Wazzan, Rifqi Kurnia (2016) Status Taklif terhadap penderita Gangguan identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder) dan pembentukan keluarga Sakinah perspektif Maslahah Al-Tufi. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
14780012.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Penelitian ini adalah mencari posisi taklif terhadap orang yang mempunyai penyakit psikologis, dalam hal ini ialah gangguan identitas disosiatif. Karena semakin hari kasus kekerasan terhadap anak baik fisik maupun seksual semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini yang menyebabkan mereka ketika menginjak remaja atau dewasa sangat rentan terhadap penyakit psikologis seperti ini, sehingga perlu dilakukan kajian perspektif Mas{lahah al-T{ufi agar status si penderita menjadi jelas secara Hukum Islam.
Agar penelitian ini lebih valid, maka peneliti mengarahkannya kepada jenis penelitian pustaka (library research). Di Indonesia belum ada atau tidak ditemukan kasus penyakit gangguan identitas disosiatif seperti ini, namun peneliti menilai bahwa 10-15 tahun kedepan penderita gangguan psikologis semakin bertambah setiap tahunnya. Dan mereka memerlukan kejelasan apakah mereka merupakan seorang mukallaf ataukah justru sebaliknya, serta harus segera dibuatkan konsep kehidupan keluarganya agar tetap menjadi keluarga sakinah. Sehingga fokus penelitian ini adalah Pertama, bagaimana status taklif terhadap penderita gangguan identitas disosiatif. Kedua, bagaimana pola keluarga sakinah yang diterapkan terhadap keluarga yang salah satu anggotanya mempunyai penyakit gangguan identitas disosiatif.
Hasil penelitian ini adalah, Pertama ternyata orang dengan gangguan identitas disosiatif tersebut bisa dikategorikan sebagai seorang mukallaf, dikarenakan penderita gangguan identitas disosiatif masih bisa mempunyai kondisi akal yang sempurna, meskipun gaya berpikir dan citra dirinya berbeda antara host (pribadi utama) maupun alter (pribadi lain). Kedua, demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan agar bisa menciptakan keluarga yang sakinah, suami atau isteri harus mempunyai 3 sikap. Yaitu sikap agamis, sikap komunikatif dan sikap psikologis. Penerapan agama diharapkan bisa mengisi kekosongan jiwa antara suami isteri, menciptakan rasa aman dan nyaman. Tindakan komunikatif menjadi jembatan agar suami atau isteri mampu menerapkan dengan baik cara berkomunikasi yang komunikatif terhadap pasangannya, memiliki kearifan di dalam memilih waktu berkomunikasi, dan lemah lembut dalam bertutur kata. Sedangkan yang terakhir ialah langkah psikologis melalui terapi hypnoterapi dengan memperhatikan secara adil antara host dan alter agar semua kepribadian merasa nyaman, dan suami atau isteri harus menciptakan suasana yang harmonis agar timbul semangat yang positif di dalam menjalani kehidupan rumah tangga, harus bisa memahami sumber masalahnya dan menerima kenyataan dengan sabar.
ABSTRACT
This research aims to find the status of taklif against people having a psychological disorder, in this case is Dissociative Identity Disorder. The cases of child abuse, both physical and sexual abuse is increasing every year. This causes them very susceptible to psychological disorder when they stepped on a teen or adult, so that needs to be done the perspectives study Mas{lahah al-T{ufi in order the status of the sufferer becomes apparent in Islamic law.
In order to make this research more valid, the researcher uses library research. In Indonesia there has not been found a case of dissociative identity disorder yet, but the researchers argued that in 10-15 years, the psychological disorder sufferers will grow. So, they need a confirmation whether they are considered as a mukallaf or not, and the concept of family life should be created immediately in order to make the family remain harmonious.
The focuses of this research are: first, how the status of taklif on a person who suffer from dissociative identity disorder. Second, how the patterns of harmonious family is applied to family that one of its members suffers from a dissociative identity disorder. The results of this research are:First, people with dissociative identity disorder can be classified as a mukallaf because they still have a perfect sense, although their thinking styles and image is different between host (main person) or alter (personal).Second, in order to maintain harmony and to create a harmonious family, husband or wife must have 3 attitudes. They are the religious attitude, the communicative attitude and the psychological attitude. The application of religion was expected to fill the void of the soul between husband and wife, to create a sense of security and comfort. Communicative action becomes the bridge for the husband or wife to apply the good communication to their partner, to have the discernment in choosing the time of communication, and be gentle in speaking. While the last step is psychological step through hypnotherapy with regard equitably between the host and alter in order to make all personalities comfortable, husband or wife should create a harmonious atmosphere in order to emerge a positive spirit in their life, they should be able to understand the source of the problem and accept the fact patiently.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Supervisor: | Fadil, Fadil and Aziz, Rahmat |
Keywords: | Taklif; Gangguan Identitas Disosiatif; Keluarga Sakinah; Taklif; Dissociative Identity Disorder; Harmony Family |
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Koko Prasetyo |
Date Deposited: | 20 Jul 2023 10:26 |
Last Modified: | 20 Jul 2023 10:26 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/54298 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |