Sunarto, Muhammad Zainuddin (2024) Kriminalisasi pemaksaan perkawinan dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual perspektif Sad aż-Żarāi’ dan Grundnorm. Doctoral thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
210201320006.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Kasus kekerasan terhadap anak semakin meningkat. Yang memprihatinkan, pelaku kekerasan terhadap anak sering kali adalah orang-orang terdekat, seperti saudara, teman, tetangga, bahkan orang tua. Mereka sering berdalih bahwa tindakan tersebut dilakukan atas nama kasih sayang, namun pada akhirnya menyebabkan penderitaan bagi anak. Salah satu bentuk kekerasan yang terjadi adalah merampas hak anak untuk memilih pasangan hidupnya sendiri. Dalam perkembangannya, pernikahan paksa menjadi salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak. Praktik pernikahan paksa telah menjadi perhatian serius di kalangan komunitas internasional. Budaya ini dianggap sebagai bentuk kekerasan yang melanggar hak asasi manusia, khususnya hak perempuan dan anak, dengan dampak negatif terhadap peningkatan perkawinan anak. Pentingnya mengkaji kriminalisasi pemaksaan perkawinan dalam UU No. 12 Tahun 2022 dari perspektif Sad aż-Żarāi’ dan grundnorm terletak pada urgensi untuk melindungi hak-hak asasi dan martabat individu dari praktik pemaksaan perkawinan yang merugikan.
Pada penelitian ini fokus pada interpretasi Pemaksaan Perkawinan yang dikategorikan sebagai sebuah tindak pidana; analisis kontekstual terhadap kriminalisasi pemaksaan perkawinan melalui penerapan Sad aż-Żarāi’; dan implementasi grundnorm dalam penerapan prinsip Sad aż-Żarāi’ terhadap Kriminalisasi Pemaksaan Perkawinan pada UU nomor 12 tahun 2022.
Dalam penelitian ini menggunakan Sad aż-Żarāi’ sebagai pendekatan konseptual serta grundnorm sebagai pendekatan filosofis. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan: pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). teknik analisis data menggunakan logika induktif.
Interpretasi pada pasal pemaksaan perkawinan menghasilkan penjelasan bahwa pemaksaan perkawinan adalah tindakan memaksa seseorang untuk menikah, baik dengan atau tanpa persetujuan orang tersebut, dengan ancaman kekerasan fisik, psikis, atau sosial, tetapi juga tekanan psikologis, sosial, atau intimidasi dari keluarga, lingkungan, atau pihak berwenang. Pertimbangan penetapan hukum menggunakan Sad aż-Żarāi’ ini terdapat dua aspek: yakni Maqasid (tujuan/sasaran) dan wasail (perantara). Dalam aspek maqasid (tujuan/sasaran), kriminalisasi pemaksaan perkawinan dalam perspektif Sad aż-Żarāi’ tidak hanya berfungsi untuk melindungi hak-hak individu, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. UU TPKS telah menerjemahkan prinsip-prinsip dasar pada Grundnorm ke dalam aturan hukum yang konkret dan dapat diterapkan. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan hukum perlindungan dan pencegahan kekerasan terhadap hak otonomi individu dalam konteks pernikahan. Melalui pendekatan Sad aż-Żarāi’ dalam konteks Perkawinan bisa menjadi sarana untuk pencegahan yang sangat efektif dengan melarang tindakan yang dapat mengarah kepada pelanggaran serius dalam perkawinan. Implementasi kriminalisasi selain melalui pendekatan penal, tindak pidana dalam aspek perkawinan juga harus dilakukan melalui kebijakan melalui sarana non-penal, diantaranya melalui pencegahan.
ABSTRACT
Violence cases happening to children are increasing. Unfortunately, the culprits are often the closest people, such as siblings, friends, neighbors, and parents. They frequently say that they do that in the name of love but give misery to the victims. One example of the violence that often happens is taking away the freedom to choose a spouse. In the development, forced marriage is a form of exploitation of children. The practice has become a concern among international communities. The culture is considered as a violence breaching human rights, particularly that of women and children, leading to bad impacts of increasing number of children marriages. Studying the criminalization of forced marriage in Law number 12 of 2022 from the perspective of Sad aż-Żarāi' and grundnorm is important due to the urgency of protecting human rights and individual dignity from harmful forced marriage practice.
The research focused on the interpretation of forced marriage categorized as a crime act, the contextual analysis of the criminalization of forced marriage criminalization using Sad aż-Żarāi' implementation, and the implementation of grundnorm on the principle of Sad aż-Żarāi' toward the forced marriage criminalization based on Law number 12 of 2022.
The research employed Sad aż-Żarāi' as its conceptual approach and grundnorm as its philosophical approach. It used normative legal study. It also employed statute, case, and conceptual approaches. The data analysis followed inductive reasoning.
The interpretation of the article on forced marriage explains that forced marriage is an action of forcing people to get married with or without their consent, using physical, psychological, or social violence or intimidation from the family, environment, or authority. The consideration of law determination using Sad aż-Żarāi' has two aspects: Maqasid (objectives) and wasail (mediator). From the first aspect, forced marriage criminalization in the perspective of Sad aż-Żarāi' protects individual rights and maintains the society's stability and welfare. The Law of Sexual Violence Crimes Act has interpreted the basic principles of Grundnorm into a concrete legal regulation. The research results make an important contribution to the legal development of protection and violence prevention for individual autonomy right in marriage.
The Sad aż-Żarāi’ approach in the marriage context can provide effective prevention by forbidding action leading to serious violation in the marriage. The criminalization implementation in the marriage aspect can use penal and non-penal approaches such as prevention.
مستخلص البحث
وحالات العنف ضد الأطفال آخذة في الازدياد. ومما يثير القلق أن مرتكبي العنف ضد الأطفال غالبا ما يكونون أقرب الناس، مثل الأشقاء والأصدقاء والجيران وحتى الآباء. غالبا ما يجادلون بأن الفعل يتم باسم المودة، لكنه في النهاية يسبب معاناة للطفل. أحد أشكال العنف الذي يحدث هو حرمان الأطفال من الحق في اختيار شريك حياتهم. وأصبح الزواج القسري في تطوره شكلا من أشكال استغلال الأطفال. وقد أصبحت ممارسة الزواج بالإكراه مصدر قلق بالغ لدى المجتمع الدولي. وتعتبر هذه الثقافة شكلا من أشكال العنف الذي ينتهك حقوق الإنسان، وخاصة حقوق المرأة والطفل، مع تأثير سلبي على زيادة زواج الأطفال. وتكمن أهمية مراجعة تجريم الزواج القسري في القانون رقم 12 عام 2022 من منظور سد الذرائع والقواعد الأساسية في الحاجة الملحة لحماية حقوق الإنسان وكرامة الأفراد من الممارسة الضارة المتمثلة في الزواج القسري.
وركزت هذه الرسالة على تفسير الزواج القسري الذي يصنف على أنه عمل إجرامي؛ تحليل سياقي لتجريم الزواج القسري من خلال تطبيق سد الذرائع؛ وآثار القواعد الأساسية في تطبيق مبدأ سد الذرائع على تجريم الزواج القسري في القانون رقم 12 عام 2022.
في هذه الرسالة، تم استخدام سد الذرائع كمدخل مفاهيمي و القواعد الأساسية كمدخل فلسفي. استخدمت هذه الرسالة نوعا من البحث القانوني المعياري. المدخل المستخدم: مدخل النظام الأساسي؛ مدخل الحالة ومدخل مفاهيمي. اتبعت تقنية تحليل البيانات المنطق الاستقرائي.
يؤدي تفسير المادة المتعلقة بالزواج القسري إلى البيان أن الزواج القسري هو إجبار شخص على الزواج، إما بموافقة الشخص أو بدونه، مع التهديد بالعنف الجسدي أو النفسي أو الاجتماعي، ولكن أيضا الضغط النفسي أو الاجتماعي أو القسري من الأسرة أو البيئة أو السلطة. هناك جانبان للنظر في تحديد القانون باستخدام سد الذرائع؛ جانب مقاصد (الهدف) ووسائل (وسيط). وفي جانب المقاصد، فإن تجريم الزواج القسري من منظور سد الذرائع لا يعمل فقط على حماية الحقوق الفردية، بل أيضا كجهد للحفاظ على استقرار المجتمع ورفاهه. ترجم قانون TPKS المبادئ الأساسية للقواعد الأساسية إلى قواعد قانونية ملموسة وقابلة للتطبيق. وساهمت نتائج هذه الرسالة إسهاما هاما في وضع قوانين تحمي وتمنع العنف ضد حقوق الاستقلال الذاتي الفردي في سياق الزواج. من خلال مدخل سد الذرائع في سياق الزواج يمكن أن يكون وسيلة فعالة للغاية للوقاية من خلال حظر الأعمال التي يمكن أن تؤدي إلى انتهاكات خطيرة للزواج. تنفيذ التجريم وبالإضافة إلى المدخل الجنائي، يجب أيضا تنفيذ الأفعال الإجرامية في جانب الزواج من خلال سياسات وسائل غير جنائية، بما في ذلك من خلال الوقاية.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Supervisor: | Fadil, Fadil and Suwandi, Suwandi |
Keywords: | Kriminalisasi; Pemaksaan Perkawinan; Sad aż-Żarāi’; Grundnorm; Criminalization; Forced Marriage; Sad aż-Żarāi’; Grundnorm; تجريم، زواج قسري، سد ذرائع، قواعد أساسية. |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1899 Other Law and Legal Studies > 189999 Law and Legal Studies not elsewhere classified |
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Doktor Hukum Keluarga Islam |
Depositing User: | Muhammad Zainuddin Sunarto |
Date Deposited: | 25 Nov 2024 09:14 |
Last Modified: | 25 Nov 2024 09:14 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/70302 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |