Mustofa, Moh. Arif (2017) Relevansi gerhana bulan penumbra terhadap pelaksanaan Shalat Khsuful Qamar Perspektif Fiqih Kontemporer. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
13210048.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Gerhana bulan merupakan tanda kebesaran Allah Taala yang terjadi di dunia. Tanda ini tidak terkait dengan adanya mitos, Yang apabila terjadi gerhana bulan karena adanya kematian atau lahirnya seseorang. Benda-benda yang berada di langit terjadi karena sesuai dengan iradah dan qudrah-Nya. Ketika terjadi gerhana bulan di suatu daerah, masyarakat dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana atau dikenal dengan sebutan shalat khusuful qamar. Lain halnya bila yang terjadi adalah fenomena gerhana bulan penumbra sangat sulit untuk dilihat dengan kasat mata sehingga menimbulkan perdebatan dimasyarakat terkait keharusan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan. Penelitian ini berfokus pada metode gerhana bulan penumbra dan relevansi gerhana bulan penumbra terhadap pelaksanaan shalat khusuful qamar dalam fiqih kontemporer.
penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian normatif dengan pendekatan kuantitatif yang melalui buku-buku serta menelaah semua buku-buku yang berkaitan dengan isu yang diteliti. Sedangkan data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan teknik dokumentasi yang kemudian data tersebut diedit, diperiksa, dan disusun secara cermat serta diatur sedemikian rupa yang kemudian dianalisis.
Hasil penelitian ini yang pertama, diketahui bahwa metode dalam gerhana bulan penumbra sama halnya dengan metode gerhana bulan seperti biasanya menggunakan metode rukyat dan hisab. Akan tetapi dalam metode hisab gerhana bulan penumbra dan gerhana bulan lainnya memiliki perbedaan dalam pengrumusan dan waktu terjadinya. metode hisab dan rukyat digunakan karena keduanya saling berkaitan untuk mengisi sisi kosong dalam menentukan metode gerhana bulan penumbra. Hasil kedua, Gerhana bulan penumbra menurut ilmu astronomi dan ilmu falak memang termasuk dari fenomena gerhana bulan. Akan tetapi relevansinya dengan pelaksanaan sholat sunnah khusuful qomar menghasilkan dua ksimpulan. Pertama kata “melihat” dalam beberapa redaksi hadist terkait gerhana bulan memiliki arti bahwa gerhana itu harus terlihat tidak boleh samar. Yang kedua kata “khusuf” sendiri mengidentifikasi bahwa gerhana tersebut harus terpotong dalam artian memiliki bagian yang hilang. Apabila tidak memenuhi dua persyaratan dasar diatas baik itu “terlihat” maupun “terpotong” maka tidak disunnahkan untuk sholat gerhana.
ENGLISH:
Lunar eclipse is a sign of the greatness of Allah is happening in the world. This sign is not associated with the myth, which in the event of a lunar eclipse because of the death or birth of someone. The objects in the sky occurred because in accordance with the will of god and his Qudrah.When an eclipse of the moon in an area, people are encouraged to implement the eclipse prayer or prayer known as khusuful qamar. Another case happened when a penumbral lunar eclipse is a phenomenon very difficult to see with the naked eye, giving rise to a debate in the community related to the necessity to carry out the lunar eclipse prayer. This study focuses on the method of penumbral lunar eclipse and penumbral lunar eclipse relevance to the implementation of khusuful prayer qamar in contemporary jurisprudence.
This study belongs to the kind of normative research with quantitative approach through books and examine all the books relating to the issues being examined. While the data collected in the form of primary data and secondary data was performed using the documentation then the data is edited, checked, and drafted carefully and arranged in a way which is then analyzed.
The first results of this study, it is known that the method in the penumbral lunar eclipse as with methods such as the lunar eclipse usually using methods rukyat and reckoning. However, in the method of reckoning penumbral lunar eclipse and lunar eclipses others have differences in pengrumusan and time of occurrence. the method of reckoning and rukyat used because both are interrelated to fill the empty side in determining the method of penumbral lunar eclipse. The second result, according to the penumbral lunar eclipse astronomy and astronomy is included on the phenomenon of a lunar eclipse. However, its relevance to the implementation of the sunnah prayers khusuful Qomar produce two ksimpulan. First the word "see" in some hadith editors related to the lunar eclipse meant that the eclipse should be visible should not be vague. The second word "khusuf" itself identifies that the eclipse should be cut off in the sense of having lost part. Failing to meet two basic requirements on both the "look" or "truncated" then disunnahkan to eclipse prayer.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Murtadho, Moh | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Gerhana Bulan Penumbra; Shalat Khusuful Qamar; fiqih kontemporer; Lunar Eclipse Penumbra; Contemporary Jurisprudence | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Ismail Alim Prayogi | ||||||
Date Deposited: | 27 Mar 2018 17:27 | ||||||
Last Modified: | 27 Mar 2018 17:27 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/9401 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |