Analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan Pt. British American Tobacco Tbk: Studi pada Pojok BEJ Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan hasil oprasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan yang akan datang. Alat ukur yang digunakan adalah analisis rasio keuangan, ini merupakan analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari keduanya. Analisis rasio keuangan merupakan alat analisa yang umum digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan metodologi analisis rasio keuangan. Variabel bebasnya adalah analisis rasio keuangan, terdapat tiga sub variabel: Rasio Likuiditas (Quick Ratio, Curren Ratio, Net Working Capital), Rasio Aktivitas (Inventory Turn Over, Average age of Inventori, Total Asset Turn Over, Fixed Aset Turn Over, Working Capital Turn Over), Rasio Profitabilitas (Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Return on Common Stock, Earning Per Share (EPS), Book Value Per Share, Deviden Per Share).Variabel terikat adalah kinerja keuangan perusahaan hubunganya dengan laporan keuangan perusahaan diantaranya: Aktiva Lancar, Aktiva Tidak Lancar, Kewajiban Lancar, Kewajiban Tidak Lancar, Ekuitas, Jumlah Kewajiban dan Ekuitas.

Dari hasil analisis diketahui, berdasarkan rasio likuiditas perusahaan menunjukan titik likuid terbukti bahwa aktiva lancar perusahaan berada diatas hutang lancarnya, ini bisa dipertahankan oleh perusahaan. Berdasarkan rasio aktivitas menggambarkan kestabilan kinerja keuangan perusahaan terbukti karena likuiditas perusahaan mengalami peningkatan dari periode keperiode, perlu ada perhatian khusus pada operasional perusahaan. Berdasarkan rasio profitabilitas terjadi ketidak stabilan hal ini disebabkan karena laba bersih perusahaan di tahun 2004 menurun tajam sampai pada titik minus, perusahaan harus lebih intensif dalam meningkatkan operasional (khususnya pada volume penjualan, total aktiva, dan modal).