Rif'an, Ali (2013) Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal (Local Wisdom): Studi ajaran Syekh Ahmad Al-Mutamakkin dan pengaruhnya terhadap Dinamika Pemikiran Pesantren di Kajen. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
11770032.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (19MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Syekh Ahmad al-Mutamakkin (1645-1740 M) adalah tokoh lokal yang menjadi cikal bakal Islam di Kajen dan sekitarnya, sekaligus sebagai motivator dan inspirasi berdirinya pondok pesantren yang sekarang menjadi ciri khas desa Kajen. Ajaran beliau dapat dibaca melalui karya beliau ’Arsy al Muwahhidin serta melalui ungkapan-ungkapan beliau yang dijadikan local wisdom bagi generasi selanjutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1). Bagaimana pemikiran dan kearifan lokal (local wisdom) Sheikh Ahmad al Mutamakkin serta yang melatarbelakanginya; (2). Mengetahui bagaimana transmisi pemikiran dan kearifan lokal beliau kepada keturunan dan murid-muridnya; dan (3). Mengetahui bagaimana Pengaruh pemikiran dan kearifan lokal Syekh Ahmad al-Mutamakkin terhadap Dinamika Pemikiran Pesantren di Kajen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi tokoh. Penelitian ini dilakukan dengan tiga (3) teknik, yaitu: observasi lapangan, wawancara dengan pimpinan 5 pondok pesantren (Pesantren Roudhotul Ulum, Pesantren Kulon Banon, Pesantren Salafiyah, Maslahul Huda, dan Pesantren Matho‟liul Huda) dengan jenis wawancara tak berstruktur terarah (unstructured interview), dan dokumentasi dengan mengkaji karya al Mutamakkin, ’Arsy al Muwahhidin. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan taxonomy analysis (analisis taksonomi) dan cross-referensi relasi intertekstual serta model analisa data interaktif dari Miles dan Huberman, dengan tahap: pengumpulan data, koleksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Pemikiran Syekh Ahmad al-Mutamakkin dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang yakni: dalam bidang akidah, al Mutamakkin mendasarkannya pada Al Qur'an atau hadits yang menjadi karakteristik teologi Asy’ariyah. Bidang syari’ah (Fiqih), al Mutamakkin menjadikan syari’ah sebagai sarana mencapai tingkat mistiknya. Beliau termasuk penganut Mazhab syafi‟i. Bidang akhlaq, al Mutamakkin ingin menyampaikan pesan pada manusia supaya landasan teologis dijadikan dasar atas segala hal yang dilakukan didunia ini. Bidang tasawuf beliau digolongkan sebagai neo-sufism yang mencoba mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf sunni disamping itu juga mengambil pemikiran- pemikiran dari ulama tasawuf falsafi dalam sebuah tindakan tasawuf amali. Dan dalam bidang pendidikan, Al Mutamakkin menggunakan pendekatan kultural- kontekstual dengan model of develofment from within. Sedangkan dalam kearifan lokal (local wisdom) ada pada 3 ungkapan: ungkapan Sing sopo wonge ngaku anak putuku kok gelem mulang, yen ora kuat mangan, mongko ongkak-ongkao pathokku merupakan landasan pengabdian dan nilai-nilai keihlasan. Ungkapan Sing Pendhitku Ngusap ing Bun, mengandung makna dan nilai ketundukan. Dan ungkapan Allah Wujud, Rosul Lagi Wujud, Opo Maneh Siro nek Wujuto menanamkan nilai tawakkal (kepasrahan) setelah upaya dimaksimalkan. (2). Transmisi pemikiran dan kearifan al Mutamakkin dilakukan dengan dua cara yakni: transmisi by processes dan transmisi by aids. Transmisi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pendekatan budaya untuk masyarakat umum dan pendekatan normatif untuk orang-orang khusus, serta menggunakan tiga jalur utama, yakni jalur da‟wah, jalur pendidikan dan jalur penerjemahan (reproduksi tulisan). (3). Pengaruh pemikiran dan kearifan lokal (local wisdom) Syekh Ahmad al-Mutamakkin terhadap dinamika pemikiran pesantren di Kajen yakni memberikan ruh jihad (spirit) pengabdian, keihlasan, ketundukan dan kepasrahan serta pemersatu gagasan para pemimpin Pondok Pesantren yang tercermin dalam sebuah system pendidikan Perguruan Islam Matholi‟ul Falah (PIM) dengan jargon tafaqquh fi addin sebagai tujuannya dan dan tercermin dalam sosok pribadi yang dikenal dengan Shalih dan Akram yang kemudian terejawantahkan di dalam nilai „Sembilan plus Satu‟ yakni: Al-Khirs (kecintaan dan keingintahuan yang besar terhadap ilmu), Al-Amanah (kejujuran), Al-Tawadldlu’ (sederhana dan rendah hati), Al-Istiqamah (disiplin), Al-Uswah al-Hasanah (keteladanan), Al-Zuhd (tidak berorientasi pada materi), Al-Kifah al-Mudawamah (Kejuangan), Al-I’timad ala al- Nafs (kemandirian), Al-Tawashshuth (Moderat), dan Al-Barakah.
ABSTRACT
Syekh Ahmad al-Mutamakkin (1645-1740 M) is a respected local person who helps establishing the emergence of Islam at Kajen and the surrounding. He is a motivator and an inspiring person behind the development of Pesantren which characterizes the Kajen Village. His teaching can be read through his work titled with “Arsy al Muwahhidin “ and also through his expressions used as local wisdom to the next generation.
The objectives of research are (1) to understand the idealism and local wisdom of Syekh Ahmad al-Mutamakkin and the background of it; (2) to acknowledge the transmission of his idealism and local wisdom to his descendants and pupils; and (3) to figure out the influence of idealism and local wisdom of Syekh Ahmad al-Mutamakkin on the pesantren idealism dynamic at Kajen.
Research uses qualitative approach with personage study type. Three techniques of data collection are used such as field observation, interview with the leader of five pondok pesantren (Pesantren Roudhotul Ulum, Pesantren Kulon Banon, Pesantren Salafiyah, Maslahul Huda, and Pesantren Matho‟liul Huda) by taking an unstructured but directed interview, and documentation to review the work al Mutamakkin, “Arsy al Muwahhidin”. Data are analyzed using taxonomy analysis and cross-reference of inter-textual relation and also using Miles and Huberman‟s interactive data analysis model. Analysis steps involve data collection, data presentation and conclusion.
Result of research indicates that (1) the idealism of Syekh Ahmad al-Mutamakkin can be assigned into some fields. One of them is aqidah, which al Mutamakkin bases his idealism on Al Qur‟an or hadists, and this will characterize the theology of Asy’ariyah. Related to syari’ah (Fiqih), al Mutamakkin put syari’ah as the structure to reach his mystique realm. He is one who advocates Mazhab Syafi‟i. For akhlaq, al Mutamakkin insists expressing message to human being if theology shall be a fundamental for the world life. In tasawuf field, he is positioned as neo-sufism who attempts applying tasawuf sunni teachings and also taking the idealism of tasawuf falsafi experts through an action of tasawuf amali. In relative to education field, al Mutamakkin considers cultural-contextual approach in the model of development from within. For local wisdom, three expressions are proposed. First expression is Sing sopo wonge ngaku anak putuku kok gelem mulang, yen ora kuat mangan, mongko ongkak-ongkao pathokku, which represents the base of devotion act and sincerity. Second expression is Sing Pendhitku Ngusap ing Mbun, containing the meaning and value of subservience. Final expression is Allah Wujud, Rosul Lagi Wujud, Opo Maneh Siro nek Wujuto which internalizes the value of submission. (2) The transmission of the idealism and wisdom of al Mutamakkin is applied in two ways which are transmission by processes and transmission by aids. These transmissions involve two approaches, which is cultural approach to the general community and normative approach to the specific persons, and also three main paths are used, such as dakwah path, education path and translation path (writing reproduction). (3) The influence of idealism and local wisdom of Syekh Ahmad al- Mutamakkin on pesantren idealism dynamic at Kajen is made apparent by the expressions of ruh jihad (spirit) of devotion, sincerity, subservience and submission, and also through unifying the idealism of Pondok Pesantren leaders as reflected by an education system of Perguruan Islam Matholi‟ul Falah (PIM). This system uses jargon tafaqquh fi addin as the goal to produce the personality with shalih and akram. This personality is manifested into “Nine Plus One” Values, such as Al-Khirs (love and curiosity toward knolwedge), Al-Amanah (honesty), Al-Tawadlu (humble and low profile), Al-Istiqamah (discipline), Al-Uswah Al-Hasanah (being good example), Al-Zuhud (not oriented toward material), Al-Kifah al-Mudawamah (spirit of struggle), Al-I’timad ala al-Nafs (self-supporting), Al-Tawashshuth (Moderate), and Al-Barakah.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Supervisor: | Abidin, Munirul and Rasmianto, Rasmianto |
Keywords: | Kearifan Lokal (Local Wisdom); Syekh Ahmad Al-Mutamakkin; Dinamika Pemikiran Pesantren Local Wisdom; Syekh Ahmad al-Mutamakkin; Dynamics of Pesantren Tought |
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam |
Depositing User: | Moch. Nanda Indra Lexmana |
Date Deposited: | 01 Jul 2023 05:37 |
Last Modified: | 01 Jul 2023 05:37 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/50833 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |