Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam mencetak santri profesional : Studi Kasus di Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo Bululawang Malang

ABSTRAK

Pondok pesantren dipercaya dapat menjadi alternatif bagi pemecahan berbagai masalah pendidikan yang terjadi pada saat ini. Salah satu bentuk perubahan pengelolaan pondok pesantren adalah munculnya pengembangan sistem pendidikan pondok pesantren, yang memadukan antara pendidikan Islam yang identik dengan kitab klasiknya dengan pendidikan umum, sistem dan metode yang profesional. Salah satu pondok pesantren yang mengembangkan sistem pendidikannya yaitu pondok pesantren An-Nur II Al-Murtadlo yang terletak di Bululawang Malang. Dari sinilah penulis ingin mengadakan penelitian di Pondok pesantren An-Nur II Al-Murtadlo dengan judul Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren dalam Mencetak santri Profesional.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan sistem pendidikannya, dan bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan sistem pendidikan, serta mengetahui upaya yang dilakukan oleh PP. An-Nur II dalam mencetak santri profesional (sholihin- sholihat).

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Dalam mengumpulkan data, menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Untuk analisisnya, menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati sehingga penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat sebenarnya.

Hasil dari penelitian yaitu pengembangan sistem pendidikan pondok pesantren An-Nur II dalam mencetak santri profesional melalui program-program yang ada. Adapun program pendidikannya peneliti lebih fokus pada Madrasah Diniyah, yang terdiri dari dua program yaitu progam 3 tahun dan 6 tahun, dll. Sedangkan faktornya yaitu kekurangan tenaga pengajar. Dan upaya yang dilakukan ialah mengoptimalkan pendidikan agama melalui penkajian kitab kuning, dan Mengajarkan pendidikan dakwah (mubaligh atau muhadhoroh).

Adapun saran yang penulis berikan yaitu, Pengasuh sebagai top leader lebih bersifat terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pondok pesantren hendaknya berupaya untuk memasukkan media informasi kedalam program pendidikannya, dan lebih membuka kesempatan pada santrinya untuk mengembangkan bakaktnya melalui pendidikan ketrampilan dan minat, bakat. Dan juga memperhatikan kekurangan ustad dan masyarakat sekitarnya.