Upaya Hakim dalam Memutuskan Perkara Perceraian yang sebelumnya telah diputus: Study Perkara Nomor: 1018/Pdt.G/2008/PA.Lmg

ABSTRAK

Putusnya perkawinan dapat terjadi karena talak / berdasarkan gugatan perceraian. Menurut istilah seperti yang dituliskan Sayid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri. Kemudian macam-macamnya talak ada beberapa macam diantaranya yaitu: talak Raj’i, talak Ba’in, talak Sunni dan talak Bid’i.

Beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya perceraian antara lain karena salah satu pihak berbuat zina, menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah / karena hal lain diluar kemampuannya dan lain-lain. Sehingga apabila dalam hubungan rumah tangga terjadi hal-hal tersebut diatas maka suami / istri berhak mengajukan gugatan perceraian. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang pengajuan gugatan cerai (cerai gugat) yaitu permasalahan pada istri yang ingin melakukan perceraian pada suami, karena dalam perkawinan tersebut suami pergi meninggalkan tempat tinggal bersama tanpa pamit hingga 2 (dua) tahun, akan tetapi ketika istri mengajukan gugatan cerai ternyata diketahui bahwa suami telah terlebih dahulu mengajukan gugatan cerai talak di Pengadilan Agama Tanjung Redep yang putusannya mengabulkan permohonan Pemohon dengan verstek.

Dari paparan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui beberapa permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah: pertama, Bagaimana status Hukum perkara perceraian dengan perkara Nomor: 1018/Pdt.G/2008/PA.Lmg, setelah diketahui bahwa perkara tersebut telah diputus verstek dengan perkara Nomor: 126//Pdt.G/2008/PA.TR; kedua, Bagaimana putusan Hakim terhadap perkara perceraian dengan perkara Nomor:1018/Pdt.G/2008/PA.Lmg yang sebelumnya telah diputus.

Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara menelaah bahan hukum skunder. Penelitian ini sebagaian dokumen bahan hukum yang diteliti yaitu berupa putusan Pengadilan Agama Lamongan Nomor: 1018/Pdt.G/2008/PA.Lmg., wawancara sebagai penguat dan penjelas bahan hukum tersebut, maupun literatur-literatur lain, kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari permasalahan yang ada. Setelah melakukan analisis, maka kesimpulannya yaitu: pertama, Pada awalnya stastus hukumnya merupakan perkara cerai gugat, Setelah diketahui suami sudah mengajukan permohonan perceraian di Pengadilan Agama Tanjung Redeb dengan perkara Nomor: 126//Pdt.G/2008/PA.TR dan telah diputus verstek pada tanggal 21 Juli 2008, maka status hukum perkara perceraian ini menjadi tidak sah dan tidak legal artinya gugatan tersebut seharusnya dicabut; Kedua hakim telah melakukan beberapa tahap dalam upaya memutuskan perkara perceraian dengan nomor: 1018/Pdt.G/2008/PA.Lmg. dan memutuskan tidak menerima perkara tersebut.

Diakhir penelitian ini kami menyarankan ketika ada yang mengajukan perkara semacam perceraian sebaiknya menanyakan/memperjelas apakah masalah ini sudah ada putusannya; Seharusnya ketika akan mengajukan permasalahan pada Pengadilan sebaiknya mencari berita/mencari kabar bahwa apabila mengajukan perkara ini tidak terjadi kesimpang-siuran pada akhirnya nanti.