Azizah, Nur (2016) Prinsip dan batasan melihat calon pinangan perspektif Hizbut Tahrir: Kajian atas Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm karya Taqiy al-Dîn al-Nabhani. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
12210005.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Taqiy al-Dîn al-Nabhani, menegaskan pentingnya kembali ke hukum Islam untuk segala aspek kehidupan, termasuk juga dalam urusan melihat calon pinangan. Karena menurutnya pergaulan laki-laki dan perempuan saat ini sudah menjalar ke luar garis norma Islam. Mereka banyak terpengaruh budaya Barat, yang mempertontonkan interaksi bebas antara non-mahram dan menganggapnya sebagai suatu hal yang lumrah. Karena pada dasarnya prinsip doktrin Barat adalah kebebasan individu. Sehingga perlunya kembali ke jalan yang benar, jalan Islam yang telah digariskan oleh Allah untuk kaum Muslim. Dalam penelitian ini, terdapat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana Prinsip Melihat Calon Pinangan dalam Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm 2) Bagaimana Batasan Melihat Calon Pinangan dalam Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm?. Penelitian termasuk dalam jenis penelitian normatif. Penelitian ini biasanya disebut sebagai penelitian kepustakaan (library research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis (philosophical approach), yaitu pendekatan yang mengungkapkan dasar pemikiran Taqiy al-Dîn al-Nabhani tentang pergaulan laki-laki dan perempuan melalui kitab karyanya yang berjudul Nizhâm Al-Ijtimâ‘Î Fî Al-Islâm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melihat calon pinangan menurut al-Nabhâni harus berpegang teguh pada prinsip dan batasan. Laki-laki yang akan melihat langsung kepada perempuan tidak boleh dalam keadaan berhasrat (nafsu), karena itu diharamkan, wajib untuk menundukkan pandangannya, dan menjaga dari hal-hal yang menjurus kepada maksiat. Selain itu, laki-laki dan perempuan dilarang berkhalwat, sebab hal tersebut akan menimbulkan fitnah kecuali ada mahram yang menemani. Seorang perempuan yang sadar akan dilihat wajib hukumnya untuk memakai pakaian yang syar’i (bukan pakaian sehari-hari), dan mengulurkannya sampai telapak kaki (irkha’). Laki-laki boleh melihat selain wajah dan telapak tangan dengan syarat perempuan yang akan dilihat tidak tahu, tidak memberikan izin dan laki-laki tersebut harus bersembunyi. Tidak wajib bagi perempuan untuk menutup wajahnya. Karena tangan layaknya seperti wajah yang bukan aurat, maka laki-laki boleh menjabat tangan perempuan ketika dikehendaki.
ENGLISH:
Taqy al-Din al-Nabhani has affirmed the importance of returning to the Islamic law to all aspects of life, including the mention issue. His reason about intercommunication between man and woman has come out of Islamic norm. They much affected of western cultur, which showed promiscuity between men and women and consider it as something ordinary. It is caused the principles of the doctrine of the west basically is the freedom of the individual. So that, improtance to returning toward straight way, Islamic way which has assigned by Allah. In this study has a formulation of the problem, 1) How The Principle of Seeing Candidate’s Proposal on The Book of Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm? 3) How The Limitation of Seeing Candidate’s Proposal based on The Book of Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm?. This study is normative, usually called as a library research. The approach is a Philosophical Approach. The use of this approach is for digging the thinking of al-Nabhani about promiscuity through his book named kitab an- Nizhâm Al-Ijtimâ‘Î Fî Al-Islâm.
The results of this study indicate according al-Nabhâni that see a woman who will groom is allowed. However, it must pay attention to the principle and limits of Islam. Then the man who will look directly to woman should not be in a state of desire (lust), because it is forbidden. Must lowered her gaze, and keep the things that lead to sin. A woman who is aware of her self to be seen must wears clothing that syar'i (not daily wear), and handed it until the soles of the feet (irkha'). Man allowed to look at besides the face and palms on the condition of women who will be seen not know, she does not gives a permission and man should be hiding. But not obligation for woman to cover her face. Like a face, hands is a part of common woman’s looks. Because the hand is not the nakedness, then men should shake hands with women when desired.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Sumbulah, Umi | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Melihat Calon Pinangan; Hizbut Tahrir; Taqiy Al-Dîn Al-Nabhani; Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ‘î Fî Al-Islâm; Seeing Candidate’s Proposal | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Indar Erdiana | ||||||
Date Deposited: | 06 Dec 2016 17:57 | ||||||
Last Modified: | 06 Dec 2016 17:57 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/4898 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |