Keagamaan anak usia SLTP-SMU di Lokalisasi Prostitusi Kedungbanteng Sukorejo Ponorogo

ABSTRAK

Islam menyuruh ummatnya untuk beragama dengan sebaik-baiknya (ber- Islam secara menyeluruh). Setiap muslim, baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktifi tas ekonomi, sosial, politik atau aktifitas apapun, seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Apabila seorang muslim sudah dapat memenuhi hal tersebut, maka ia dapat dikatakan memiliki keagamaan yang baik.

Keagamaan itu sendiri mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dengan demikian, keagamaan tersebut bukanlah sesuatu yang sekali jadi, melainkan harus berproses dari kualitas tertentu kepada kualitas yang lain yang lebih baik.

Dari awal kelahiran seseorang, yang dalam surat An-Nahl ayat 78 dinyatakan لاتعلمون شيئا (tidak mengetahui apa-apa), secara bertahap ia bergerak untuk mencari serta mendapatkan pengetahuan, pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan konsep Islam, serta dalam likupan alam sekitar. Dalam lingkungan keluarga, jalan keberagamaan anak sangat dipengaruhi oleh orang tuanya, sedang di luar rumah, jalan keberagamaan tersebut ditempuh dengan bantuan dan pengaruh dari guru, buku- buku pelajaran, bahan bacaan, serta pengalaman dan pergaulannya dengan lingkungan yang lebih besar dan komplek.

Jadi, lingkungan di luar diri seseorang mempunyai pengaruh besar dalam proses pembentukan keagamaan seseorang, terutama ketika ia masih dalam usia anak- anak sampai remaja. Lingkungan yang harmonis sekaligus agamais, cenderung lebih bisa membuat keagamaan anak bagus dan positif. Sebaliknya, anak-anak yang hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang keras dan jauh dari nilai-nilai agama, cenderung menjadikan anak mempunyai keagamaan yang rendah. Atau paling tidak anak tersebut akan mengalami konflik batin yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan oleh posisi dimana, ia mendapatkan pendidikan dan pengajaran agama dari guru di sekolah sekaligus di tekankan untuk melaksanakannya, sedang dalam realitasnya ia berada di tengah-tengah keluarga dan masyarakat yang perilakunya sama sekali menyimpang dari norma-norma ideal yang ia terima sebagai pengetahuan tersebut.

Hal di ataslah yang menarik perhatian penulis, sehingga kami mencoba mengadakan penelitian yang bersifat populatif, dengan mengambil judul Keagamaan Anak Usia SLTP-SMU Di Lokalisasi Prostitusi Kedungbanteng Sukorejo Ponorogo. Penelitian ini, selain sebagai pemenuhan syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan,juga bertujuan untuk mengetahui kondisi keagamaan masyarakat dan anak-anak usia SLTP-SMU yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan lokalisasi.

Berdasar tujuan yang disebut kedua itulah, maka dalam penelitian ini kami menggunakan metode deskriptif prosentatif. Adapaun deskripsi dari hasil yang kami peroleh setelah penelitian adalah :

1. Bahwa di lokalisasi prostitusi Kedungbanteng Sukorejo Ponorogo tidak terdapat bangunan tempat ibadah, kegiatan keagamaan yang berkembang, apalagi aktifitas keagamaan yang mencerminkan berlakunya norma-norma agama.
2. Kemudian, bahwa hal tersebut, berdampak pada rendahnya pula keagamaan anak usia SLTP-SI yang berada di tengah-tengah masyarakat penghuni lokalisasi tersebut.
Hal diatas memberikan kesimpulan tentang kondisi keagamaan, bahwa di lokalisasi prostitusi Kedungbanteng Sukorejo Ponorogo tidak ada sarana ibadah dan aktifitas keagamaan sama sekali, dan bahwa keagamaan anak usia SLTP-SMU yang ada di dalamnya adalah rendah