Perancangan arena pacuan kuda Bima di Kota Bima: Tema historicism

INDONESIA:

Dari pengembangan potensi beternak kuda inilah sehingga mayarakat mulai mengadakan kejuaraan pacuan kuda yang sampai saat ini masih diadakan dua kali dalam setahun. Dinas Pariwisata Bima memang kerap kali menyelenggarakan kegiatan pacuan kuda sebagai agenda tahunan Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seindonesia) yang diikuti oleh peserta yang berasal dari Kabupaten Bima, Kota Bima, Dompu, Sumbawa, Lombok bahkan ada peserta dari sumba Nusa Tenggara Timur.

Upaya yang dilakukan pemerintah dengan mengadakan perlombaan pacuan kuda yang rutin setiap tahunnya merupakan ajang promosi agar Bima dapat dikenal tidak hanya secara lokal tetapi juga dapat dikenal di kancah nasional maupun internasional dalam perlombaan balap kuda. Hampir disetiap tahunnya jumlah peserta pacuan kuda ini mencapai 500 hingga 800 peserta. Tercatat pada tahun 2013 jumlah pesserta pacuan kuda Bima mencapai 500, lalu pada tahun 2014 tercatat jumlah peserta pacuan kuda Bima mencapai 600 peserta (Dyan, 2014).

Upaya pemerintah yang kurang maksimal tidak banyak mempengaruhi keadaan di arena pacuan kuda. Masih banyak fasilitas fasilitas penunjang yang tidak ada di arena pacuan kuda Bima, hanya ada lintasan dan satu bangunan sebagai tempat komentator juri, kesan kumuh dan berdebu membuat sebagian masyarakat enggan untuk menonton perlombaan balap kuda ini.

Dengan demikian maka dibutuhkan suatu perancangan arena pacuan kuda Bima sebagai pusat perlombaan balap kuda di wilayah Nusa Tenggara Barat yang bukan hanya sebagai tempat kejuaraan balap kuda melainkan wisata edukasi dengan memberikan fasilitas. Perancangan juga merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap kebudayaan daerah yang diharapkan mampu memberikan konstribusi positif bagi daerah.

ENGLISH:

From the development of the potential of raising horses this is so mayarakat began a Championship horse races which until now still held twice in a year. Tourism Office of Bhima is indeed often organizes horse racing's annual agenda as Pordasi under (Union of Sports Riding Seindonesia) followed by participants who came from the town of Bima Regency of Bima, Dompu, Sumbawa, Lombok even participants from East Nusa Tenggara, Indonesia.

The efforts made by the Government to hold a race horse racing who routinely every year is the promotion so that not only can be known this way locally but can also be known at the national and international scene in the horse racing competitions. Almost every year the number of participants reached 500 horse racing up to 800 participants. Recorded by 2013 the number of horse racing pesserta Bima reached 500, and in 2014 the number of participants recorded horse racing Bima reaches 600 participants (Dyan, 2014).

The Government's efforts are insufficient is not much affect conditions in the racetrack. There are still many facilities supporting facilities that are not on the racetrack Bhima, there is only one path and the building as a place of jury, commentator and dusty slum impression made some people reluctant to watch the race of horse racing.

Thus it takes a Bima racetrack design as the Centre of a race horse racing in the West Nusa Tenggara region not only as a venue for horse racing's Championship but rather by giving educational tours of the facility. The design is also a form of awareness of the cultural areas that are expected to provide a positive contribution to the region.