Zainab, Nurul (2012) Paradigma pendidikan kritis: Studi komparasi pemikiran Paulo Freire dan Murtadha Muthahhari. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
10770026.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat dan harus relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut. PAI sampai saat ini belum bisa memberikan solusi bagi perubahan sosio kultural di masyarakat. Agar pendidikan bisa memberikan solusi bagi permasalahan di masyarakat, pada abad ke-20, muncullah tokoh yang mengusung paradigma pendidikan kritis. Di antaranya adalah Paulo Freire dan Murtadha Muthahhari. Paulo Freire sebagai penggagas pendidikan kritis, mengkritik dunia pendidikan yang disebut ‘pendidikan gaya bank’, yang mana pendidikan gaya bank ini masih berlangsung sampai saat ini bahkan dalam pembelajaran PAI. Freire menganggap bahwa pendidikan pasif sebagaimana dipraktekkan pada umumnya pada dasarnya adalah melanggengkan sistem relasi “penindasan”. Seperti halnya Freire yang mengkritik pendidikan gaya bank, Muthahhari juga melakukan kritik terhadap paradigma pendidikan tradisional yang mana dalam pendidikan tradisional peserta didik dianggap sebagai alat perekam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap paradigma pendidikan kritis menurut Paulo Freire dan Murtadha Muthahhari yang mencakup hakikat, tujuan, karakteristik dan metode penerapan pendidikan kritis, persamaan dan perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut, serta mengungkap kontribusi pemikiran kedua tokoh tersebut terhadap pengembangan PAI saat ini.
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif diarahkan kepada eksplorasi kajian pustaka (library research). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dan metode komparasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan menurut Paulo Freire, merupakan pendidikan yang dijalankan bersama-sama oleh pendidik dan peserta didik sehingga peserta didik tidak menjadi cawan kosong yang diisi oleh pendidik yang mana hal tersebut merupakan penindasan terhadap potensi dan fitrah peserta didik. Sedangkan pendidikan manusiawi dalam pandangan Murtadha Muthahhari dalam konteks pendidikan kritis adalah pendidikan yang mengembangkan potensi berpikir kreatif pada diri peserta didik serta membekali mereka dengan semangat kemerdekaan dalam proses pengembangan potensi berpikir. Tujuan pendidikan Freire adalah menumbuhkan kesadaran kritis, sedangkan tujuan pendidikan Muthahhari adalah menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Karakteristik utama
pendidikan Freire adalah konsientisasi, sedangkan karakteristik pendidikan Muthahhari adalah sosialisasi dan berpikir kritis. Pendidikan Freire diterapkan dengan pola praxis, kemanunggalan antara aksi dan refleksi yang berjalan terus menerus, sedangkan metode penerapan pendidikan Muthahhari tidak terbatas pada aksi dan refleksi semata tetapi mencakup muhasabah, muraqabah dan amal. Persamaan antara pemikiran Paulo Freire dengan Murtadha Muthahhari yaitu fitrah, humanisme dan pembebasan dalam pendidikan. Sedangkan perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut terutama apabila dilihat dari aspek landasan dasar, metodologi, prinsip dan orientasi pendidikan keduanya. Kontribusi pemikiran Paulo Freire dan Murtadha Muthahhari adalah merekonstruksi paradigma pendidikan dalam Islam, khususnya pada wilayah metode penerapan. Dengan paradigma pendidikan kritis, pendidikan Islam tidak menjadi pendidikan yang berperan sebagai alat indoktrinasi. Penerapan paradigma pendidikan kritis, dapat dijadikan inspirasi dan acuan dalam mengembangkan pendidikan Islam.
Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan lembaga pendidikan Islam membebaskan civitas akademikanya dari budaya fanatisme golongan dan hegemoni kekuasaan yang bercorak pra-Islam dan membawa mereka kepada suasana lingkungan yang menumbuhkan kesadaran kritis. Setiap pendidik hendaknya memposisikan dirinya sebagai rekan peserta didik sehingga tercipta dialektika yang mendorong munculnya kesadaran dan pemikiran kritis. Selain itu, hendaknya peserta didik menampilkan dan menegaskan eksistensinya dengan beremansipasi dalam pembelajaran, yaitu melepaskan diri dari segala bentuk “kungkungan”, intervensi dan diskriminasi dalam proses pendidikan
ABSTRACT
Education is a process to improve the culture of human dignity that last a lifetime and should be relevant to the changing times and needs of the people in taht era. PAI has yet to provide a solution to the social-cultural changes in society. That education can provide solutions to problems in society, in the 20th century, came the man who carries a critical educational paradigm. Among these are Paulo Freire and Morteza Motahhari. Paulo Freire as the originator of critical education. criticized the educational world called ‘banking concept of education', which is banking concept of education still continues to this day even in PAI learning. Freire assumes that passive education as practiced in general perpetuate the system is essentially a relation "oppression". Like Freire who criticized of the banking concept of education, Motahhari also criticized the traditional educational paradigm in which the traditional of students is considered as a recording device.
This study aims is to reveal paradigms according to Paulo Freire's critical education and Morteza Motahhari which covering the nature, purpose, characteristics and application method of critical education, similarities and differences of thought that two figures, and reveal the contribution of thought the two figures to the development of PAI today.
This is a qualitative research approach geared to exploration of literature review (library research). A method of data collection in this study is documentation method. While the data analysis in this study are content analysis and comparative method.
The results showed that education by Paulo Freire, is an education which is run jointly by educators and learners so that learners do not become like an empty cup filled by educators in which it is a suppression of the potential and the nature of the learner. While humane education in view of Morteza Motahhari in the context of critical education is education that develops the potential for creative thinking on self-learners and equip them with the spirit of independence in the process of developing the potential of thinking. Freire's educational goal is to develop a critical consciousness, while the educational goal of Motahhari is kind of critical thinking. The main characteristic of Freire education is conscientization, while the characteristics of Motahhari education are socialization
and critical thinking. Freire education is applied to the pattern of praxis, the unity between action and reflection that runs continuously, whereas the application of the Motahhari education method is not only limited to reflection and action but also includes muhasabah, muraqabah and charity. The similarities between the ideas of Paulo Freire with Morteza Motahhari are the nature, humanism and liberation in education. While the differences in thinking that two figures, especially when viewed from the aspect of the basic foundation, methodology, principles and educational orientation themselves. The contribution thought of Paulo Freire and Morteza Motahhari is to reconstruct the paradigm of education in Islam, especially in the area of application of the method. With the paradigm of critical education, Islamic education is not to be as a tool of indoctrination. The application of critical educational paradigm can be used as inspiration and guidance in developing Islamic education.
According to study, Islamic Educational institutions are expected to release civitas academic culture of fanaticism class power and hegemonic power that has pre-Islamic patterned and bring them to the fosters critical consciousness atmosphere. Every educator should position themselves as co-learners in order to create the dialectic that encourages the emergence of consciousness and critical thinking. In adition, learners should show and confirm its existence by emancipated in learning. Break away from all forms of “bondage”, intervention and discrimination in the educational process.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Rasmianto, Rasmianto and Zain, Basri | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Paradigma;Pendidikan Kritis; Paulo Freire; Murtadha Muthahhari; Paradigm; Critical Education; Paulo Freire; Morteza Motahhari | |||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi magister Pendidikan Agama Islam | |||||||||
Depositing User: | aida nurul faroha | |||||||||
Date Deposited: | 18 Aug 2017 18:16 | |||||||||
Last Modified: | 23 Jun 2023 15:35 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/7898 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |