Responsive Banner

Kepemimpinan pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an: Tinjauan Sakralitas, Profanitas dan Gabungan

Hefniy, Hefniy (2007) Kepemimpinan pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an: Tinjauan Sakralitas, Profanitas dan Gabungan. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

[img] Text (Fulltext)
04920006.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

ABSTRAK

Masalah yang dijawab dalam penelitian ini ialah konsep kepemimpinan pendidikan dalam Al-Qur'an, yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip kepemimpinan pendidikan yang bersifat sakral, profan dan gabungan dari keduanya.

Penelitian ini menggunakan sumber data ayat-ayat Al-Qur’an tentang kepemimpinan pendidikan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun, menyusun, menguraikan, dan memunculkan konsep kepemimpinan. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan meliputi; ketekunan pengamatan, teknik triangulasi, teknik pemeriksaan sejawat, dan content analysis. Tahapan- tahapan penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan, penelusuran, penentuan, dan sintesis terhadap ayat-ayat Al-Qur'an untuk menemukan konsep kepemimpinan. Metode penelitian ini bercorak Bibliographi dengan menggunakan metode mawdu'iy dan pendekatan kualitatif yang bersifat eksplorasi dalam rangka rekonstruksi.

Penelitian ini menghasilkan bebepara penemuan berikut: Pertama, kepemimpinan sakral memiliki enam istilah secara etimologi, yaitu Al-M lik, Al- H d , Al-Wal , Al-Rabb, Al-Qahh r dan Al-Kab r. Enam istilah tersebut memiliki unsur kelebihan -berupa tanggung jawab dan kasih sayang akhirat juga dunia - dan kekurangan – dalam pandangan manusia kurang optimal dalam menegakkan prinsip ”demokrasi” (syur ), keadilan (’adalah), kebebasan (hurriyyah), dan kesetaraan (musawa) dan adanya jaminan sempurna secara mutlak.

Kedua, kepemimpinan profan dalam aspek etimologinya terdapat delapan istilah, yaitu; Khalifah, Ulil Amri, Mala’, Im mah, Sult n, Naq b, S dah, Qawwam n. Dari delapan istilah ini memiliki unsur kekurangan -berupa tanggung jawab dan kasih sayang di dunia saja- dan kelebihan – dalam pandangan manusia lebih optimal dalam menegakkan prinsip ”demokrasi” (syur ), keadilan (’adalah), kebebasan (hurriyyah), dan kesetaraan (musawa) dan tidak adanya jaminan sempurna.

Ketiga, kepemimpinan pendidikan yang memadukan sifat-sifat kesakralan dan keprofanan itu melahirkan tipe kepemimpinan pendidikan yang realistis. Karena itu integrasi antara ketundukan dan kepasrahan manusia kepada Rabb dengan kemampuan rasionya mengantarkan kepada kesejahteraan dan kebahagiaan dunia- akhirat. Dengan demikian gabungan kepemimpinan pendidikan yang sakral dan profan menghasilkan kepemimpinan “Khalifah Rububiyah” yang merupakan perimbangan antara ajaran langit yang suci dan realitas di bumi, sehingga prinsip- prinsip ”demokrasi” (syur ), keadilan (’adalah), kebebasan (hurriyyah), dan kesetaraan (musawa) dalam kegiatan kepemimpinan pendidikan dapat ditegakkan secara optimal berdasarkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang dunia akhirat dan adanya jaminan sempurna secara duniawi.

ABSTRACT

The problem dealt with in this research is quranic educational leadership related with educational leadership principles; sacred, profane and combined one.

This research uses quranic verses concerning educational leadership. The method used in collecting data is recollecting, arranging, describing, and mentioning leadership concept. Techniques used to verify data are observation, triangulation technique, colleague verifying technique, and content analysis. Steps for this research are done by collecting, investigating, deciding, and amalgamating Quranic verses to search leadership concept within it. This research is bibliographical research with mawdu’iy method and explorative qualitative approach to reconstruct.

This research results in several following conclusions: first, sacred leadership has six terms, that is, Al-M lik, Al-H d , Al-Wal , Al-Rabb, Al-Qahh r and Al-Kab r. These terms have six advantages --responsibility and mercy in the hereafter and this world—and flipsides --in human kind point of view there is less democracy (syur ), justice (‘adalah), freedom (hurriyah), equality (musawa), and guaranted availability of absolute perfectness.

Secondly, profane leadership has eight terms; Khalifah, Ulil Amri, Mala’, Im mah, Sult n, Naq b, S dah, and Qawwam n. These terms have disanvantages-- responsibility and mercy only in this world—and plus point --there is more democracy (syur ), justice (‘adalah), freedom (hurriyah), equality (musawa), and there is no guaranted availability of absolute perfectness.

Thirdly, educational leadership, which combines sacred and profanity, creates realistic educational leadership. Integration between human’s submission to God and his rationality brings him to happiness in this world and the hereafter. Hence, combination of sacred and profane educational leadership produce the leadership of “Khalifah Rububiyah” which is equilibrium between sacred teachings and reality in this world. Thus, the principles; democracy, (syur ) justice, (‘adalah) freedom (hurriyah) and equality (musawa) in educational leadership can be achieved optimally based on responsibility and mercy in this world and hereafter and guarantee of this world perfectness.

Item Type: Thesis (Masters)
Supervisor: Ibrahim, Muhammad Sa’ad
Keywords: Kepemimpinan Pendidikan; Perspektif Al-Qur’an; educational leadership; quranic perspective
Departement: Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam
Depositing User: Koko Prasetyo
Date Deposited: 27 Jun 2023 10:46
Last Modified: 27 Jun 2023 10:46
URI: http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/51311

Downloads

Downloads per month over past year

Actions (login required)

View Item View Item