Hidayatullah, Firman Azhari (2009) Relevansi batas minimum usia menikah menurut konsep kesehatan reproduksi ditinjau hukum Islam. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
04210090.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (405kB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami kecanggihan luar biasa telah membuat perubahan pola relasi antar individu. Warga masyarakat tidak lagi merasakan adanya hubungan antar individu dalam masyarakat, di luar keluarganya sendiri. Di beberapa negara maju, sesama anggota keluarga bisa mengalami alienasi. Realitas ini merupakan sumber krisis dalam penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan. Oleh karenanya teramat sangat dibutuhkan kajian serta bentuk penerapan konsep agama secara mahdloh sebelum terintervensi oleh unsur lain seperti budaya.
Isu-isu yang seringkali muncul dipermukaan dan seringkali berlindung dalam pada konsep agama adalah tentang perempuan, khususnya mengenai kesehatan reproduksinya. Jika berbicara tentang perempuan dan kesehatan reproduksi dari aspek agama, tampak sikap semua agama adalah kehati-hatian terhadap persoalan tersebut. Agama tidak mungkin memberikan peluang terhadap munculnya sikap yang justru ditakutkan oleh agama, terutama yang menyangkut kehidupan keluarga. Sikap inilah yang paling menonjol dari agama dalam menghadapi masalah perempuan, khususnya kesehatan reproduksinya, walaupun sikap seperti ini sebetulnya diambil oleh agama bukan hanya ketika memberikan reaksi terhadap isu perempuan dan kesehatan reproduksinya. Bila ditelisik lebih lanjut lagi, bahwa problem perempuan di atas muncul dari beberapa alasan, yang salah satunya sebab pernikahan di usia muda.
Perkawinan pada usia muda atau remaja adalah masalah sosial budaya yang mengandung aspek medis. Bagi seorang muda yang telah kawin secara sah maka dia bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang belum nikah. Kebutuhan seksual dapat dipenuhi tanpa melanggar batas norma sosial. Namun tidak berarti ia bebas dari masalah. Secara medis ia belum matang benar apabila ia kemudian hari, Itulah sebabnya perkawinan usia muda dikatakan memiliki dampak medis. Kehamilan remaja karena belum matang secara fisik pada dasarnya adalah masalah medis. Dalam memahami kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kehamilan atau yang langsung berkaitan dengan kehamilan.
Berangkat bentuk problem tentang kesehatan reproduksi di atas, teramat sangat menuntut umat islam khususnya yang masih intent mengkaji tentang syari’at secara mahdloh, yang nantinya dapat diharapkan dapat menjawab pola pikir yang timpang dari oknum umat islam sendiri, Oleh karena itu penulis melakukan penelitian, dengan judul “Relevansi Batas Minimum Usia Menikah Menurut Konsep Kesehatan Reproduksi Ditinjau Dari Hukum Islam.
Adapun metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskripstif, yakni dengan memaparkan beberapa konsep kesehatan reproduksi dengan menggunakan pisau analisis hukum islam secara murni
Dari penelitian tersebut, penulis memperoleh gambaran sebagai kesimpulan awal yaitu, konsep kesehatan reproduksi yang selama ini menekankan aspek fisik, psikis seorang perempuan, konsep kesehatan reproduksi perspektif hukum islam yang di dalamnya memuat beberapa hukum perkawinan yang lebih mempertimbangkan aspek maslahatil ummat
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Ch, Mufidah |
Keywords: | perkawinan usia muda; kesehatan reproduksi; hukum islam |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Mohammad Rofiul Achsan |
Date Deposited: | 25 Jul 2024 10:43 |
Last Modified: | 25 Jul 2024 10:43 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/67620 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |