
Text (References)
10210071 Daftar Pustaka.pdf Download (97kB) | Preview |
|
Other (Appendices)
10210071 Lampiran.rar Download (312kB) |
||
|
Text (Summary)
10210071 Ringkasan.pdf Download (656kB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya. Di samping itu, pernikahan juga mempunyai tujuan untuk membentuk perjanjian (suci) antara seorang pria dan seorang wanita yang mempunyai segi-segi perdata diantaranya adalah kesukarelaan, persetujuan kedua belah pihak, kebebasan memilih dan darurat. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, banyak adat dan budaya yang berkembang dalam masyarakat, dan keduanya berpengaruh,dipercayai,dan di lakukan. Salah satunya adalah yang terjadi di masyarakat Desa Tanjunggunung Kec. Peterongan Kab. Jombang. Suatu kepercayaan atau mitos yang berkembang di masyarakat pernikahan tidak boleh di lakukan oleh dua saudara dalam satu kampung. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran islam, karena adat yang seperti ini tidak ada atau hukum islam mengatakan itu di larang atau di perbolehkan dan ini secara sosial yuridis dan tidak menyalahi hukum islam yang terjadi berkaitan dengan pembatasan nikah dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu : Bagaimana pandangan tokoh masyarakat Desa Tanjunggunung Kec. Peterongan Kab. Jombang mengenai pernikahan dandang rebutan penclok’an? dan Bagaimana adat dandang rebutan penclok’an berkembang di masyarakat Desa Tanjunggunung Kec. Peterongan Kab. Jombang?
Penelitian ini tergolong penelitian empiris yang menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, sumber data penelitian ini diperoleh dari observasi langsung serta wawancara kepada tokoh masyarakat sebagai data primer, serta dari fatwa ulama’ dan literatur yang sesuai dengan tema sebagai data sekunder.
Hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan,menurut pandangan tokoh masyarakat di desa Tanjunggunung Kec. Peterongan Kab. Jombang tradisi dandang rebutan penclok’an merupakan tradisi warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan serta dilanggengkan secara terus menerus. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat Tanjunggunung tetap mempertahankan tradisi Dandang Rebutan Penclok’an diantaranya adalah pertama; faktor tradisi atau kebiaasaan itu sendiri, kedua; demi nilai kebersamaan dan kemaslahatan, dan ketiga; adanya rasa patuh terhadap orang tua dan leluhur. Dalam pandangan masyarakat, pada umumnya di Tanjunggunung bahwa tradisi Dandang Rebutan Penclok’an dalam perkawinan tetap bisa untuk dilestarikan dan dipertahankan, disebabkan karena tradisi ini bisa diterima dengan akal sehat dan tidak mengandung unsur kesyirikan di dalamnya.
ENGLISH:
Marriage is sunnatullah general and applies to all His creatures. In addition, marriage also has the objective to establish an agreement (the sacred) between a man and a woman who has the civil aspects of which are voluntary, consent of both parties, freedom of choice and the emergency. In the Java community life, many customs and cultures that developed in the community, and both are influential, trusted, and in doing. One is that the case in rural communities tanjunggunung excl. Peterongan kab. Jombang. A belief or myth that developed in the community marriage should not be done by two brothers in the village. It is so contrary to the teachings of Islam, because this custom as none or Islamic law says it banned or are allowed and this is socially juridical and does not violate Islamic law that occur relating to restrictions on marriage and so forth.
In this study, the authors formulate some formulation of the problem, namely: How do the views of community leaders Tanjunggunung village district. Peterongan Kab. Jombang regarding seizure penclok'an cormorant wedding? and How cormorant indigenous struggle developed in the community penclok'an Tanjunggunung village district. Peterongan Kab. Jombang?
This study classified empirical research using qualitative descriptive approach, this research data sources obtained from direct observation and interviews to community leaders as the primary data, as well as from the fatwa scholars and literature appropriate to the theme as secondary data.
Results of the research that has been done is, in the view of village leaders Tanjunggunung district. Peterongan Kab. Jombang tradition seizure penclok'an cormorant is a tradition that determines bahwasannya when you first have a wedding in the village pass the second brother should not do the wedding in the same village.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Keywords: | Pandangan; Tokoh masyarakat; Tradisi; Urf; View; Community Leaders; Tradition |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012829 Islamic Family Issues & Local Tradition |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Indar Erdiana |
Date Deposited: | 06 Aug 2015 07:58 |
Last Modified: | 06 Aug 2015 07:58 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/918 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |