Hidayati, Tutik (2007) Operasi selaput dara ditinjau dari Hukum Islam. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (fulltext)
02210003.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (563kB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRACT
Keberadaan selaput dara yang tampak secara fisik, sering digunakan sebagai bukti keperawanan. Pemahaman masyarakat di beberapa daerah yang memiliki pengetahuan dan persepsi yang rendah tentang seksualitas, keperawanan dibuktikan dengan adanya darah ketika wanita tersebut berhubungan seksual pertama kali. Jika tidak ada darah yang keluar maka wanita tersebut dikatakan sudah tidak perawan. Hal ini tidak jarang menyebabkan perselisihan dalam keluarga bahkan sampai bercerai. Tuntutan inilah yang akhirnya menyebabkan wanita mengambil keputusan untuk mengelabui laki-laki dengan melakukan operasi selaput dara. Operasi ini bertujuan untuk mengembalikan keutuhan selaput dara agar saat berhubungan ada darah yang keluar.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah operasi selaput dara berdampak terhadap status keperawanan seseorang dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap praktik operasi selaput dara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan meliputi : (1) pengumpulan data (2) mencatat hal-hal yang akan dijadikan data (3) klasifikasi data (4) interpretasi data (5) menyimpulkan catatan-catatan yang dijadikan data. Penelitian ini difokuskan pada operasi selaput dara yang bertujuan untuk mengembalikan keperawanan seseorang dengan menggunakan alat analisis kaidah fiqhiyah yakni ﺢﻝﺎﺼﻤﻝﺍ ﺏﻠﺠ ﻰﻠﻋ ﻡﺩﻘﻤ ﺩﺴﺎﻔﻤﻝﺍ ﺀﺭﺩ (menolak mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang informasi selaput dara, karenanya keberadaan darah perawan masih dianggap bukti apakah wanita itu masih perawan atau tidak. Padahal bentuk dan sifat selaput dara berbeda-beda pada tiap wanita. Operasi selaput dara dilakukan hanya untuk merubah bentuk biologis selaput dara saja dan hal ini tetap tidak dapat merubah status keperawanan seseorang. Jika dia sudah pernah melakukan hubungan seksual walaupun terpaksa, maka ia tetap dikatakan tidak perawan. (2) Operasi selaput dara menimbulkan beberapa kemudharatan yakni penipuan, kebohongan, membuka jalan pada perbuatan keji (zina yang berulang) dan membuka aurat tanpa ada alasan medis yang mendesak. Operasi ini juga tidak memenuhi persyaratan operasi medis diantaranya tidak ada kebutuhan operasi yang mendesak dan masih ada alternatif lain selain operasi.
Berdasarkan kaidah "Menolak kemudharatan lebih utama daripada meraih kemaslahatan" maka operasi ini dihukumi haram, karena operasi ini lebih banyak menimbulkan kemudharatan. Sesungguhnya kemaslahatan dalam permasalahan hilangnya keperawanan ini dapat dicapai dengan solusi yang lain yang tidak ada mudharatnya atau yang lebih kecil mudharatnya misalnya dengan mengupayakan pernyataan medis yang terpercaya dari pihak medis yang valid yang membuktikan hilangnya selaput dara karena sebab sebenarnya, mengupayakan jaminan pembuktian ketidakbersalahannya di hadapan masyarakat dan memberitahu suami akan masalah yang sebenarnya untuk menghilangkan prasangka buruk.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Badruddin, Badruddin | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Selaput Dara; Keperawanan; Operasi Selaput Dara | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Fadlli Syahmi | ||||||
Date Deposited: | 03 Feb 2023 10:20 | ||||||
Last Modified: | 03 Feb 2023 10:20 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/45939 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |