Hamidah, Nafisatul (2016) Penundaan hidup bersama setelah akad nikah oleh pasangan santri penghafal Al-Qur’an: Studi di Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an Nurul Furqon Malang. Undergraduate thesis, Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
12210122.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Pernikahan merupakan fitrah manusia. Saat dewasa mereka akan berfikir untuk membangun rumah tangga melalui pernikahan, untuk melanjutkan fase kehidupan selanjutnya, hal ini pula yang akan dialami oleh seorang santri yang sudah beranjak dewasa. Tidak sedikit santri yang masih nyantri di pesantren melangsungkan akad nikah dengan berbagai alasannya, mulai dari umur yang sudah mencukupi, perjodohan orang tua, bahkan pemikiran dan pembicaraan masyarakat yang tiada henti mengenai gadis yang sudah cukup umur untuk menikah. Kejadian semacam ini terjadi di lingkungan PPTQ Nurul Furqon, mayoritas santriwati yang nyantri di pondok pesantren berumur 20 tahun keatas, dimana pada umur 20 tahunan seorang wanita sudah dikatakan matang secara psikologis maupun secara biologinya, akan tetapi setelah menikah santri kembali ke pesantren. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implikasi penundaan hidup bersama setelah akad nikah oleh pasangan santri penghafal al-Qur’an (Studi di Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Quran Nurul Furqon Malang) serta pandangan pengasuh terhadap penundaan hidup bersama setelah akad nikah.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan dalam istilah lain dapat dikatakan sebagai penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah mengkaji penelitian hukum yang dikonsepsikan sebagai perilaku nyata (actual behavior), sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Penelitian ini bertolak dari data lapangan sebagai data primer, sedangkan data pustaka normatife atau aturan tertulis dijadikan data sekunder. Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini bahwa dari pernikahan yang dilaksanakan sebelum menyelesaikan hafalan memang bergantung pada masing-masing individu, seperti yang disampaikan oleh KH. Chusaini Al-Hafidz. Ada yang dengan mantab memilih menikah sebelum menyelesaikan hafalan, dia akan tetap bisa menyelesaikan hafalan dengan predikat baru yang melekat menjadi seorang istri. Akan tetapi pada kenyataannya menyelesaikan hafalan diluar pondok tidak semudah yang dibayangkan, karena predikat istri maka ada kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Akan tetapi ketika telah terlanjur menikah dan memilih menunda untuk hidup bersama maka ada motivasi untuk segera menyelesaikan hafalan sehingga dapat segera hidup bersama dengan pasangannya.
ENGLISH:
Marriage is an innate human. As adults they will think to build the household through marriage, to continue the next phase of life, these things are going to be experienced by a student who's been moving up. Not a few students who still nyantri (learn in Islamic Boarding house) in pesantren goes ahead Covenant of marriage with different reason, start from the already insufficient, matchmaking parents, even thoughts and incessant which community talks about a girl who is already old enough to marry. This kind of incident occurs in an environment PPTQ Nurul Furqon, the majority of a student (santriwati) is nyantri at boarding house was 20 years old and above, where at age 20 the annual a woman already said to be mature psychologically as well as in biological, but after married the students back to boarding house. The purpose of this study was to describe the implications of the procrastination live together after the Covenant of marriage by a couple students Quran interfere (study in Nurul Furqon Islamic boarding house Tahfidzul Qur'an Furqon of Malang) as well as the views of community leaders against delays to live together after the Covenant of marriage.
In this study, the authors use this type of field research (field research). Field research in other terms can be described as empirical research. Empirical legal research is examining the legal research concept as the behavior of real (actual behavior), as symptoms of a social nature are not written, that each person in a relationship of community life. This research left data field as primary data, while the data reader is a written rule or normative be used as the secondary data. The result of the wedding that was implemented before completing rote indeed depends on each individual, as submitted by KH. Chusaini Al-Haafiz. Anyone believe in choose married before completing the rote, he will still be able to complete the recitation and memorization with new inherent in being a wife. But in fact completed memorizing the outside of the cottage is not as easy as imagined, because the predicate's wife then there are obligations that must be fulfilled. However, when it has already married and choose delay to live together then there is motivation to immediately resolve the rote so that it can soon live together with her partner
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Suhadak, Faridatus | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Penundaan; Akad; Santri; Delay; Akkad | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Heni Kurnia Ningsih | ||||||
Date Deposited: | 06 Dec 2016 15:07 | ||||||
Last Modified: | 06 Dec 2016 15:07 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/5305 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |