Ahyu, Ifada Azka (2023) The analysis of judge’s view on husband’s Nusyuz in divorce by women case at Banyuwangi Religious Court in the perspective of Mubadalah. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
19210137.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) | Preview |
Abstract
ABSTRACT
Most people consider that nusyuz only done by the wife against the husband, not vice versa is husband’s nusyuz to wife. Whereas in the Qur'an it is regulated about husband’s nusyuz and wife’s nusyuz equally. Actually, husband’s nusyuz often occurs in divorce cases, namely when the husband does not do his obligations to his wife which causes the wife to suffer, but this is often considered not husband’s nusyuz. Likewise, the judges at Banyuwangi Religious Court interpreted that the divorce case do by the wife was precise as wife’s nusyuz, even though the divorce is due to an act of n husband’s nusyuz. This is the research background of the researchers in this study.
The focus and purpose of this research are to analyze the judge’s view regarding at Banyuwangi Religious Court on considering husband’s nusyuz, display the status of husband’s nusyuz in the divorce case contested at Banyuwangi Religious Court, as well as analyzing the judge’s view of husband’s nusyuz in perspective mubadalah. The type of research used by researchers is empirical juridical research, using a qualitative approach through interviews with the Judges at Banyuwangi Religious Court. The data used by researchers in this study were primary, secondary, and tertiary data.
The research results that can be obtained are (1) The majority of Judges at Banyuwangi Religious Court consider husband’s nusyuz and form husband’s nusyuz from the concept of taklik talak found in the marriage book. But some judges are still lacking in considering about husband’s nusyuz. They mean nusyuz still unilaterally, where it is only done to the wife. (2) In the divorce case at the Banyuwangi Religious Court, the Judge has not decided that this included husband’s nusyuz. This can be seen in the legal consequences they applied at the Banyuwangi Religious Court in the divorce case, where the right of the wife is that of the husband’s nusyuz not included in the decision. So that the rights of the wives who filed for divorce do not get them, that is mut’ah and alimony iddah. (3) The majority of Judges at Banyuwangi Religious Court still do not consider the concept of mubadalah. The Judges still consider that the term mubadalah is new knowledge. Most of them do not know that mubadalah is a form of reciprocity, so they had not been able to implement the concept of mubalah the trial at Banyuwangi Religious Court. They still refer to the rules or statutes of the assembly themselves.
ABSTRAK
Mayoritas masyarakat memahami bahwa nusyuz hanya dilakukan oleh istri terhadap suami, tidak sebaliknya yaitu nusyuz suami terhadap istri. Padahal di dalam Al-Qur’an diatur tentang nusyuz suami dan nusyuz istri secara setara. Sebenarnya nusyuz suami banyak terjadi pada kasus cerai gugat, yaitu ketika suami tidak melaksanakan kewajibannya terhadap istri yang menyebabkan istri menderita, tetapi hal tersebut sering dianggap bukan nusyuz suami. Demikian juga para Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi mengartikan bahwa kasus cerai gugat yang dilakukan oleh istri justru sebagai nusyuz istri, padahal cerai gugat itu karena perbuatan nusyuz suami. Hal ini yang menjadi latar belakang peneliti dalam penelitian ini.
Fokus dan tujuan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis pandangan Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi tentang pemahaman nusyuz suami, memaparkan status nusyuz suami pada perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Banyuwangi, serta menganalisis pandangan hakim tentang nusyuz suami dalam perspektif mubadalah. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yuridis empiris, dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara kepada para Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi. Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah data primer, sekunder, dan tersier.
Hasil penelitian yang dapat diperoleh, yaitu (1) Mayoritas Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi memahami tentang nusyuz suami serta bentuk nusyuz suami dari konsep taklik talak yang terdapat dalam buku nikah. Tetapi terdapat beberapa hakim yang masih kurang dalam memahami tentang nusyuz suami. Mereka masih mengartikan nusyuz secara sepihak saja, dimana hanya dilakukan pada istri saja. (2) Pada kasus cerai gugat di Pengadilan Agama Banyuwangi, Hakim belum memutuskan bahwa hal tersebut termasuk nusyuz suami. Hal tersebut dapat dilihat pada konsekuensi hukum yang mereka terapkan di Pengadilan Agama Banyuwangi pada kasus cerai gugat, dimana hak istri yang suaminya nusyuz tidak dicantumkan dalam putusan. Sehingga hak para istri yang mengajukan cerai gugat tidak mereka dapatkan, yaitu mut'ah, dan nafkah iddah. (3) Mayoritas Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi masih kurang paham mengenai konsep mubadalah. Para Hakim masih menganggap bahwa istilah mubadalah merupakan pengetahuan yang baru. Mayoritas mereka belum mengetahui bahwa mubadalah merupakan bentuk kesalingan, sehingga mereka belum bisa menerapkan konsep mubadalah tersebut di Pengadilan Agama Banyuwangi. Mereka masih merujuk pada peraturan atau ketetapan majelis itu sendiri.
مستخلص البحث
غالبية الناس يفهمون ذلكنوزيوز فقط من قبل الزوجة ضد الزوج ، وليس العكس أينوزيوز زوج لزوجة. بينما في القرآن ينظمهانشوزالزوج ونشوز الزوجة بالمبادلة. في الحقيقة نشوزغالبًا ما يحدث الأزواج في حالات الطلاق المتنازع عليها ، أي عندما لا يقوم الزوج بتنفيذ التزاماته تجاه زوجته مما يتسبب في معاناة الزوجة ، ولكن هذا لا يعتبر في كثير من الأحياننشوز زوج. وبالمثل ، فسر قضاة محكمة بانيووانجي الدينية أن قضية الطلاق التي قامت بها الزوجة كانت بالضبط كما يلي نشوز الزوجة وإن كان الطلاق بفلنشوز الزوج.هذه هي خلفية الباحثين في هذه الدراسة
يركز هذا البحث والغرض منه على تحليل وشرح آراء قضاة محكمة بانيووانجي الدينية فيما يتعلق بالفهم والمكانة نوزيوز الزوج في قضية الطلاق دعوى قضائية في محكمة بانيووانجي الدينية التي ستتم مراجعتها باستخدا بالمبادلة.نوع البحث الذي يستخدمه الباحثون هو البحث القانوني التجريبي ، باستخدام نهج نوعي من خلال المقابلات مع قضاة محكمة بانيووانجي الدينية. كانت البيانات التي استخدمها الباحثون في هذه الدراسة هي البيانات الأولية والثانوية والثالثية
نتائج البحث التي يمكن الحصول عليها هي (1) غالبية قضاة محكمة بانيووانجي الدينية يفهمون التعريف والشكلنو زيوز زوجتكليك الطلاق لكن هناك بعض القضاة الذين ما زالوا يفتقرون إلى الفهمنو نشوز زوج. يقصدوننشوز لا يزال من جانب واحد ، حيث توجد الزوجة فقط (2)في قضية الطلاق المتنازع عليها في محكمة بانيووانجي الدينية ، لم يقرر القاضي عدم إدراجها نشوز زوج يمكن ملاحظة ذلك في التبعات القانونية التي طبقوها في محكمة بانيووانجي الدينية في قضية الطلاق ، حيث يكون حق الزوجة حق الزوج.. نشوز غير مدرج في القرار حتى لا تحصل عليها حقوق الزوجات اللواتي يطلبن الطلاق .(3) لا يزال غالبية قضاة محكمة بانيووانجي الدينية يفتقرون إلى الفهم العميقمبادلة. لا يزال قضاة محكمة بانيووانجي الدينية يعتبرون هذا المصطلحمبادلة هي معرفة جديدة. مبادلة تفسر على أنها المعاملة بالمثل ، لذلك لم يتمكنوا من تطبيق مفهوم مبادلة قبل محاكمة الدين المغمور. فهي لا تزال تشير إلى قواعد أو أنظمة الجمعية نفسها.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Supervisor: | Jamilah, Jamilah |
Keywords: | Husband’s Nusyuz; Divorce; Mubadalah;Nusyuz Suami; Cerai Gugat; Mubadalah; نشوزالزوج ;الطلاق ;مبادلة |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Ifada Azka Ahyu |
Date Deposited: | 03 Jul 2023 13:55 |
Last Modified: | 03 Jul 2023 13:55 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/52321 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |