Rahmawati, Siti Aulia (2023) Sinergi Pengadilan Agama Mojokerto dengan pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak: Studi tentang layanan konsultasi psikologi pada perkara dispensasi kawin. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
19210046.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Dispensasi kawin merupakan pengecualian yang dijelaskan dalam PERMA Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Perkara Dispensasi Kawin. Mereka yang diperbolehkan menikah melalui dispensasi kawin umumnya belum mencapai kesiapan psikologis ataupun psikis sehingga perlu dilakukan upaya kuratif atas peningkatan angka permohonan dispensasi kawin melalui Kerjasama dengan penyedia layanan psikologis. Upaya tersebut ditindaklanjuti oleh Pengadilan Agama Mojokerto melalui sinergi dengan Pemerintah Daerah Mojokerto dalam MoU Nomor 28 Tahun 2022 dan W13-A15/3035.HK.02/6/2022 yang salah satu ruang lingkupnya adalah mengadakan layanan konsultasi psikologi pada perkara dispensasi kawin.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab Pengadilan Agama Mojokerto dengan Pemerintah Daerah dalam sinergi ini serta bagaimana keduanya mengimplementasikan kesepakatan berdasarkan MoU khususnya dalam layanan konsultasi psikologi pada perkara dispensasi kawin mencakup faktor pendukung, faktor penghambat, serta solusi untuk penguatan sinergi ini. Penelitian ini berjenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan yuridis sosiologis. Data penelitian diperoleh dengan wawancara sebagai data primer dan bahan bacaan serta dokumen lain sebagai data sekunder.
Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara bersama informan yaitu (1) Sinergi kedua lembaga negara yang berbentuk layanan konsultasi psikologi pada perkara dispensasi kawin merubah prosedur pemeriksaan perkara dispensasi kawin yang mana perubahan ini tidak bertentangan dengan PERMA Nomor 5 Tahun 2019. Sinergi ini berperan dalam meminimalisir perkawinan anak dan berupaya mencegah perceraian dengan memberikan bimbingan serta edukasi kesiapan menikah. Tanggung jawab sinergi berupa tindak lanjut setelah yang bersangkutan memperoleh dispensasi belum dapat dilaksanakan karena hal tersebut tidak terjacntum dalam MoU namun baik pihak perempuan maupun anak-anak yang membutuhkan konsultasi lanjutan dapat datang ke pihak P2TP2A diluar dari keberadaan sinergi ini. (2) Implementasi MoU keduanya menjadi lebih baik karena sinergi ini diawali dengan I’tikad baik namun beberapa faktor penghambat yang ditemui adalah belum adanya ruang khusus konsultasi dan kurangnya sumber daya manusia dari pihak P2TP2A sehingga ketersediaan dua hal itu menjadi solusi.
ABSTRACT
Marriage dispensation is an exception described in PERMA Number 5 of 2019 concerning Guidelines for Trying Marriage Dispensation Cases. Those who are allowed to marry through marriage dispensation generally have not reached psychological or psychological readiness so that curative efforts need to be made to increase the number of requests for marriage dispensation through cooperation with psychological service providers. This effort was followed up by the Mojokerto Religious Court through synergy with the Mojokerto Regional Government in MoU Number 28 of 2022 and W13-A15/3035.HK.02/6/2022, one of the scopes of which is to provide psychological consultation services in cases of dispensation of marriage.
The focus of this research is to find out the extent of the roles and responsibilities of the Mojokerto Religious Court and the Regional Government in this synergy and how the two of them implement an agreement based on the MoU, especially in psychological consulting services in cases of marital dispensation including supporting factors, inhibiting factors, and solutions to strengthen this synergy . This research is a type of empirical legal research with a sociological approach. The research data was obtained by interviewing as primary data and reading materials and other documents as secondary data.
The results of the research were obtained from interviews with informants namely (1) The synergy of the two state institutions in the form of psychological consulting services in cases of marital dispensation changed the procedure for examining marital dispensation cases where this change did not conflict with PERMA Number 5 of 2019. This synergy plays a role in minimizing marriage children and trying to prevent divorce by providing guidance and education on marriage readiness. The responsibility for synergy in the form of follow-up after the person concerned has received dispensation cannot be carried out because this is not included in the MoU, but both women and children who need further consultation can come to the P2TP2A outside of the existence of this synergy. (2) The implementation of the two MoUs is getting better because this synergy begins with good faith, but some of the inhibiting factors encountered are the absence of a special consultation room and the lack of human resources from the P2TP2A so that the availability of these two things becomes a solution.
مستخلص البحث
الإعفاء من الزواج هو استثناء موصوف في PERMA رقم 5 لعام 2019 بشأن المبادئ التوجيهية لمحاكمة حالات صرف الزواج. وعموماً ، لم يصل المسموح لهم بالزواج عن طريق الإعفاء من الاستعداد النفسي أو النفسي ، لذلك يجب بذل جهود علاجية لزيادة عدد طلبات الإعفاء من الزواج من خلال التعاون مع مقدمي الخدمات النفسية. وأعقب هذا الجهد محكمة موجوكيرتو الدينية من خلال التآزر مع حكومة موجوكيرتو الإقليمية في مذكرة التفاهم رقم 28 لعام 2022 و W13-A15 / 3035.HK.02 / 6/2022 ، أحد نطاقاتها هو تقديم خدمات الاستشارات النفسية في حالات الإعفاء من الزواج.
يركز هذا البحث على معرفة مدى أدوار ومسؤوليات محكمة موجوكيرتو الدينية والحكومة الإقليمية في هذا التآزر وكيف ينفذ الاثنان اتفاقية قائمة على مذكرة التفاهم ، خاصة في خدمات الاستشارات النفسية في حالات الإعفاء الزوجي بما في ذلك العوامل الداعمة والعوامل المثبطة والحلول لتعزيز هذا التآزر. هذا البحث هو نوع من البحث القانوني التجريبي بمنهج اجتماعي. تم الحصول على بيانات البحث عن طريق إجراء المقابلات على أنها بيانات أولية ومواد للقراءة ووثائق أخرى كبيانات ثانوية.
تم الحصول على نتائج البحث من المقابلات مع المخبرين وهي (1) تضافر مؤسستي الدولة في شكل خدمات استشارية نفسية في حالات الإعفاء الزوجي غير إجراء فحص حالات الإعفاء الزوجي حيث لا يتعارض هذا التغيير مع PERMA رقم 5 لعام 2019. يلعب هذا التآزر دورًا في التقليل من زواج الأطفال ومحاولة منع الطلاق من خلال توفير التوجيه والتعليم حول الاستعداد للزواج. لا يمكن تنفيذ مسؤولية التآزر في شكل متابعة بعد أن يتلقى الشخص المعني الإعفاء لأن هذا غير مدرج في مذكرة التفاهم ، ولكن يمكن لكل من النساء والأطفال الذين يحتاجون إلى مزيد من التشاور أن يحضروا إلى اتفاقية شراء الطاقة P2TP2A خارج نطاق الوجود. من هذا التآزر. (2) يتحسن تنفيذ مذكرتي التفاهم لأن هذا التآزر يبدأ بحسن نية ، ولكن بعض العوامل المثبطة التي تمت مواجهتها هي عدم وجود غرفة استشارات خاصة ونقص الموارد البشرية من اتفاقية شراء الطاقة لبرنامج P2TP2A بحيث يكون توافر هذين الأمرين يصبحان حلاً
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |