Hubungan antara pola pembinaan kedisiplinan di Sekolah dengan kecerdasan emosi siswa kelas XI MAN Malang I

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan zaman, tampak adanya berbagai fenomena yang menyiratkan banyak persoalan yang memiliki lingkup yang sangat komplek yang terjadi di masyarakat kita khususnya dikalangan para remaja. Diantaranya adalah perkelahian antar pelajar, pencurian, pemalakan, penggunaan obat-obat terlarang, prostitusi maupun bentuk perilaku anti sosial lainnya. Dari hal ini terlihat betapa moral remaja kita saat ini masih sangat memprihatinkan. Sekolah, sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencetak kader-kader bangsa yang sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak maka sudah menjadi tugasnya untuk dapat membimbing anak-anak didiknya dalam mengembangkan bakat dan kepribadian mereka. Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam hal ini adalah dengan ditetapkannya tata tertib sebagai upaya untuk membentuk kedisiplinan di sekolah. Niun pada kenyataannya banyak dari sekolah yang salah dalam memutuskan motode yang dipakai, sehingga menjadikan siswa banyak yang kehilangan sopan santun dan rasa aman dan akhirnya meningkatkan ketidakseimbangan emosi, keputusasaan dan rapuhnya moral yang keluar menjadi ledakan kemarahan dan sesal yang menembus sisi-sisi kehidupan mereka dengan segala cara yang akan membahayakan bagi dirinya sendiri juga orang-orang yang ada disekitamya. Oleh karena itulah penelitian ini memiliki tujuan: (1) untuk mengetahui pola pembinaan kedisiplinan di MAN Malang I (2) untuk mengetahui kecerdasan emosi siswa kelas XI MAN Malang I (3) untuk mengetahui hubungan antara pola pembinaan kedisiplinan di sekolah dengan kecerdasan emosi pada siswa kelas XI MAN Malang I.

Pola pembinaan kedisiplinan di sekolah adalah cara-cara dengan mana keadaan teratur itu diperoleh, pemeliharaan kondisi yang membantu kepada pencapaian efisien fungsi-fungsi sekolah. Sedangkan kecerdasan emosi adalah sebuah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan i menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sehingga hasil penelitian bukan berupa kata-kata melainkan angka-angka. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan metode (1) angket, (2) dokumentasi, (3) wawancara dan (4) observasi. Peneliti mengambil populasi dari siswa kelas XI MAN Malang I yang berjumlah 192 siswa, dengan sampel sebanyak 72 responden yang terdiri dari 24 siswa kelas XI IPA2, 24 siswa kelas XI IPS2 dan 24 siswa kelas XI Bahasa. Metode pengtunpulan data yang digunakan adalah angket, dengan jumlah 31 item untuk pola pembinaan kedisiplinan di sekolah dan 49 item untuk kecerdasan emosi. Dan item gugur 2 untuk pola pembinaan kedisiplinan di sekolah dan 1 untuk kecerdasan emosi.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pola pembinaan kedisiplinan di sekolah diterapkan dengan tiga sistem yaitu otoriter, demokratis dan permesif (bebas). Yang mana ketiga-tiganya berada pada taraf sedang. Yaitu 80,56% untuk sistem otoriter, 70,83% untuk sistem demokratis dan 70,83% untuk sistem permesif (bebas). Sedangkan untuk kecerdasan emosi pada taraf tinggi 11,1%, taraf sedang 77,8% dan taraf rendah 11,1% berada pada taraf signifikan -0,591 untuk otoriter, 0,604 untuk demokratis dan -0,588 untuk permesif.

Dengan demikian hasil analisa menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola pembinaan kedisiplinan di sekolah dengan kecerdasan emosi siswa kelas XI MAN Malang I.