Jihad dan Kesyahidan dalam Perspektif Al-Qur’an: Kritik atas Fenomena Istisyhad dalam Masyarakat Muslim

ABSTRAK

Kajian ini berangkat dari banyaknya aksi jihad dan istisyhad yang diidentikkan dengan kekerasan dan terorisme, dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Perspektif Al-Qur'an mengenai jihad, (2) Perspektif Al-Qur‟an mengenai kesyahidan (3) Jihad dan kesyahidan perspektif masyarakan Muslim. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik atau metode Mudhu‟i. Adapun hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, Jihad dalam perspektif Al-Qur‟an: Jihad adalah perjuangan secara sungguh-sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk membela agama Allah, dari segala bentuk kejahatan, dengan ketentuan-ketentuan yang disyari‟atkan Islam. Tujuannya adalah menegakkan kalimat Allah. Hukum jihad adalah fardhu kifayah, dan dapat menjadi fardhu „ain jika kondisi mengharuskan seseorang untuk melakukannya dan tidak ada pilihan lain. Dalam mobilisasi umum, seorang Muslim dapat melakukan apa pun dan dengan sarana apa pun untuk berjihad dalam batas kemampuan dan sesuai dengan kebutuhan, sejauh tidak bertentangan dengan syari‟at agama, dan tidak boleh meninggalkan jihad karena merupakan dosa besar. Kedua: Syahid dalam perspektif Al-Qur‟an: Syahid adalah Muslim yang gugur di medan pertempuran membela agama Allah”. Adapun istisyhad adalah memohon atau mencari mati syahid, kematian mulia dengan jaminan akan mendapatkan kedudukan dan derajat yang tinggi, tetap hidup dan mendapatkan rezki di sisi Allah, diampuni dosa-dosanya dan mendapatkan jaminan surga. Jaminan tersebut diberikan kepada orang muslim yang sungguh-sungguh berjihad dengan niat ikhlas karena Allah, meskipun ia tidak terbunuh dalam perang. Islam menganjurkan umatnya melakukan jihad atau istisyhad dengan niat hanya karena Allah, melaksanakannya sesuai dengan syari‟at Islam, dan melarang melemparkan diri dalam kebinasaan. Ketiga: Jihad dan Syahid dalam perspektif masyarakat Muslim: Jika diartikan secara luas, jihad dapat dilakukan dalam berbagai bentuk mulai dari jihad melawan hawa nafsu hingga mengangkat senjata. Sebagian umat Islam memahami jihad secara sempit dengan arti perang, sehingga jihad identik dengan kekerasan dan seringkali dihubungkan dan dijadikan legitimasi berbagai kasus terorisme. Cita-cita dan ambisi untuk meraih kesyahidan merupakan faktor terbesar yang mendorong seorang mukmin memiliki keberanian melakukan istisyhad, seperti beberapa kasus bom bunuh diri, yang sebagian ulama membolehkan dengan alasan merupakan bagian dari jihad dan istisyhad dan karena bom bunuh diri tidak sama dengan bunuh diri biasa, sebagian lainnya mengharamkan dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Para ulama fiqh membagi kematian syahid menjadi tiga jenis yaitu: Syahid dunia dan akhirat, Syahid dunia, Syahid akhirat.

ABSTRACT

This study departs from the many acts of jihad and Istisyhad which are identified as violence and terrorism, with the aim to determine: (1) Jihad according to Qur‟anic perspective, (2) Shahid in Qur‟anic perspective (3) Jihad and martyrdom in Muslim society perspective. This type of research is qualitative research with a thematic approach or Mudhu'i method. The results of the study as follows: First, Jihad according to Qur‟anic perspective: Jihad is the struggle seriously to mobilize all potentials and capabilities to defend the religion of God, from all forms of crime, with the provisions of Islamic law. The goal is to enforce the sentence of God. In the Islamic law jihad is fardhu kifayah, and can become fardhu 'ayn if conditions so require someone to do it and there is no other choice. In general mobilization, a Muslim can do anything and with any means to wage jihad in the limits and according to the need, as far as religion is not contrary to the shari'ah, and should not leave the jihad because it is a great sin. Second: Shahid in Qur'anic perspective: Shahid is a Muslim who dies in battle defending the religion of Allah". As for the istisyhad is to beg or seek martyrdom, noble death with a guarantee will get the position and a high degree, stay alive and gain sustenance from Allah, his sins forgiven and get a guarantee of heaven. Assurance is given to those Muslims who truly strive for Allah with sincere intentions, although they were not killed in the war. Islam advocates Muslims to jihad or istisyhad with the intention only for Allah, implements in accordance with Islamic law, and prohibits throwing themselves in perdition. Third: Jihad and Martyrdom in the Muslim society perspective: when Jihad is define broadly, can be applied in various forms ranging from the jihad against the passions to take up arms. Some Muslims understand jihad means as a war only, so that jihad is synonymous with violence and often linked and used as the legitimacy of various cases of terrorism. Ideals and ambitions to achieve martyrdom is the greatest factor that encourages a believer to have the courage to do istisyhad, such as some cases of suicide bombing, which some scholars allow the grounds are part of the jihad and the istisyhad and it is different from suicide in general. On the contrary some scholars forbid it as the action is similar to fall one self into ruin. The scholars of fiqh divide martyrdom into three types, namely: Shahid world and the hereafter, the Martyr, Martyr hereafter.