Syamsudin, Syamsudin (2001) Validitas sumpah pocong sebagai alat bukti dalam Perspektif Hukum Islam: Studi kasus di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
97250142.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Sumpah merupakan suatu peryataan yang khidmat bahwa Tuhan adalah yang maha tahu dan bahwa Tuhan akan menghukum tiap dusta, pada waktu orang memberikan suatu keterangan atau kesanggupan. Sumpah pada hakikatnya suatu perbuatan yang bersifat religius dan merupakan alat bukti tertua dan terkuat, yang digunakan untuk memecahkan segala permasalahan. Sebab hal itu langsung berhubungan dengan Tuhan penciptakan semesta alam. Namun pada kenyataannya sumpah tidak banyak dipergunakan dalam mencari solusi permasalahan karena masyarakat tidak begitu takut akan dampaknya yang tidak tampak atau langsung ditimpakan pada waktu sumpah itu dilaksanakan.
Masyarakat tradisional tidak bisa menerima begitu saja, mereka menginginkan adanya sebuah sanksi (akibat) apabila mereka melakukan sumpah yang tidak sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Karena itu dilakukan sumpah pocong (simbolisme sanksi kematian) yang menurut keyakinan mereka apabila orang yang bersumpah dengan melakukan sumpah pocong benar-benar melakukan dosa, maka ia akan langsung dihukum Tuhan dengan kematian.
Sumpah pocong lalu menjadi salah satu upaya hukum yang "sakti" guna menyelesaikan berbagai macam kasus, baik yang berbentuk perdata maupun pidana. Sumpah pocong tak diingkari acapkali melanda pelakunya. Penyebabnya, bisa jadi selain sumpah diucapkan langsung kehadirat Tuhan, juga dilakukan di tempat ibadah yang mengandung konotasi tempat yang suci.
Sementara, menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa mayoritas masyarakat Sampangan Muncar Banyuwangi berpendapat sumpah pocong merupakan suatu prosesi surnpah yang sakral serta identik dengan kematian bagi pelakunya apabila berbohong. Serta diperlakukan sebagaimana layaknya orang mati yakni "dipocong" seperti mayat untuk menyangkal tuduhan masyarakat bahwa dirinya benar-benar tidak bersalah.
Sedang tujuan dilaksanakan sumpah pocong adalah untuk memberi peringatan kepada kedua belah pihak yang bersengketa serta masyarakat supaya tidak mudah menuduh atau menfitnah serta tidak mudah untuk melaksanakan sumpah pocong. Untuk memberi peringatan pada orang yang bersumpah (berbuat) supaya memiliki rasa takut dan rasa untuk selalu beristighfar atas perbuatannya yang keji serta sangat merugikan orang lain.
Pelaksanaan sumpah pocong, sebagaimana yang diyakini masyarakat sangat manjur untuk menyelesaikan sengketa, memiliki beberapa dampak, yaitu : a) Dampak psikologis. Sumpah ini dilakukan dengan cara dikafani sebagaimana layaknya mayat supaya pelaku sumpah mengucapkan sumpahnya dengan sungguh-sungguh dan tidak berbohong. b). Tertuduh bebas dari segala macam bentuk tuduhan dan cemoohan masyarakat.
Pelaksanaan sumpah pocong tidaklah bertentangan dengan syari'at Islam, sebab dalam sumpah dikenal adanya taghlidzul yamin (pemberatan sumpah). Hanya masalah pakaian orang yang bersumpah tidak dijumpai hukumnya dalam Islam. Dipergunakannya pakaian seperti itu selain sebagai perlakuan adat, juga dimaksudkan agar orang yang bersumpah berkata jujur dan berhati-hati. Jadi sumpah pocong sah-sah saja dilakukan selama sumpah itu diperlukan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Mufidah, Mufidah |
Keywords: | validitas sumpah pocong; hukum Islam |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Nada Auliya Sarasawitri |
Date Deposited: | 30 Nov 2023 14:01 |
Last Modified: | 30 Nov 2023 14:01 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/58262 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |