Hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian sindrom koroner akut pada pasien rawat inap di RSUD Karsa Husada Batu

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular, khususnya Sindrom Koroner Akut (SKA), merupakan penyebab kematian utama di dunia. SKA mencakup angina tidak stabil dan infark miokard, yang selalu simptomatik. Status gizi dan aktivitas fisik berperan penting sebagai faktor risiko kejadian SKA. Tujuan: Analisis hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian SKA pada pasien rawat inap di RSUD Karsa Husada Batu. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan case control retrospective dengan teknik purposive sampling, melibatkan 120 responden (60 kasus SKA dan 60 kontrol). Data dikumpulkan melalui rekam medis dengan menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Hasil: Analisis menunjukkan hubungan signifikan antara status gizi (p=0,042) dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian SKA. Nilai Phi Cramer’s untuk status gizi (0,288) menunjukkan hubungan yang lemah dengan kejadian SKA dan aktivitas fisik (0,737) menunjukkan hubungan yang kuat dengan kejadian SKA. Nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa responden status gizi buruk meningkatkan risiko hingga 3,208 kali dan aktivitas fisik yang buruk meningkatkan risiko hingga 44,000 kali. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian SKA pada pasien rawat inap di RSUD Karsa Husada Batu. Intervensi untuk memperbaiki status gizi dan aktivitas fisik perlu diprioritaskan sebagai strategi pencegahan SKA.

ABSTRACT

Background: Acute Coronary Syndrome (ACS) is the primary cause of death in the world. ACS is a condition that includes unstable angina and myocardial infarction, which are always symptomatic. Nutritional status and physical activity are considered as important risk factors for ACS. Purpose: This study aims to understand the relationship between nutritional status and physical activity with the occurrence of ACS in inpatients of Karsa Husada Hospital Batu. Method: The study followed a retrospective case-control design using a purposive sampling technique in Karsa Husada Hospital Batu. The data were collected from a sample of 120 patients, including 60 diagnosed ACS patients and 60 healthy controls, then measured by Body Mass Index (BMI) through patient medical record data and Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Result: The findings of the study indicated that nutritional status (p-value: 0,042) and physical activity (0,000) are significantly related to the occurrence of ACS. The Phi Cramer’s value for nutritional status (0,288) indicate a weak relationship with the incidence of ACS while physical activity (0,737) indicate a very strong relationship with the incidence of ACS. The Odds Ratio (OR) value shows that patients with bad nutritional status increases the risk up to 3,208 times higher and bad physical activity increases the risk up to 44,000 times higher. Conclusion: The study concluded that there is a significant association nutritional status and physical activity with the occurrence of ACS in inpatients of Karsa Husada Batu Hospital. The intervention should emphasize the importance of good nutritional status and physical activity for ACS prevention.