Jemi’an, Jemi’an (2013) Kesehatan sebagai syarat pernikahan: Studi pandangan ulama Kabupaten Gayo Lues-Aceh. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
11780027.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Syahwat yang paling besar pada diri manusia adalah syahwat terhadap lawan jenis, dan pernikahan merupakan cara yang paling sehat untuk menyalurkannya. Sehingga Islam memerintahkan untuk menikah bagi orang yang sudah mampu baik lahir maupun batin (sehat lahir batin). Adapun tujuan dari pernikahan adalah untuk mencapai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Tujuan ini dapat tercapai apabila ada faktor lain yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan seksual dan mendapat keturunan (anak). Sebab ada suami atau istri mengambil keputusan untuk bercerai atau berpoligami karena tidak terpenuhi terpenuhi kebutuhan seksualnya atau karena tidak mendapat keturunan dari pasangannya. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dipenuhi oleh suami atau istri karena tidak memiliki alat reproduksi yang sehat, misalnya impoten, mandul, dan , tertutupnya kemaluan wanita, terputusnya kemaluan laki-laki, atau pecah buah pelirnya, dan lain sebagainya. Sehingga suami atau istri tidak mampu untuk bersetubuh atau tidak mampu berketurunan.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pandangan ulama tentang perceraian yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan seksual atau karena tidak ada keturunan (anak), dan pandangan mereka tentang kesehatan jika kesehatan dijadikan sebagai syarat penikahan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sebagai pisau analisis peneliti menggunakan teori manfaat (utility) Jeremy Bentham dan kaidah al-masalih al-murṣalah.
Hasil dari penelitiaan ini ditemukan bahwa: 1. Ulama Kabupaten Gayo Lues memperbolekan cerai atau poligami jika terdapat alasan-alasan yang kuat untuk melakukannya, salah satunya adalah alasan kesehatan (pasangan tidak mampu bersetubuh atau tidak bisa berketurunan). 2. Mayoritas Ulama Kabupaten Gayo Lues setuju kesehatan dijadikan syarat nikah, yaitu sebagai syarat tambahan (syarat administrasi).
Sebagai kesimpulan, perceraian dan poligami bukanlah perbuatan yang haram sehingga boleh dilakukan kalau ingin mendapatkan keturunan atau ingin memenuhi kebutuhan seksual yang tidak didapatkan dari pasangan tanpa harus berbuat zina. Dan jika dipandang cerai lebih bermanfaat daripada mempertahankan keluarga yang ada walaupun cerai sangat dibenci oleh Allah. Dan kesehatan bisa dijadikan sebagai syarat tambahan (administrasi) pernikahan, untuk meminimalisir perceraian dan perselingkuhan yang berujung pada perzinaan yang diakibatkan oleh pasangan yang tidak sehat.
ENGLISH:
The most major biological need of human is to have sex and marriage is the healthiest way to fulfill it. Islam orders marriage to people who has the ability to fulfill it both physically and psychologically, which the goal is to achieve family sakinah, mawaddah, wa-rahmah. This goal can be fulfilled with some support factors such as having inherited as well as satisfy the biological needs (sexual). Many couples of marriage take a divorcing decision cause their biological needs are not being met or have no inherit (child). These factors can’t be fulfilled by spouse because of the illness both physically and spiritually such as impotent, sterile, etc.
The purpose of this research is to find out how the scholars’ perception about divorce which the partner was unable to meet the biological need (sexual libido), and to find out how scholars’ perception if health issue was made as a requirement of marriage.
This study used a qualitative approach. The collecting data of this research are observation, interviews, and documentation. As a research analysis using the theory of benefit (utility) by Jeremy Bentham to align with theorem of al-mashalih al-mursalah.
The results of this research obtain: 1. the scholars allow divorce decision with necessary reasons such as health (the spouse can’t fulfill the biological need of have inherit); 2. the scholars allow the health issue was made as the requirement of marriage as the perfection requirement not a validity one.
As a conclusion of this research, divorce isn’t a forbidden act to do as long as it based on a necessary reason and it’s more beneficial than defend the marriage, in spite of the fact that it’s hated by God; and the healthy term can be made as a requirement of the marriage as the perfection of requirement not a validity one on purpose to minimize the divorcing decision as the effect of illness of spouse both physically and psychologically.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Tamrin, Dahlan and Suwandi, Suwandi | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Kesehatan; Syarat; Pernikahan; Health; Requirement; Marriage | |||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah | |||||||||
Depositing User: | Dian Anesti | |||||||||
Date Deposited: | 11 Aug 2017 16:24 | |||||||||
Last Modified: | 11 Aug 2017 16:24 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/7813 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |