Arifandi, Saddam (2024) Penerimaan wakaf tanah hak milik yang belum balik nama sertifikat perspektif Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf: Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Lowokwaru. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
200201110188.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Perwakafan di Kantor Urusan Agama (KUA) Lowokwaru terdapat beberapa cara dalam penerimaannya, khususnya wakaf tanah. Peralihan hak milik atas tanah dapat terjadi karena transaksi jual beli. Ketika pihak pembeli sudah membayar lunas atas tanah yang dibelinya, maka dilakukan sertifikasi atas tanah untuk mendapatkan bukti hak milik. Ada beberapa faktor bagi masyarakat Lowokwaru untuk tidak melakukan sertifikasi atas tanahnya yaitu proses yang rumit dan adanya biaya yang tergolong mahal. Hal tersebut terjadinya penerimaan wakaf tanah hak milik yang belum balik nama sertifikat yang dapat menimbulkan faktor maslahat dan mudharat. Dalam hal ini peneliti menggunakan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf sebagai pisau analisisnya. Maka, tujuan penelitian ini adalah bagaimana prosedur wakaf tanah hak milik yang belum balik nama sertifikat di KUA Lowokwaru? Dan bagaimana pertimbangan KUA Lowokwaru dalam penerimaan wakaf tanah hak milik yang belum balik nama sertifikat Perspektif Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf?
Penelitian ini merupakan penelitian empiris, dengan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh melalui wawancara Staf, Penghulu dan Kepala KUA Lowokwaru. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sedangkan dalam proses pengolahan data menggunakan teknik pemeriksaan data, klasifikasi, verifikasi, analisis dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan (1) dalam prosedur wakaf tanah hak milik yang belum balik nama sertifikat di KUA Lowokwaru ada dua cara yaitu: Pertama, dengan menyertakan bukti hak milik seperti Akta Jual Beli (AJB). Kedua, dalam pemberkasan administrasinya menggunakan nama dan identitas penjual dan dalam pengucapan ikrar wakafnya pun oleh penjual yang diniatkan kepada pembeli. Secara hakekat yang berwakaf adalah pembeli. (2) pertimbangan KUA Lowokwaru dalam menerima wakaf tanah demikian adalah mempermudah. Dikarenakan dalam membalik namakan sertifikat tanah terdapat proses yang rumit dan adanya biaya yang tergolong mahal. Secara prosedural wakaf tanah, maka sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dengan menjadikan penjual sebagai pewakif. Hanya saja kebijakan tersebut belum di atur dalam Undang-Undang Wakaf dan tidak lazim dilakukan pada umumnya. Kebijakan ini dapat menimbulkan faktor maslahat dan juga faktor mudharat.
ABSTRACT
There are several ways of receiving waqf in the Lowokwaru Religious Affairs Office (KUA), especially land waqf. The transfer of ownership rights to land can occur due to sale and purchase transactions. When the buyer has paid in full for the land he bought, then certification of the land is carried out to obtain proof of ownership rights. There are several factors for the Lowokwaru community not to certify their land, namely the complicated process and the relatively expensive cost. This is the case with the acceptance of waqf land titles that have not been titled which can lead to maslahat and mudharat factors. In this case, the researcher uses Law Number 41 of 2004 concerning Waqf as his analysis knife. So, the purpose of this research is how is the procedure for waqf of freehold land that has not yet been titled in KUA Lowokwaru? And how is the consideration of the Lowokwaru KUA in accepting waqf of freehold land that has not been titled in the perspective of Law Number 41 of 2004 concerning Waqf?
This research is empirical research, with a qualitative approach. The type of data used is primary data obtained through interviews with Staff, Penghulu and Head of KUA Lowokwaru. The data sources used are primary data sources and secondary data sources. While in the data processing process using data inspection techniques, classification, verification, analysis and conclusions.
The results of this study show (1) in the procedure for waqf of freehold land that has not been titled in KUA Lowokwaru there are two ways, namely: First, by including proof of ownership rights such as Sale and Purchase Deed (AJB). Second, the administrative filing uses the name and identity of the seller and the pronunciation of the waqf pledge is also by the seller who is intended for the buyer. In essence, the one who endows is the buyer. (2) KUA Lowokwaru's consideration in accepting such land waqf is to make it easier. Because in reversing the name of the land certificate there is a complicated process and the cost is relatively expensive. Procedurally, land waqf is in accordance with Law Number 41 of 2004 concerning Waqf by making the seller the endowers. It's just that this policy has not been regulated in the Waqf Law and is not commonly done in general. This policy can lead to maslahat factors and also mudharat factors.
ملخص البحث
هناك عدة طرق للحصول على الوقف في مكتب لووكوارو للشؤون الدينية، وخاصة وقف الأراضي. يمكن أن يحدث نقل حقوق الملكية للأرض نتيجة لعمليات البيع والشراء. عندما يدفع المشتري كامل ثمن الأرض التي اشتراها، يتم اعتماد الأرض للحصول على إثبات الملكية. هناك عدة عوامل تمنع سكان لووكوارو من التصديق على أراضيهم، وهي أن العملية معقدة والتكاليف باهظة نسبيًا. ويحدث هذا عندما يقبل الوقف أرض التملك الحر التي لم تحصل بعد على شهادة، الأمر الذي يمكن أن يسبب عوامل مفيدة وضارة. وفي هذه الحالة استخدم الباحث القانون رقم ٤١ لسنة ٢٠٠٤ بشأن الوقف كأداة لتحليله. لذا، فإن الهدف من هذا البحث هو ما هو الإجراء الخاص بوقف الأراضي المملوكة ملكية حرة والتي لم تحصل بعد على شهادة ملكية في مكتب لووكوارو للشؤون الدينية ؟ وما هي اعتبارات مكتب لووكوارو للشؤون الدينية في قبول أراضي التملك الحر الوقفية التي لم تحصل بعد على شهادة ملكية من منظور القانون رقم ٤١ لعام ٢٠٠٤ بشأن الوقف؟
هذا البحث هو بحث تجريبي، ذو منهج نوعي. نوع البيانات المستخدمة هو البيانات الأولية التي تم الحصول عليها من خلال المقابلات مع الموظفين، بينجولو ورئيس مكتب لووكوارو للشؤون الدينية. مصادر البيانات المستخدمة هي مصادر البيانات الأولية ومصادر البيانات الثانوية. وفي الوقت نفسه، تستخدم عملية معالجة البيانات تقنيات فحص البيانات وتصنيفها والتحقق منها وتحليلها واستنتاجها.
تظهر نتائج هذا البحث (١) في إجراء الوقف لأراضي التملك الحر التي لم تحصل بعد على شهادة ملكية في مكتب لووكوارو للشؤون الدينية، هناك طريقتان، وهما: أولاً، من خلال تضمين إثبات حقوق الملكية مثل سند البيع والشراء (أجب). ثانيًا، في السجلات الإدارية، يتم استخدام اسم البائع وهويته، وفي نطق رهن الوقف، ينوي البائع أن يكون المشتري. وفي جوهر الأمر، الوقف هو المشتري. (٢) إن اعتبار مكتب لووكوارو للشؤون الدينية في قبول وقف الأراضي هذا هو تسهيل الأمور. وذلك لأن عكس اسم شهادة الأرض عملية معقدة وتكاليفها باهظة للغاية. من الناحية الإجرائية، فإن وقف الأرض يتوافق مع القانون رقم ٤١ لسنة ٢٠٠٤ بشأن الوقف من خلال جعل البائع هو الواقف. كل ما في الأمر هو أن هذه السياسة لم يتم تنظيمها في قانون الوقف ولا يتم تنفيذها بشكل عام. يمكن أن يكون لهذه السياسة عوامل مفيدة وأخرى ضارة.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Azis, Abdul |
Keywords: | Wakaf Tanah; Hak Milik; Belum Dibalik Namakan; Land Waqf; Freehold; Not Yet Renamed; وقف الأراضي; حقوق الملكية; لم يتم تسميتها بعد |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1899 Other Law and Legal Studies > 189999 Law and Legal Studies not elsewhere classified |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Saddam Arifandi |
Date Deposited: | 07 Mar 2024 09:02 |
Last Modified: | 07 Mar 2024 09:02 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/62329 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |