Perilaku Berhaji Warga Masyarakat Gili Ketapang Probolinggo

ABSTRAK

Ketika ibadah haji menjadi tradisi keberagamaan suatu komunitas, ia merupakan fenomena sosial yang kompleks dalam arti tidak sekedar bermatra ritual agama semata tetapi akan berkelindan dengan sistem nilai sosial dan budaya komunitas tersebut. Sebagai rukun Islam kelima, haji selama ini berorientasi pada sebuah identitas yang menyempurnakan eksistensi seorang muslim. Sebagai perilaku keberagamaan, berhaji memiliki dimensi vertikal mewujudkan kedekatan spiritual dengan Sang Khalik dan dimensi horisontal untuk membangun relasi sosial yang harmonis dan berkeadilan serta berkepekaan sosial. Oleh karena itu haji sejatinya sarat dengan muatan nilai-nilai sosial kemanusiaan. Secara sosiologis, haji bagi masyarakat Gili memiliki posisi yang tinggi dalam struktur keberagamaan mereka, sehingga menjadi orientasi hidup yang dicita-citakan.

Penelitian ini dirancang berdasarkan beberapa rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana pemahaman warga masyarakat Gili tentang haji? 2) Apa makna haji bagi warga masyarakat Gili? dan 3) Apa motivasi mereka dalam melaksanakan ibadah haji?. Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial yang bertujuan memahami makna perilaku, simbol-simbol, ritual dan tradisi serta fenomena lain yang berhubungan, yang dalam hal ini adalah perilaku berhaji. Dengan pendekatan fenomenologi penelitian ini berusaha berusaha mempelajari bagaimana realitas kehidupan sosial dan tingkah manusia (baik yang dikatakan maupun yang diperbuat) sebagai manifestasi dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. Selain itu pendekatan interaksionisme simbolik sebagai bagian penting dari fenomenologi digunakan karena didasari oleh pemahaman bahwa manusia selalu berada dalam proses interpretasi dan definisi. Sedangkan pendekatan etnometodologi dimaksudkan untuk mempelajari tentang bagaimana individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari mereka.

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; 1) Haji dipahami sebagai kewajiban agama, sebagai nilai barokah dan manifestasi solidaritas sosial, dan sebagai kesuksesan hidup serta merupakan takdir Tuhan. 2) Dimensi makna haji menurut masyarakat Gili adalah bahwa haji memiliki makna spiritual eskatologis yang berarti membangun kedekatan ilahiah yang didasari oleh kesabaran dan keikhlasan; makna ekonomi yang dimaksudkan bahwa haji membawa etos kerja tinggi, sebagai simbol materialistik dan terkait status kekayaan seseorang; dan makna sosial, di mana haji membawa implikasi prestise sosial dalam struktur masyarakat dan sosok haji harus menjadi teladan sosial dalam membangun relasi yang harmonis. 3) Sedangkan motif berhaji masyarakat Gili dapat diketahui memiliki motif religius yang berarti berhaji untuk malakukan penghapusan dosa, penyucian diri, dan agar diberi keselamatan. Motif ekonomi, yaitu berharap meningkatnya rezeki dan perubahan kehidupan ekonomi yang lebih baik, dan motif sosiologis, karena didasari adanya rasa malu dan harga diri serta ketersinggungan sosial dalam berhaji.

ABSTRACT

When the hajj to religious tradition of a community, it is a complex social phenomenon in the sense of not just a religious ritual dimension alone but will be associated with the system of social values and cultural community. Hajj is a manifestation of obedience to run to meet the five pillars of Islam. Haji has been oriented towards an identity that complements the existence of a Muslim. As the cultural of religious, hajj has to realize the vertical dimension of spiritual closeness with the Creator and horizontal dimensions to build a harmonious social relations and social justice as well as having a high sensitivity. Therefore, the hajj is essentially loaded with a cargo of human social values. Sociologically, the hajj to the Gili has a high position in their religious structure, so that the orientation of living aspired.

The study was designed based on a formulation of the problem, namely: 1) What is the understanding Gili citizens about Hajj? 2) What is the meaning of hajj for the people Gili? and 3) What is their motivation in performing the Hajj?. This study uses a social definition paradigm that aims to understand the meaning of cultural, symbols, rituals and traditions as well as other related phenomena, which in this case is the cultural of hajj. With a phenomenological approach to research is trying to trying to learn how the realities of social life and human cultural (whether that is said or done) as a manifestation of how people define their world. Besides the symbolic interactionism approach as an important part of the phenomenology is used because it is based on the understanding that man has always been in the process of interpretation and definition. While the ethno methodological approach is intended to learn about how individuals create and understand their daily lives.

Based on the formulation of the problem set forth above, then the results of this study can be concluded that: 1) Haji understood as a religious duty, as the blessing and the manifestation of social solidarity, and a successful life and is the will of God. 2) The meaning Dimensions of Hajj according to the Gili is that haji has the meaning spiritual meaning eschatological construct based on the proximity of divine patience and sincerity; economic meaning is intended that the pilgrims brought a high work ethic, as symbol of materialistic and status related to one's wealth, and social significance, in where pilgrims have implications for social prestige and stature in the community structure of Hajj must be a social model in building a harmonious relationship. 3) While the hajj Gili motif is known to have a meaningful religious hajj for the remission of sins, purification, and to be safety. Economic motive, which is hoping the increased provision and change the lives of better economic and sociological motives, because it is based on a sense of shame and self-esteem and social offense in the hajj.