Yuandita, Lutvi (2023) Asas Nebis In Idem dalam penyelesaian sengketa pemutusan hubungan kerja sepihak: Studi putusan nomor 104/pdt.sus-phi/2022/pn.sby dan putusan nomor 147/ pdt.sus-phi/2022/pn.sby. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
19220082.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Aturan hukum yang menentukan dan mengatur tentang cara melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata diatur dalam hukum perdata materil. Permohonan perkara dapat diajukan ke Pengadilan Negeri untuk didaftarkan guna mendapatkan putusan yang adil. Pengajuan gugatan harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku agar gugatan yang diajukan dapat diputus oleh majelis hakim. Tidak terpenuhinya syarat formil gugatan dapat mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima seperti yang terdapat pada kasus putusan nomor 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby. Tidak diterimanya gugatan tersebut dikarenakan petitum dalam gugatan tersebut kontradiktif sehingga gugatannya kabur (obscuur libel). Lalu, penggugat kembali mengajukan gugatan dengan perkara yang sama dan para pihak yang sama ke PHI dengan putusan diterima sebagian. Dalam pokok perkara yang sama, objek gugatan sama dan telah diputus oleh majelis hakim tidak dapat diperiksa kembali karena melekat Nebis In Idem.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai Niet Onvtankelijk Verklaard pada putusan 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby disebkan gugatan obscuur libel sehingga tidak memenuhi syarat formil suatu gugatan. Penelitian ini juga membahas nebis in idem pada putusan 147/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby karena pihak yang berperkara dan objek yang disengketakan kedua gugatan tersebut sama. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah adalah penelitian normatif (normative legal research) dengan pendekatan kasus dan pendekaan konseptual dengan analisis kualitatif yang mengacu pada norma hukum dan perundang-undangan serta putusan hakim.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam beracara di Pengadilan Hubungan Industrial di perlukan surat gugatan yang memenuhi syarat formil dan syarat materiil. Petitum dalam gugatan harus jelas agar majelis hakim dapat memutus perkara yang diajukan dengan benar dan adil sesuai dengan kaidah yang ditetapkan . Tuntutan yang tidak tegas mengakibatkan gugatan kabur (obscuur libel) 2. Apabila terjadi cacat formil berupa gugatan kabur atau tidak jelas seperti pada putusan nomor 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby maka gugatan tersebut dinyatakan tidak dapat diterima 3. Terhadap putusan tidak dapat diterima (Niet Onvtankelijk Verklaard) merupakan putusan yang bersifat negatif. Terhadap putusan yang bersifat negatif tidak melekat nebis in idem karena pokok perkara dalam gugatan tersebut belum diperiksa dan diadili.
ABSTRACT
The legal rules that determine and regulate how to exercise civil rights and obligations are regulated in material civil law. Applications for cases can be submitted to the District Court to be registered in order to obtain a fair decision. Submission of a lawsuit must meet the applicable requirements so that the lawsuit filed can be decided by the panel of judges. Non-fulfillment of the formal requirements for a lawsuit can result in an unacceptable lawsuit as found in the case of decision number 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby. The lawsuit was not accepted because the petitum in the lawsuit was contradictory so that the lawsuit was obscure (obscuur libel). Then, the plaintiff again filed a lawsuit with the same case and the same parties to the PHI with a partially accepted decision. In the same principal case, the object of the lawsuit is the same and has been decided by the panel of judges and cannot be re-examined because it adheres to Nebis In Idem.
This study aims to discuss Niet Onvtankelijk Verklaard in the decision 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby because the lawsuit was obscuur libel so it did not meet the formal requirements of a lawsuit. This study also discusses nebis in idem in the decision 147/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby because the litigants and the objects disputed by the two lawsuits are the same. The research method used in this research is normative legal research with a case approach and a conceptual approach with qualitative analysis that refers to legal and statutory norms and judge's decisions.
The results of this study can be concluded that: 1. In proceedings at the Industrial Relations Court, a lawsuit is required that meets the formal and material requirements. The petitum in the lawsuit must be clear so that the panel of judges can decide on the case filed correctly and fairly in accordance with the established rules. If there is a formal defect as in decision number 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby then the lawsuit cannot be accepted. 2. If there is a formal defect in the form of a vague or unclear claim as in decision number 104/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby then the lawsuit is declared unacceptable 3. An unacceptable decision (Niet Onvtankelijk Verklaard) is a decision that negative. Negative decisions are not inherent in nebis in idem because the principal case in the lawsuit for unilateral termination of employment has not been examined and tried. The results of the judge's decision partially granted the decision 147/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Sby in accordance with the law that companies must pay severance pay to employees who are laid off.
مستخلص البحث
يتم تنظيم القواعد القانونية التي تحدد وتنظم كيفية ممارسة الحقوق والالتزامات المدنية في القانون المدني المادي. يمكن تقديم طلبات القضايا إلى محكمة المقاطعة ليتم تسجيلها من أجل الحصول على قرار عادل. يجب أن يفي تقديم الدعوى بالمتطلبات المعمول بها بحيث يمكن الفصل في الدعوى المرفوعة من قبل لجنة القضاة. يمكن أن يؤدي عدم استيفاء المتطلبات الشكلية للدعوى إلى دعوى قضائية غير مقبولة كما هو موجود في حالة القرار رقم 104 / Pdt.Sus-PHI / 2022 / PN.Sby. لم تُقبل الدعوى لأن الصغر في الدعوى كان متناقضًا بحيث كانت الدعوى غامضة (التشهير الغامض). بعد ذلك، رفع المدعي مرة أخرى دعوى قضائية مع نفس القضية ونفس الأطراف في PHI بقرار مقبول جزئيًا. في نفس القضية الرئيسية، يكون موضوع الدعوى هو نفسه وقد تم البت فيه من قبل لجنة القضاة ولا يمكن إعادة النظر فيه لأنها تلتزم بـ Nebis In Idem.
هدفت هذه الدراسة إلى مناقشة Niet Onvtankelijk Verklaard في القرار 104 / Pdt.Sus-PHI / 2022 / PN.Sby لأن الدعوى كانت تشهيرًا مبهمًا لذلك لم تستوف المتطلبات الشكلية للدعوى. وناقشت هذه الدراسة nebis in idem في القرار 147 / Pdt.Sus-PHI / 2022 / PN.Sby لأن المتقاضين والأشياء المتنازع عليها في الدعويين هي نفسها. طريقة البحث المستخدمة هي البحث القانوني المعياري مع منهج الحالة ومنهج المفاهيم مع التحليل النوعي الذي يشير إلى القواعد القانونية والتشريعية وقرارات القاضي.
نتائج هذه الدراسة هي: ١. في الإجراءات في محكمة العلاقات الصناعية، مطلوب دعوى قضائية تلبي المتطلبات الشكلية والمادية. يجب أن يكون الحد الأدنى في الدعوى واضحًا حتى تتمكن هيئة القضاة من اتخاذ قرار بشأن القضية المرفوعة بشكل صحيح وعادل وفقًا للقواعد المعمول بها. تؤدي المطالب التي لا هوادة فيها إلى ادعاءات غامضة (التشهير الغامض) ٢. إذا كان هناك خلل رسمي في شكل ادعاءات غامضة أو غير واضحة كما هو الحال في القرار رقم 104 / Pdt.Sus-PHI / 2022 / PN. عندئذ يتم إعلان الدعوى غير مقبولة. ٣. القرار غير المقبول (Niet Onvtankelijk Verklaard) هو قرار سلبي. القرارات السلبية ليست متأصلة في nebis in idem لأن القضية الرئيسية في دعوى إنهاء العمل من جانب واحد لم يتم فحصها ومحاكمتها. منحت نتائج قرار القاضي جزئيًا القرار 147 / Pdt.Sus-PHI / 2022 / PN. وفقًا للقانون الذي ينص على أنه يجب على الشركات دفع تعويضات إنهاء الخدمة للموظفين الذين تم إنهاء حقوقهم.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Amaliah, Rizka |
Keywords: | Hukum acara, Nebis In Idem, Obscuur libel; Procedural law, Nebis In Idem, Obscuur libel; قانون المرافعاتNebis In Idem, obscuur libel |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180104 Civil Law and Procedure |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan Hukum Bisnis Syariah |
Depositing User: | Lutvi Yuandita |
Date Deposited: | 10 Jul 2023 11:38 |
Last Modified: | 10 Jul 2023 11:38 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/53426 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |