Razikanta, Anas Mahasir (2010) Belajar menurut Al Ghazali dan Jean Piaget: Studi Komparasi atas pemikiran Al Ghazali dan Jean Piaget tentang Pembelajaran. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
04110217-Isi.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (412kB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Belajar merupakan kegiatan transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), atau dengan kata lain belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga proses ini saling berkaitan apabila satu diantara ketiganya tidak dapat berjalan bebarengan maka tidak akan sempurna proses belajar yang dilakukan baik di sekolah maupun diluar instansi sekolah. Islam sendiri menyerukan agar umat Islam melakukan proses belajar, dengan belajar umat islam tidak akan mengalami kesenjangan ilmu dengan umat non muslim.
Belajar dan pembelajaran adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan. Belajar mempunyai andil besar dalam meneruskan kebudayaan dari generasi ke generasi baru. Untuk meneruskan warisan budaya dan mendidik generasi muda agar dapat meneruskan peran tersebut, maka dibutuhkan sebuah teori belajar. Pentingnya belajar dan pembelajaran mendapat perhatian dari para psikolog Barat, sehingga pada awal abad 19 muncullah teori belajar dan pembelajaran.
Teori belajar merupakan acuan bagi seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas•kelas. Seorang guru yang profesional akan menyadari pentingnya teori belajar, karena tidak mungkin pembelajaran akan dilaksanakan dengan praktik trial dan error. Pentingnya teori belajar tersebut adalah sebagai upaya untuk melaksanakan belajar dan pembelajaran secara efektif.
Sebuah teori akan mampu menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam kurun waktu tertentu, dan tidak dapat digeneralisir serta dipertahankan sepanjang masa, sehingga teori belajar terus mengalami perkembangan. Dewasa ini, teori belajar yang banyak diadopsi dari Barat adalah teori belajar konstruktivistik, sebuah teori belajar yang bersifat student center. Teori konstruktivistik menekankan pada aktivitas siswa dalam proses konstruksi pengetahuannyasendiri, dan dalam banyak hal dinilai berhasil dalam mencetak generasi yang cerdas.
Generasi yang diharapkan dapat meneruskan budaya bangsa Indonesia bukan hanya generasi yang cerdas, namun juga berakhlak mulia. Teori konstruktivistik yang diadopsi dari Barat, tidak banyak memperhatikan tentang akhlak (etika). Sehingga perlu ada evaluasi ulang tentang teori belajar yang digunakan sehingga tujuan pembentukan generasi cerdas dan berkhlak mulia dapat terwujud. Tokoh pendidikan akhlak yang sering diperbincangkan dalam dunia pendidikan adalah Al•Ghazali, seorang cendikiawan muslim pada zaman Islam klasik. Pemikiran Al•Ghazali dan ulama•ulama Islam klasik tentang pendidikan akhlak masih digunakan di lembaga•lembaga pendidikan, seperti madrasah dan pesantren. Konsep pendidikan akhlak tersebut dinilai berhasil menanamkan akhlak mulia yang diharapkan.
Rumusan masalah menyatakan 1) bagaimana belajar menurut Al Ghazali dan Piaget, 2) bagaimana perbandingan (Persamaan dan perbedaan) belajar menurut Al Ghazali dan Piaget. Dari rumusan masalah itu maka, bertujuan untuk, 1) mengetahui belajar menurut Al Ghazali dan Piaget, 2) menemukan persamaan dan perbedaan belajar menurut Al Ghazali dan Piaget. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan Content Analysis Yaitu suatu metode yang digunakan dalam penyelidikan yang meliputi pengumpulan informasi melalui penyajian arsip atau dokumen. Adapun teknik pengumpulan data melalui metode dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang didapat bahwasannya konsep belajar yang diterapkan Al Ghazali dan Jean Piaget hampir sama. Karena mereka berfikiran logis dan sistematis. Al Ghazali menegaskan bahwa belajar serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman individu. Sedangkan Jean Piaget mendefinisikan belajar suatu proses perolehan pengetahuan yang dibentuk oleh individu itu sendiri karena individu melakukan interaksi secara terus menerus dengan lingkungan. Al Ghazali lebih berorientasi pada Al Qur’an dan hadist dan tidak melupakan unsur duniawi, serta disamping menggunakan panca indera, akal juga menggunakan jiwa dalam proses belajar, sedangkan piaget lebih rasionalis dalam menentukan proses belajar, piaget mendasarkan pemikirannya yang mirip dengan perkembangan biologis yang terorganisasi dengan lingkungan yaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Zainuddin, M | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Belajar; Menurut Al Ghazali dan Jean Piaget; Komparasi | ||||||
Subjects: | 13 EDUCATION > 1302 Curriculum and Pedagogy > 130202 Curriculum and Pedagogy Theory and Development 13 EDUCATION > 1303 Specialist Studies In Education > 130303 Education Assessment and Evaluation |
||||||
Departement: | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan > Jurusan Pendidikan Agama Islam | ||||||
Depositing User: | Adi Sucipto | ||||||
Date Deposited: | 20 Jan 2023 10:59 | ||||||
Last Modified: | 20 Jan 2023 10:59 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/44969 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |