Study deskriptif tentang penerapan terapi Sensory Integrasi pada anak dengan Gangguan Spektrum Autistik (GSA) di Pusat Terapi Perilaku A-Plus Malang

ABSTRAK

Masa perkembangan dan pertumbuhan anak-anak dianggap masa terpenting dalam kehidupan seseorang, dari masa ini diberikan suatu pembentukan karakter yang juga ikut menentukan bagaimana ia kelak akan bertingkah laku karena seorang anak yang lahir dari rahim seorang ibu merupakan generasi penerus yang bisa berguna bagi semua yang ada disekelilingnya. Setiap manusia yang ada selalu menginginkan lahir sempuma secara fisik dan psikis. Akan tetapi hal itu tidak semua terjadi, banyak permasalahan yang timbul tanpa kita duga. Autisma, merupakan suatu contoh kecil tentang permasalahan pada anak yang saat ini mulai menjadi wabah dikalangan masyarakat kita. Autisma adalah gangguan perkembangan pada anak pada usia 1-3 tahun pertama yang mengakibatkan sulitnya anak itu untuk bersosialisasi, berkomunikasi, dan seakan-akan mereka itu hidup dalam dunianya sendiri. Penyebab dari autisma ini sendiri sampai saat ini masih belum pasti akan tetapi, dari beberapa penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa penyebabnya adalah faktor genetika, faktor lingkungan, gangguan metabolisme otak dan faktor gangguan pencernaan.

Dari beberapa penyebab yang telah ada anak autis ini mengalami gangguan metabolisme otak yang bisa mengakibatkan sensori integrasi anak autis ini terganggu, yang dimaksud dengan sensori integrasi ini adalah proses kerja otak dalam mengolah informasi yang ada secara baik atau sesuai. Ketika input sensorik anak autis ini terganggu atau tidak bekerja dengan baik maka penyampaian informasi ke otak tidak sempuma dan akhirnya anak autis tersebut kurang bisa bereaksi dengan baik. Gangguan sensori integrasi yang mendominasi pada anak autis ini diantaranya adalah: gangguan taktil (peraba), gangguan vestibular (keseimbangan), dan gangguan propioceptive (posisi sendi otot). Untuk membantu memaksimalkan kerja otak pada anak autis ini diberikan terapi sensori integrasi yang bisa membantu anak dalam memeperbaiki fungsi otaknya sehingga perilaku anak autis ini bisa lebih baik dan adaptif, selain itu juga setelah mengikuti terapi sensori integrasi secara rutin maka, anak autispun bisa menyesuaikan diri dan mampu mengelola emosinya dengan baik. Terapi sensori integrasi ini bisa didapat diiembaga-lembaga yang ada dan memang khusus untuk anak autis itu sendiri, didalam lembaga tersebut anak autis bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan dari terapi sensori integrasi itu dalam suatu lembaga khusus untuk anak autis? r Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan populasi penelitian adalah terapis yang berjumlah 2 orang dan siswa-siswi autistik yang mengalami gangguan pada sensori integrasinya. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2004 sampai dengan Januari 2005 dengan metode pengambilan data observasi, interviu dan dokumentasi.

Adapun hasil penelitian ini dapat dilihat bahwasanya hasil terapi itu diharapkan bisa memberikan suatu perubahan pada anak autis, bisa memperbaiki fungsi otak, bisa merespon informasi yang ada dengan lebih baik, dan anak autispun bisa berperilaku lebih adaptif. Penerapan terapi di lembaga tersebut dilaksanakan setiap hari dengan proses terapi selama 2 jam dan harus ditindak lanjuti di rumah agar hasilnya bisa maksimal. Dalam terapi sensori integrasi diberikan beberapa aktivitas yang bisa membantu anak autis dalam meningkatkan fungsi otaknya, diberikan sesuai dengan kebutuhan anak autis itu sendiri dan dalam suasana yang menyenangkan. Waktu yang diberikan dalam terapi Sensori Integrasi ini adalah 6-ؤ bulan untuk melihat perubahan setelah mengikuti terapi tersebut secara rutin.