Pirmansah, Maman (2006) Pandangan Madzhab Hanbali tentang persyaratan tidak memadu bagi calon mempelai pria: Relevansinya dengan kesetaraan gender. Undergraduate thesis, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Text (Fulltext)
02210044.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, Dalam perkawinan, dalam keadaan tertentu agama membolehkan laki-laki untuk menikah lebih dari satu (poligami), akan tetapi tidak semua wanita mau untuk dipoligami, dalam menanggapi persoalan demikian maka kita diingatkan akan kebolehan adanya perjanjian perkawinan. Dalam perkawinan agama membolehkan adanya peijanjian diantara kedua mempelai untuk memberikan persyaratan-persyaratan tertentu, dan dalam hal ini perempuan yang tidak mau dipoligami mensyaratkan bagi calon mempelai pria untuk tidak memadu. Dari sinilah karena timbul pertentangan antara persyaratan tidak memadu dengan kebolehan poligami, maka perlu kiranya telaah kembali terhadap beberapa masalah : bagaimana hukum persyaratan tidak memadu menurut Madzhab Hanbali, bagaimana dalil dan istidlalnya tentang persyaratan tersebut dikaitkan dengan kebolehan poligami, serta bagaimana relevansinya dengan perspektif gender.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hukum persyaratan tidak memadu bagi calon mempelai pria dalam pandangan Madzhab Hanbali, serta sebagai upaya membela hak-hak perempuan agar tidak termarjinalkan.
Penelitian ini bersifat kepustakaan (lihrary Reseach). data yang digunakan adalah data skunder, sumber data yang digunakan pada dasarnya adalah kitab-kitab yang berkaitan dengan masalah tersebut antara lain kitab al-Kafi karangan Ibnu Qudamah, kitab al-Mughant karangan Ibnu Qudamah١ kitab Majmu' ul-Paiawa karangan Ibnu Taimiyah, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan pokok bahasan. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah kajian isi (Content Analisys), dan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian tentang pandangan Madzhab Hanbali tentang persyaratan tidak memadu bagi calon mempelai pria dapat disimpulkan.!). Menurut Madzhab Hanbali persyaratan tidak memadu dibolehkan, persyaratan ini termasuk persyaratan yang shahih dan harus dipenuhi. Persyaratan ini tidak dikatakan mengharamkan yang halal, sebab konsekwensi dari adanya persyaratan, ini adalah adanya hak pilih bagi istri untuk memfasakh (membatalkan) perkawinannya atau tetap sebagai istrinya (dalam artian dipoligami) tergantung keinginan si istri, Persyaratan ini sesuai dengan tujuan dan maslahah dalam perkawinan. 2). Ditinjau dari kemaslahatannya pendapat Madzhab Hanbali sangat relevan dengan perspektif gender, karena adanya persyaratan tersebut adalah untuk melindungi kepentingan perempuan dari prilaku poligami suami yang tidak bertanggung jawab, dan juga persyaratan ini bisa dijadikan rekomendasi sebagai pembentukan Undang-Undang Perjanjian Perkawinan yang berkesataraan gender.
ABSTRACT
Marriage is a tie of the inner self and auter word for a man and a women as a married couple, with the purpose of making eternal and happy family based on the great unity of deity. In a certain condition, religion allows a man to marry more than one (polygamy), but all of women want to be taken as a 2٥٥ wife. In perceiving such a problem that we are reminded the permission of engagement marriage existence. Religion allows the angagement existence between bride and bridegroom to take certain requirements and in this case a woman, who doesn’t want her husband to take 2 wives, requires the bridegroom not to take her.
This matter brings about contradiction between requirement of getting 2 wives and polygamy permission, in connecting with that matter, it is apparently necessary for us to reanalyze! how is the law requirement of not taking 2 wives according to hanbali’s sect, the proposition ang it’s law about that requirement related to polygamy permission as well as it’s relevance with gender perspective.
The purpose of this research is to know how is it’s requirement law not to take 2 wives for prospective bridegroom in Hanbali sect opinion, and also as an effort to protect woman rights in order not to be sided or marginalized.
This research has library research, data used is sekunder, essentially, source of data used is many books relating to that problem such as : Al-Kafi’ book Ibnu Qudamah’s composition, Majmu fatawa’ book Ibnu Taimiyah composition, Al٠ Mughani Ibnu Qudamah composition, and other book related to the main discussion, while analysis method used is content analysis and descriptive method.
From this research according to Hanbali’s sect opinion about requirement of not taking 2 wife for prospective bridegroom is deduced : 1) according to Hanbali’s sect, that requirement is allowed. This is included valid requirement and to be fulfilled. This requirement doesn’t forbid the permitted thing, because the consequente of this requirement is presenting a franchise for a wife to cencel her medding or sting becoming his 2nd wife (polygamy). It depends on wife’s wish. This is appropriate with the purpose and benefit of marriage. 2) being observed from benefit side, Hanbali’s sect opinion is very relevant with gender perspective, because the purpose of presenty a requirement is to protect women from unresponsible men, and this can be a recommendation for formatting angagement marriage law wich is quivalcnt to gender.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Hamidah, Tutik |
Keywords: | Pandangan madzhab hanbali; persyaratan tidak memadu |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Fadlli Syahmi |
Date Deposited: | 06 Dec 2023 09:19 |
Last Modified: | 06 Dec 2023 09:27 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/58466 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |