Penerapan metode bermain, cerita dan menyanyi (BCM): Studi kasus di TPA Qurrota A’yun Malang

ABSTRAK

Dunia anak adalah dunia bermain, anak adalah anak bukan miniatur orang dewasa, anak akan berkembang secara bertahap baik fisik maupun mental rya. Aktifitas anak-anak disebut bermain apabila kegiatan tersebut bersifat menyenangkan /mengasyikkan, tanpa ada tekanan, tidak ada target yang bersifat kaku.

Bermain, bercerita dan menyanyi merupakan kegiatan د ang menyenangkan bagi anak. Anak dalam perkembangannya yang normal tidak ؛ kari lepas dari tiga kegiatan tersebut. Melalui kegiatan BCM anak dapat belajar apa saja, bahkan terasa tanpa ia sadari. Berbagai aspek kejiwaan anak juga dapat dikembangkan melalui kegiatan tersebut. Dengan demikian kegiatan BCM merupakan bagian dari kehidupan anak dan bermanfaat bagi perkembangan anak.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode bannain, cerita, dan manyanyi ( BCM) di TPA Qurrota A'yun Malang ?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan metode bermain, cerita, dan menyanyi ( BCM) di TPA Qurrota A'yun Malang ?

Adapun pengkajian skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Metode Bermain, Cerita Dan Menyanyi (BCM) dan apa saja faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode BCM di TPQ tersebut.

Dalam penelitian skripsi ini yang menjadi obyek adalali ustadz-ustadzah dan kepala TPQ. Teknik pengumpulan data menggunakan metode obsep/asi, interviw dan dokumentasi. Sedangkan untuk mengalisa data peneliti menggunakan metode diskriptif kualitatif karena penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang dalam penjabarannya angka-angka (statistik).

Dari hasil dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode BCM di TPQ Qurrota A’yun Malang hanya sebagai materi penunjang/ tambahan dari materi pokok. Sedangkan penyampaiannya bersifat selingan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tentang bentuk BCiM-nya sepenuhnya diserahkan pada kebijaksanaan pengajar/ustadz dengan ketentuan masih dalam ruang lingkup yang Islami. Adapun faktor adalah kemampuan ustidz-ustadz yang CV kup memadai, tersedianya buku IQRO’, tersedia dana yang cukup. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor guru, faktor sarana prasarana, Tidak ada alternatif dana lain untuk mengembangkan TPQ, faktor santri yang sering absen, kurang adanya perhatian dari pengurus.