Abdullah, Abdullah (2009) Analisis hermeneutika teks pidato Bung Karno 17 Agustus tahun (1945-1950) perspektif Psikologi Persuasi. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
02410001.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (539kB) |
Abstract
ABSTRAK
Pidato adalah salah satu metode untuk melakukan propaganda, mengajak, menghimbau, melarang kepada khalayak agar mengikuti alur pemikiran orang yang berpidato tersebut, proses mempengaruhi pendengar sehingga secara emosi bisa tertarik bahkan bisa mengikuti apa yang dikatakan oleh pembircara hal seperti inilah yang dinamakan persuasi atau proses membujuk pikiran orang lain kearah pemikiran pembicara atau penulis. Salah satu peranan persuasi di dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut apa yang terjadi di dalam teks pidato khususnya pidatonya Bung Karno dalam proses persuasi yang di lihat dari berbagi sudut pandang.
Dari uraian di atas peneliti ingin mengungkap dan mengurai lebih detail terhadap faktor-faktor yang saling memberi peranan terhadap teks, pembaca
tau reader sekaligus pembuat teks itu sendiri. Lebih sepesifik yang dibahas hanya teks pidato Bung Karno 17 Agustus tahun (1945-1950).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, subjek dari penelitian ini adalah reader (pembaca) itu sendiri, pembaca di sini terdiri dari dua orang sekaligus sebagai sumber data skunder satu dan sumber sekunder dua, sumber skunder satu adalah orang yang di wawancarai dan sumber skunder kedua adalah peneliti sendiri. Sedangkan sumber data peimernya adalah teks-teks pidato Bung Karno yang kita teliti. Sumber skunder satu diambil dari berbagai jenjang usia, mulai generasi yang mengetahui secara langsung pidato dan pengaruh pidato Bung karno, usia menengah (46), usia pelajar tingkat SLTA, SLTP, SD, Masyarakat umum hingga warga gerakan mahasiswa dengan jumlah keseluruhan 14 orang. Adapun metode yang digunakan adalah metode hermeneutika dialektis dan hermeneutika historis, sebagai alat untuk menafsirkan teks dan berbagai pengaruhnya terhadap lingkungan psikososial yang mengelilinginya.
Hasil dari penelitian menunjukkan adanya singkronisasi antara pilihan kata dan kalimat yang digunakan Soekarno untuk melakukan bujukan atau ajakan kepada rakyat dalam rangka mengusir penjajah, atau kita sebut proses persuasif. Faktor yang mempengaruhi emosi pembaca, massa ketika mendengarkan atau membaca pidatonya Bung Karno disebabkan oleh berbagai hal sesuai sudut pandang hermeneutika dialektis dan hermeneutika historis.
Pukul : 20:15-21:15
Dalam pidato Bung Karno ini bermakna, bahwa telah didirikannya suatu persatuan buruh nasional yang bernama SOPSI, kita semua harus menyadari bahwa kita sangat membutuhkan suatu Negara yang merdeka, karena hanya dengan Negara yang merdeka kita dapat bertindak membangun Negara sesuai dengan tujuan rakyat Indonesia. Penjajah Belanda sangat menginginkan kehancuran Indonesia, oleh sebab itu sering kali perjanjian ini dilanggar, maka untuk itu perlu berusaha mengusir peenjajahan dari muka bumi tercinta Indonesia. Merdeka dari penjajahan, akan tetapi mewujudkan persatuan amatlah sulit Karena tidak semua rakyat Indonesia sadar benar akan makna kemerdekaan. Setelah rakyat merasakan betapa menderitanya untuk mencapai kemerdekaan, maka kita sebagai penerus perjuangan harus mampu memprtahankannya, karena Indonesia bukan milik suatu golongan saja tapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Ya mas Dulah menurut hati nurani saya, saya ikut merasakan gimana rasanya semangat kemerdekaan yang mau ditanamkan oleh pak karno kepada seluruh rakyat Indonesia kalau menurut pendapat saya mas dul, dalam pidatonya ini pak Karno mau nyadarin rakyat Indonesia bahwa untuk meraih kemerdekaan itu tidaklah mudah. Perlu perjuangan pengorbanan dan tumpahan darah untuk tanah air tercinta. Kalau kita mau melihat sejenak akan perjuangan para pahlawan kemerdekaan ya jauh sekali mas dengan semangat perjuangan kita untuk mempertahankan kemerdekaan Negara kita, la wong susah sedikit aja sudah banyak ngeluh sana sisni, seharusnya kita itu ya sadar dan ingat lagi bagaimana para pahlawan mengorbankan nyawa demi sebuah kebebasan dari penjajah.Karena penjajah hanya mau kalao kita hancur dan jadi Negara terjajah.
Gini lo mas, pada intinya Negara ini adalah Negara kita, mau bagaimanapun jeleknya Indonesia ini ya harus kita bela kalo ada yang mau menjajahnya. Sebab kita ini punya harga diri sebagai bangsa. Kalau kita biarkan diri kita atau Negara kita dijajah berarti sama saja kita ini bangsa yang tidak punya harga diri.
Data tambahan yang ditulis setelah membaca pidato Bung Karno
Nama : Suhaimi (SH)
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kategori : Pelajar
Hari/tagl Wawancara : Rabu, 21 Januari 2009
Pukul : 20:15-21:15
Bung Karno adalah presiden yang berjiwa besar bermoral tinggi dan bertanggung jawab dan tidak membedakan miskin dan kaya, dari sabang sampai merauke Bung Karno yang menggabungkan pulau-pulau tersebut, sekali merdeka tetap merdeka.
(4) Menurut Bapak H. Muhammad Yusuf (orang yang pernah menyaksikan pidatonya Bung Karno secara langsung) Pidato Bung Karno 17 Agustus 1948
Nama : H. Muhammad Yusuf (HY)
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kategori : Saksi yang pernah mengetahui langsung pidato
Bung Karno
Hari/tagl Wawancara : Kamis, 22 Januari 2009
Pukul : 20:00-21:00
Yo sing tak rasakne, perjuangan iku ora oleh leren, yo wis merdeka tapi durung merdeka iku, yok opo artine. Malaysia jane tek’e Indonesia biyen, tujuane kan ngunu Pak Karno berjuang sing koyok ngunu maeng, ganyang Malaisyia, krungu aku gurung sampe anu, wis dadi negoro dewe, mergo Pak Karno mati iku paling kiro-kiro. Yo setuju ae ancen seneng’ngok, klirune opo ora ngerti aku kok di dakwo PKI.
Bersyukur pada msyarakat Ngebruk Negara Merdeka Karen masyakat Ngebruk. Yo wis aman iku, tiap stasiun mandek, stasiun pucung yo ngelem wong pucung, poh gajih yo ngelem ngelem poh gajih, Ngebruk yo ngelem ngebruk, malah tentara gak di elem. Sing ngongkon ngentekne PKI sak akar-akare Pak Karno. Radio sing duwe yo Bani, Banitok, wong kabeh sing ngrungokno pidato. Sekolah pas pidatone Pak Karno karo gurune di preikno, kongkon ngrungokno.
Ya yang saya rasakan, perjuangan itu tidak boleh berhenti ya sudah merdeka tapi belum merdeka itu bagaimana artinya. Malaisyia sebenarnya milik Indonesia dulu, tujuannya kan gitu pak Karno berjuang yang begitu tadi, ganyang Malaisyia, saya mendengar, belum sampai kena sudah menjadi Negara sendiri, mungkin dikarenakan pak Karno meninggal dunia itu kira-kira. Ya setuju saja memang senang kok. Gak tahu kelirunya pak karno itu dulu apa kok tiba-tiba difitnah sebagai PKI.
Bersyukur kepada masyarakat ngebruk Negara kita merdeka karena masyarakat Ngebruk, ketika sudah aman Negara kita, pak Karno setiap stasiun berhenti, ketika berhenti di stasiun sumberpucung yang menyanjung warga sumberpucung, stasiun poh Gajuh ya menyanjung warga Poh Gajih, ketika di Ngebruk ya menyanjung orang Ngebruk, justru tentara tidak disanjung. Yang menyuruh menghabiskan PKI seakar-akarnya itu pak Karno sebenarnya, di desa Sumberpucung yang memiliki radio ya hanya Bani, Bani saja yang punya radio, semua oarng mendengarkan pidato ketika pak Karno pidato. Sekolahan-sekolahan ketika ada pidatonya pak Karno semua diliburkan atau disuruh kelur untuk mendengarkan pidatonya.
(5) Menurut Nugraha Chandara Pratama (siswa MAN I Kota Malang Kelas I)
Tentang Pidato Bung Karno 17 Agustus 1949
Nama : Nugraha Chandra Pratama (NC)
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kategori : Pelajar
Hari/tagl Wawancara : Minggu, 25 Januari 2009
Pukul : 20:15-21:15
Ya menurut saya dalam pidato Bung Karno yang berjudul “tetaplah Bersemangat Elang Rajawali” yang pidato itu pada tahun 1949, menurut saya di pidato ini Bung Karno menyarankan bahwa rakyat Indonesia itu jangan berhenti berjuang, putera peteri Indonesia tetap bersemangat memperjuangkan tanah airnya dan revolusi nasioanal ini bukanlah sekedar Proklamasi yang hanya bayangan tetapi ini adalah nyata, bahwa rakyat Indonesia Merdeka, terutama penerus-penerus bangsa harus berjuang untuk masa depan.
Data tambahan yang ditulis setelah membaca pidato Bung Karno
Nama : Fitri (FT)
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kategori : Pelajar
Hari/tagl Wawancara : Senin, 27 Januari 2009
Pukul : 20:00-21:00
Setelah saya membaca pidato ini lebih baik kita harus tetap mempertahankan, menjaga dan merawatnya karena dengan susah payah kita mendapatkan kemerdekaan dan semua itu berkat dari Tuhan yang Maha Esa. Dan seharusnya para generasi muda harus pandai-pandai agar bangsa Indonesia ini tidak jatuh ke tangan penjajah lain.
(6) Menurut Bapak Pailan (warga Sumberpucung yang berusia 46) tentang pidato Bung Karno 17 Agustus 1950
Nama : Paelan (PL)
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kategori : Masyarakat umum
Hari/tagl Wawancara : Rabu, 28 Januari 2009
Pukul : 20:15-21:15
Niki lek kulo wastani, istilae menurut pemanngeh kulo Cak Dul nggih…!niku istilae sing diutamaaken ten mriku dadi ke-nasionalisme-an termasuk utamane niku ping pindo keutuhane NKRI tetap terjaga, kalian nganu nopo niku kenasionalismean sampun e…kalian e…mengingat perjuangan-perjuangan sing waktu niku dilaksanaaken kedah kagem pegangan generasi muda kudu dipahami perjuangane biyen koyok ngene.
Rasa nasionalisme harus dipegang dadi pegangan kerukunan sesama bangsa, sesame, dadi intine rasa nasionalisme harus dipegang ke duane keutuhane NKRI harus dijaga, bagaimanapun kondisinya amreh utuh bersatu, kapeng tigo, kulo wastane niku wau waktu perjuangan untuk generasi muda niku kudu iso hormati lan saget ngambil hikmae lan untuk selanjute, untuk kelangsungan hidup bangsa selanjute kanggo pegangane menawi saget memehami
Ini kalau saya katakana istilahnya menurut pemahaman saya mas dul ya.. itu istilahnya yang diutamakan di situ jadi kenasionalisme-an termasuk utamanya itu, yang kedua keutuhane NKRI tetap terjaga, dengan apa itu.. kenasoinalismean sudah …e dengan.. mengingat perjuangan- perjuangan yang waktu itu dilaksanakan harus dibuat pegangan generasi muda harus dipahami perjuangannya dulu seperti itu.
Rasa nasionalisme harus dipegang jadi pegangan kerukunan sesame bangsa, sesame, jadi intinya rasa Nasionalisme harus dipegang kedua keutuhane NKRI harus dijaga, bagaimanapun kondisinya supaya utuh bersatu, yang ketiga saya katakana itu tadi waktu perjuangan untuk generasi muda niku harus di hormati dan bisa mengambil hikmahnya dan untuk selanjutnya untuk kelangsungan hidup bangsa selanjutnya buat pegangan apabila bisa memahami.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Mahpur, Mohammad | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Analisis; Hermeneutika; Teks dan Persuasi | ||||||
Departement: | Fakultas Psikologi > Jurusan Psikologi | ||||||
Depositing User: | Nada Auliya Sarasawitri | ||||||
Date Deposited: | 09 Jan 2023 13:00 | ||||||
Last Modified: | 27 Jun 2023 10:08 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/43778 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |