Pandangan Ualama Kota Malang terhadap Korban Trafficking sebagai Mustahiq Zakat

ABSTRAK

Masalah perdagangan perempuan dan anak atau dikenal dengan istilah human trafficking, akhir-akhir ini muncul menjadi suatu masalah yang banyak diperdebatkan baik ditingkat regional maupun global. Dikatakan sebagai bentuk perbudakan masa kini, serta melanggar HAM. Akibat eksploitasi ini, seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yang diakibatkannya.

Meskipun Indonesia sudah melarang keras perbuatan ini, terbukti dengan hadirnya Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tetang Tindak Pidana Perdangan Orang. Kasus perdangan orang tidak terhenti. Karena tidak diiringi dengan anggaran yang jelas dalam penangan korban trafficking. Kebanyakan korban trafficking berasal dari masyarakat Islam, namun peranan umat Islam sendiri selama ini membiarkan begitu saja akibat eksploitasi yang dideritanya.

Penelitian ini merupakan penelitian sosiologis atau empiris, dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriftif. Sumber data yang dipakai yaitu sumber data primer yang berupa hasil wawancara dengan Ulama Kota Malang. Sendangkan wawancara dan dokumentasi merupakan metode yang dipakai untuk mengumpulkan data. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pandangan Ulama Kota Malang Terhadap Korban Trafficking Sebagai Mustahiq Zakat.

Ulama Kota Malang menyepakati bahwa trafficking (perdagangan orang) termasuk perbuatan yang dilarang (haram) dalam ajaran Islam. Sedangkan Korban trafficking berhak menjadi mustahiq zakat karena mereka tergolong dalam kategorisisasi dari 8 mustahiq zakat. Seperti dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 60, fakir miskin, gharim dan budak.