Perkawinan beda agama pemikiran Abdullahi Ahmed An-na'im perspektif Fiqih dan Ham serta relevansinya dengan Hukum Perkawinan di Indonesia

ABSTRAK

Perkawinan beda agama memang bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia yang multikultural. Namun demikian, tidak juga berarti bahwa persoalan perkawinan beda agama tidak dipermasalahkan. Kontroversi yang sering muncul juga dilatarbelakangi karena adanya kekosongan regulasi hukum yang tidak menyebutkan secara jelas mengenai larangan perkawinan beda agama. Faktor tersebut menjadikan beberapa hakim Pengadilan Negeri mengesahkan perkawinan beda agama yang juga berdasarkan atas HAM. Dari latar belakang tersebut beberapa tokoh agama juga ikut memberikan pandangannya terhadap perkawinan beda agama, salah satu tokoh dalam penelitian ini yakni Abdullahi ahmed An-nai’im. Oleh karena itu yang menjadi fokus masalah pada pada penelitian ini adalah, 1). Bagaimana Pandangan Abdullahi Ahmed An-na’im tentang Perkawinan Beda Agama, 2) Bagaimana Perkawinan Beda Agama Abdullahi Ahmed An-na’im perspektif Fikih dan HAM dan 3). Bagaimana relevansi Perkawinan Beda Agama pandangan Abdullahi Ahmed An-na’im dengan hukum perkawinan di Indonesia.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif dengan jenis pendekatan kasus (case aaproach). Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari bahan hukum primer yakni Undang-Undang, keputusan Pengadilan, adapulan bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah berasal dari berbagai buku, jurnal, artikel, pandangan ahli hukum dan beberapa tokoh agama dan ulama.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, 1). Abdullahi Ahmed Anna’im menganggap adanya diskriminasi gender dalam ayat-ayat madaniyah yang membahas mengenai perkawinan dengan wanita musyrik, oleh karenanya an-na’im menggunakan konsep nasakh untuk mengkaji ulang terkait ayat tersebut, 2). Konsep yang tercantum dalam DUHAM dianggap oleh An-na’im lebih relevan dalam menjawab fenomena yang saat ini lebih banyak mengedepankan HAM, 3). Adanya celah kekosongan hukum terkait hukum perkawina beda agama menimbulkan banyak masyarakat Indonesia yang melaksanakannya, yang dalam pelaksanaannya juga atas dasar HAM.

ABSTRACT

Interfaith marriages are not something new for multicultural Indonesian society. However, this does not mean that the issue of interfaith marriage is not a problem. The controversy that often arises is also motivated by the absence of legal regulations that do not clearly state the prohibition on interfaith marriages. These factors have led several District Court judges to legalize interfaith marriages based on human rights. From this background, several religious figures also gave their views on interfaith marriages, one of the figures in this research was Abdullahi Ahmed An-nai'im. Therefore, the focus of the problem in this research is, 1). What is Abdullahi Ahmed An-na'im's view of interfaith marriages, 2) How does Abdullahi Ahmed An-na'im's perspective on interfaith marriages and human rights and 3). What is the relevance of Abdullahi Ahmed An-na'im's view of interfaith marriages to marriage law in Indonesia.This research uses a type of normative juridical legal research with a case approach. The data sources obtained in this research come from primary legal materials, namely laws, and court decisions. In contrast, secondary legal materials in this research come from various books, journals, articles, views of legal experts and several religious figures and ulama.The results of this research show that, 1). Abdullahi Ahmed An-na'im suspects that there is gender discrimination in the madaniyah verses which discuss marriage with polytheist women, therefore an-na'im uses the concept of nasakh to review these verses, 2). An-na'im considers the concepts contained in the UDHR to be more relevant in responding to phenomena that currently prioritize human rights, 3). The existence of legal gaps regarding marriage laws from other religions has led to many Indonesians implementing them, which are also implemented based on human rights.

مستخلص البحث

الزواج ينب دلأاJن ليس sرملأ ديدلجا ىلع اvعمت يسينودنلإا ددعتم الثقافات .دقل ثدح اذه الزواج في اvعمت {داعب ةيعامتجا ةفلتمخ (واستمر ةترفل ةليوط) .عمو ذلك ، اذه لا يعني نأ ةيضق الزواج ينب دلأاJن ليست ةيضق .لب اإ في الواقع ليتم دائمًا لىإ ةرإ لدلجا ينب روهملجا .اذه البحث في مناقشة الزواج ينب دلأاJن يتوافق عم أفكار ةيصخش ذات أفكار ليبرالية ، يهو دبع ﷲ دحمأ النعيم .يرتبط البحث أيضًا ابم اذإ ناك الزواج ينب دلأاJن مرتبطًا روظنبم نوناق قوقح ناسنلإا وذو ةلص نوناقب الزواج في إندونيسيا ، حيث مدختست هذه الدراسة ةقيرط البحث في المكتبة.
لوقي دبع ﷲ دحمأ النعيم هنإ لا زويج للمرأة المسلمة نأ تتزوج نم يرغ ملسم ءزجك نم اعتراض ىلع ساسأ الدين .ءزجك نم العبء ، sعبطل لا قفاوي النعيم ىلع لثم اذه النموذج مهفل الشريعة .دحأ الأسباب وه نأ العلاج ىلع ساسأ الدين والجنس في لظ الشريعة ينتهك ذافنإ قوقح ناسنلإا.
نإ الرأي الشجاع الذي هحرط النعيم في الكفاح نم لجأ حلاصإ الشريعة ةيملاسلإا أدى لىإ هتعجارم ءارلآل التي أعرب اهنع العلماء الكلاسيكيون في يمدقت لولح ةلكشلم ام .دحأ روامح النعيم وه موهفم النساخ .نإ قيبطت قوقح ناسنلإا في الواقع واسع ةياغلل ، دقو تلعج ءارآ النعيم اميف يتعلق sجاوزل ينب دلأاJن ةقلعتلما بتنفيذ قوقح ناسنلإا روهملج ديعي النظر في ءزج المساواة ينب الرجل ةأرلماو في لامعإ قوقح ناسنلإا في ملاسلإا.