Etika peserta didik dalam pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy’ari: Study kitab adab al-a’lim wa al-muta’alim

INDONESIA:

Sebagai khalifah dimuka bumi ini manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan alam ini, tetapi juga dituntut untuk berlaku adil dalam segala urusannya. Terbentuknya akhlak dan etika mulia ini yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Namun, yang terjadi sekarang justru sebaliknya, adanya krisis pendidikan dan kurangnya perhatian terhadap eksistensi moral dan etika dalam dunia pendidikan. Mengenai Etika dalam dunia pendidikan Islam sebenarnya bukan menjadi hal yang asing, karena telah banyak dikemukakan baik oleh pakar seperti al-Ghazali, Ibnu Miskawaih, Syaikh al-Zarnuji, dan lain sebagainya. Oleh sebab inilah maka penulis tertarik mengungkap kembali pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitabnya Adab al-Alim wa al-Muta’alim. Dengan sub fokus Pandangan KH. Hasyim Asy’ari tentang etika pendidikan Islam dan konsep etika peserta didik dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian study kepustakaan (library research) ,menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada, baik melalui buku, dokumen, maupun majalah internet(web), kemudian data-data tersebut dianalisa sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang masalah yang dikaji. Teknik analisis data menggunakan pendekatan, induksi, deduksi dan komparasi.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa KH.Hasyim Asy’ari berpandangan bahwa sebagai peserta didik harus berilmu pengetahuan dan juga benar, artinya mempunyai sikap yang sesuai dengan kaidah atau nilai dalam pendidikan etika dalam Islam. Adapun konsep yang lebih spesifik tentang etika-etika yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik adalah etika peserta didik terhadap dirinya, terhadap gurunya, terhadap pelajarannya dan konsep etika peserta didik terhadap kitab-kitabnya. Disini KH. Hasyim Asy’ari belum mengungkapkan spekifikasi keilmuan yang seharusnya diberikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.

ENGLISH:

As Caliph (khalifah) in this earth, human beings are not only entrusted to keep, take care, and maintain the prosperity of this nature but also required to be just in all affairs. The establishment of this noble morals and ethics is supposed to be the goal of education. However, what happens nowadays is the opposite, the crisis of education and the lack of attention to the morals and ethics in education. Actually, ethical aspect in Islamic education is not a taboo thing, because it has been widely expressed by experts such as al-Ghazali, Ibn Miskawaih, Syaikh al-Zarnuji, and so forth. Therefore, the writer is interested to rediscover the educational thought of K.H Hasyim Asy’ari in his book, Adab al-Alimwaal-Muta'alim, under the sub-focus of KH. Hasyim Asy’ari’s view on the ethics of Islamic education and the concept of learner’s ethics.

This research was conducted by using library research with descriptive qualitative approach. The data collection is performed by collecting the existing data through books, documents, magazines and the internet (website).The data were thenanalyzed so that the researchers could find the concluding ideason the subject studied. Data were analyzed using induction, deduction and comparison approach.

This research concluded that according to KH. Hasyim Asy'ari, learners should be knowledgeable and true. It means to have an attitude which suits the principles or values of education in Islam. The more specific concept to be performed is the way to behave to themselves, teachers, the lessons and books. In this sense, KH. Hasyim Asy’ari does not mention the specific lessons to be given in accordance with the talents, interests, and abilities of the learners.