Pluralisme Agama dalam Perspektif Al-Ḥallāj

ABSTRAK

Diskursus pluralisme agama lebih banyak dikaji dalam perspektif teologi. Diskursus ini diklaim sebagai sebuah pemikiran yang berasal dari dunia Barat. Padahal, jauh sebelum itu, tokoh-tokoh sufi Islam sudah menjadikan diskursus ini sebagai salah satu pemikiran penting dalam khazanah ilmu tasawuf. Al-Ḥallāj adalah tokoh sufi falsafi yang dengan tegas menyatakan bahwa semua agama sama.

Penelitian ini berangkat dari tiga pertanyaan pokok: (1) Bagaimana konsep pemikiran al-Ḥallāj tentang pluralisme agama, (2) Bagaimana tipologi pluralisme agama al-Ḥallāj dalam pandangan teolog modern, (3) Bagaimana signifikansi doktrin pluralisme agama bagi dunia modern. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut: (1) mengetahui konsep pemikiran al-Ḥallāj tentang pluralisme agama, (2) mengetahui tipologi pluralisme agama al-Ḥallāj dalam pandangan teolog modern, (3) mengetahui signifikansi doktrin pluralisme agama bagi dunia modern.

Untuk menganalisa ketiga jawaban dari pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode content analysis dengan beberapa tahapan; menentukan permasalahan yang akan dikaji, menyusun kerangka pemikiran yang berkaitan dengan permasalahan, menyusun perangkat metodologi, melakukan analisis data, dan menginterpretasikan dan mendiskusikan hasil data dengan kerangka pemikiran atau kerangka teori yang sudah ditetapkan.

Hasil dari penelitian ini bahwa al-Ḥallāj memandang agama dari dua sisi; batin/esoterik dan lahir/eksoterik. Agama sama dalam tataran esoterik dan berbeda dalam tataran eksoterik. Pemikiran ini didasari oleh lima basis teologis-filosofis; waḥdat al-wujūd, al-ḥubb al-azālī, al-rubūbiyyah, al-jabr dan al-riḍa. Dengan lima basis tersebut, tipologi yang diajukan oleh teolog modern tidak sepenuhnya bisa mewakili dan menganalisa tipe pluralisme agama al-Ḥallāj. Namun, setidaknya tipologi yang diajukan John Cobb (pluralisme transformatif) lebih dekat kepada pluralisme al-Ḥallāj. Al-Ḥallāj tidak berhenti pada sikap “hidup berdampingan secara damai dengan agama-agama lain”. Lebih jauh, ia mampu melaksanakan transformasi diri dengan sikap terbuka untuk belajar dan menggali kearifan pada agama dan tradisi lain.

ABSTRACT

The discourse of religious pluralism more studied in theological perspective. This discourse is claimed to be an idea that comes from the West. In fact, long before that, the Islamic Sufi leaders have made this discourse as one of the important ideas in the treasury mysticism. Ḥallāj was a Sufi philosophical which explicitly states that all religions are equal.

This study departs from the three main questions: (1) How does the Hallaj's concept about religious pluralism, (2) how the typology of Ḥallāj’s religious pluralism in the view of modern theologians, (3) how the significance of the doctrine of religious pluralism for the Indonesian context. Thus, this study aims to answer three questions: (1) understand the Hallaj's concept about religious pluralism, (2) determine the typology of religious pluralism in the view of Hallaj modern theologians, (3) determine the significance of the doctrine of religious pluralism for the Indonesian context.

To analyze the three answers to this question, researchers used content analysis method with multiple stages; determine the issues to be examined, compiled framework-related issues, preparing the methodology, analyzing data, and interpreting the data and discuss the results with the framework or theories that have been defined.

Results from this study that al-Hallaj look at religion from two sides; esoteric and exoteric. Religion is one at the esoteric level and pular at the exoteric level. This reasoning is based on five theological-philosophical; waḥdat al-wujūd, al-ḥubb al-azālī, al-rubūbiyyah, al-jabr dan al-riḍa. With the five bases, the typology was proposed by modern theologians are not fully able to represent and analyze the type of Hallaj's religious pluralism. However, at least the typology was proposed by John Cobb (transformative pluralism) closer to the pluralism of al-Hallaj. Al-Hallaj did not stop with the attitude of "peaceful co-existence with other religions." Furthermore, it is able to carry out self-transformation with an open attitude to learn and explore the wisdom in other religions and traditions.