Kinetika adsorpsi logam Tembaga (Cu) pada selulosa Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) termodifikasi asam sitrat

INDONESIA:

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman air yang dianggap sebagai gulma pada perairan. Di sisi lain, sejumlah 64,51% senyawa selulosa dalam eceng gondok berpotensi menyerap logam karena memiliki gugus hidroksil (OH). Demineralisasi menggunakan HNO3 0,1 M pada biomassa digunakan untuk menurunkan kadar mineral. Setelah itu dilakukan modifikasi pada biomassa menggunakan asam sitrat 1 M untuk mengubah gugus hidroksil dan karboksil (COOH) membentuk gugus C=O ester. Hasil modifikasi biomassa diaplikasikan untuk menyerap logam tembaga (Cu) dengan variasi waktu kontak : 0, 30, 60, 120, dan 180 menit. Pengamatan dilakukan pada penurunan konsentrasi logam tembaga selama waktu tertentu dan dianalisis menggunakan instrumen atomic adsorption spectroscopy (AAS). Hasil penelitian menunjukkan kinetika adsorpsi logam tembaga mengikuti persamaan kinetika orde 2. Karakterisasi menggunakan FTIR setelah proses modifikasi menunjukkan adanya serapan khas pada bilangan gelombang 1736 cm-1. Serapan tersebut merupakan vibrasi dari gugus C=O ester, dimana pada biomassa sebelum dimodifikasi tidak terdapat serapan tersebut. Hasil XRF menunjukkan adanya kenaikan persentase logam Cu setelah proses adsorpsi sebesar 0,03% menjadi 23,7%.

ENGHLISH:

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is an aquatic plant that is considered a weed in water. On the other hand, 64.51% of the cellulose compound in water hyacinth has the potential to absorb metal because it has a hydroxyl group (OH). Demineralization using 0.1 M HNO3 in biomass is used to reduce mineral content. After modification of biomass was carried out using 1 M citric acid to convert the hydroxyl and carboxyl (COOH) groups to form C=O ester group. The results of biomass modification were applied to adsorb copper metal (Cu) with variations of contact time: 0, 30, 60, 120, and 180 minutes. Observations were made on decreasing the concentration of copper metal for a certain time and were analyzed using the atomic adsorption spectroscopy (AAS) instrument. The results showed the copper metal adsorption kinetics followed the second order reaction. Characterization using FTIR after the modification process showed that there was a typical absorption at wave number 1736 cm-1. The absorption is the vibration of the C=O ester groups, where there is no absorption at the biomass before modification. The XRF results show an increase in the percentage of Cu metal after the adsorption process by 0.03% to 23.7%.